UKS

61 17 0
                                    

🌈Happy reading🌈

Puluhan siswa-siswi berbaris untuk melakukan pemanasan agar tidak cedera saat olahraga nanti. Di depannya berdiri seorang pria paruh baya yang dikenal sebagai guru olahraga mereka.

Sudah beberapa menit mereka berbaris tapi tak kunjung melakukan pemanasan, sepertinya masih ada yang mereka tunggu. Benar saja dari arah belakang kelas terdengar suara Langkah kaki yang terburu-buru, membuat beberapa siswa menoleh ke arah sumber suara.

"Kalian lama bangat sih. Nggak tau apa ini udah panas banget?" Gerutu Liona, salah satu siswi di kelas XII IPA².

"Sorry Li, tadi habis ngantri" Diba mengangkat dua jari tangannya membentuk 'v'.

"Gak bisa cepatan dikit apa?"

"Sudah sudah. Yang baru tiba silahkan masuk barisan dan lakukan pemanasan" lerai pak Bayu, lalu diangguki oleh Diba dan Yuli. "Rayhan, maju ke depan pimpim pemanasan" lanjutnya.

"Baik, Pak" balas Rayhan. Lalu tungkainya melangkah ke depan untuk memberi instrukai kepada teman-temannya.

Hal tersebut tidak pernah luput dari pandangan Diba, suara pria yang selalu membuatnya berbunga-bunga seperti sekarang ini adalah hal yang luar biasa baginya. Sungguh, nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan.

Acara pemanasan pun dilakukan, dimulai dari tangan, lalu diikuti anggota tubuh yang lainnya.

"Itu mata tahan-tahan, ntar loncat tuh" cerocos Yuli.

"Bodo amat dah" balas Diba.

"Lo kalau pemanasan yang benar dong, itu kakinya diangkat. Ntar keseleo mampus lo" gerutu Yuli yang melihat kelakuan sahabatnya yang asal-asalan.

"Bodo. Salahkan saja pak Bayu yang nyuruh Rayhan buat jadi pemimpin"

"Ckck. Gila."

"Yang di belakang, apa yang kalian ceritakan?" suara lantang pak guru olahraga  mampu membuat Diba dan Yuli seketika diam. "Lakukan pemanasan dengan baik jika kalian masih mau mengikuti pelajaran bapak"

Kata-kata singkat namun bersifat mengancam tersebut berhasil membuat dua sejoli yang tidak bisa diam kini menjadi manusia kalem. Namun, ternyata hal tersebut hanya berlangsung di saat pemanasan saja.

Buktinya, saat ini keduanya sudah mulai mengeluarkan suara-suara bising yang bisa saja  membuat siswa lain terganggu. Entah apa yang mereka ceritakan. Namun, siapa yang bisa melarang mereka? Tidak ada. Melarang dua sejoli ini sama saja berbicara dengan setumpuk batu, tidak akan pernah dihiraukan. Begitulah pemikiran teman-teman sekelasnya. Daripada capek menghentikan keduanya, lebih baik memfokuskan diri dengan pelajaran saat ini. 

Kini siswa-siswi tersebut mulai berlari mengelilingi lapangan olahraga. Setelah terdengar instruksi dari pak Bayu yang memerintahkan kepada mereka untuk berlatih terlebih dahulu lari mengelilingi lapangan dengan putaran yang sudah di tentukan. Setelah itu setiap siswa akan dites kecepatan larinya.

Tentu saja Diba dan Yuli berlari beriringan, memangnya apa yang bisa memisahkan mereka? Sengaja mereka memperlambat langkahnya, sebab kondisi  Diba yang belum stabil.

"Yul, doi cool bangat tadi, sumpah" mulai lagi Diba mendeskripsikan apa yang dinilainya beberapa saat lalu.

"B aja sih, buat gue" balas Yuli.

"Ck, mata lo katarak tuh. Lo gak bisa bedain apa mana yang cool mana yang hot"

"Pala lo yang cool hot"

"Yang cool itu kayak Rayhan" Diba menerawang sambil senyum-senyum memikirkan hal lain tentang Rayhan. "Dan yang hot itu kayak Vito, ketua kelasnya kita"

secret admirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang