Sekolah

79 18 3
                                    

"Wwhhoaaaaa Dibaaaa" suara teriakan seorang gadis berambut sebahu menggema di ruang kelas XII Mia², sebab kelas yang masih sepi. "Diba gue kangen" lalu ia berlari memeluk sahabatnya yang bernama Diba-Diba Ayunda Azzahra.

"Uhh, gak usah teriak-teriak dong. Kuping gue sakit nih" ucap Diba sambil menggosok-gosok telinganya.

"Ya lo masuk gak bilang-bilang sih. Kan kita bisa berangkat bareng" ujar Yuly sambil mengeratkan pelukannya. Sahabat Diba sejak kecil yang bernama Yuliana vita, akrab  disapa Yuli.

"Iihh sesak napas nih gue" gerutu Diba.

"Hehe, sorry.  Abis kangen bangat tau sebulan gak ketemu. Trus lo juga gak pernah kasi kabar kalau udah balik dari Rumah Sakit" Yuly mulai heboh.  "Eh, tapi lo udah benaran sembuh kan, gak ada yang sakit-sakit lagi? Kaki lo benaran patah ya? Trus sekarang gimana? Udah bisa jalan kan? Dan sebenarnya yang udah buat lo kek gitu siapa sih? Lo gak coba..."

"Stooppppp"teriak Diba sengaja memotong perkataan Yuli. "Lo kalau tanya satu-satu dong . Gue gak mau jawab pertanyaan tadi, jadi lo ganti pertanyaan lain" ujar Diba.

"Eh, gak bisa gitu" suara Yuli sedikit meninggi. Sepertinya tingkat kekepoannya sudah high class. "Kalau ditanya itu harus jawab"

"Gak mau"

"Diba, kamu habis sakit kok ngeselin sih. Jawab dulu coba"

"Gak mau" Diba sedikit menekankan kata-katanya. Pertanda bahwa ia tidak ingin membahas hal tersebut.

"Diba...!!"

"BERISIK"

Keduanya langsung diam kala mendengar  teguran yang bernada sinis tadi. Sontak keduanya perlahan menoleh ke arah sumber suara. Wajah datar plus tatapan dingin mereka dapatkan dari seorang pemuda yang duduk di bangku pojok kanan sedang bermain game online di ponselnya.

"Sewot aja lo" balas Yuli yang tidak ingin acara keponya terganggu. Sehingga mendapat toyoran di lengannya.

"Apaan sih?" tanyanya pada Diba yang sudah menjadi pelaku menoyor tadi. Namun ia hanya mendapat pelototan tajam dari sahabtnya.

"Hehe, sorry Ray. Lanjut aja main nya" ujar Diba disertai senyum manis yang bahkan siapa saja langsung terpikat namun, tidak tidak dengan cowok tampan yang selalu menarik perhatian Diba. Ia bahkan tidak pernah melihat ke arah Diba. Sekan melihat Diba itu adalah haram dan akan mendapat dosa jika dilakukan. Buktinya sekarang ia sudah memalingkan wajahnya dari Diba, bahkan sebelum Diba menyelesaikan ucapanya. (Emang haram kan)

Diba memang memiliki paras yang cantik. Postur tubuh yang ideal bak model-model di majalah remaja ditambah lesung pipi yang memberi kesan manis pada dirinya. Pantas jika banyak cowok yang ingin mendekatinya. Namun ada apa dengan cowok yang selalu mendiamkannya ini? Benarkah ia tidak pernah tertarik kepada Diba?

"Yul, Rayhan tambah ganteng yaa" ucap Diba yang masih setia memerhatikan Rayhan.

"Masih suka lo?"

"Hustt, suaranya dipelanin dikit. Ntar kalau Rayhan dengar gimana?" Cicit Diba.

Rayhan Aldigantara cowok tampan yang berwajah datar dan minim ekspresi ini sudah menjadi objek yang dikagumi oleh Diba sejak menginjak bangku SMA. Saat itu Diba hanya penasaran dengan sikap dingin seorang Rayhan. Sehingga mendorongnya untuk mencari tahu keseharian Rayhan dan siapa yang tau, bukannya pencariannya membuahkan hasil malah ia terjebak dalam sebuah perasaan asing. Perasaan yang baru muncul namun bisa membuatnya bahagia. Meskipun perasaan itu hanya bisa ia pendam.

"Bagus dong kalau Rayhan dengar" bukannya dipelankan, malah Yuli sengaja menaikkan lagi suaranya.

"Yuli..." Diba memperingati dengan pelototan tajam. Ia sudah panas dingin dengan sikap Yuli yang blak-blak-an.

"DIBA KALAU JADI PENGAG... hmmptt" belum sempat Yuli menyeleasikan ucapannya, mulutnya sudah dibekap oleh Diba.

"Gak usah teriak-teriak ogeb!" Diba masih memperingati dengan berbisik.

"Hhhmmpptt"

"Diam, ok?" Tanya Diba dan diangguki oleh Sahabatnya. Kemudian ia melepaskan tanggannya dari mulut Yuli.

"Pagi semua.." Empat orang cowok muncul dari balik pintu. "Eh Diba lo udah masuk?" Lalu, berjalan menghampiri bangku Diba.  Disusul dengan para sahabatnya untuk menyapa Diba-sang famaous dalam kelas bahkan sekolah.

"Kelihatannya?" Bukan Diba yang menjawab tetapi sahabatnya.

"Gue gak ngomong sama lo" ucap salah seorang cowok yang baru saja menyapa Diba. 

"Udah tau masuk pake nanya lagi. Basi tau" ujar Yuli.

"Kenapa? Cemburu lo? Suka kan lo sama gue?" Kambuh lagi nih penyakit narsis nya. 

"Idih, sama lo. Mimpi sana. Sampai bapak Honguan ditemukan pun gak bakal gue suka sama lo"

"Udah dong Yuli, Vito. Nih jadi gue udah fit jadi gue masuk hari ini" ujar Diba, bermaksud meleraikan keduanya yang sudah mirip Tom and Jery . Ia sudah hafal betul dengan sikap dua orang di sampingnya ini. Setiap kali bertemu tidak pernah akur, bahkan sudah 2 tahun lebih bersama di SMA. Namun, tidak pernah ada tanda diantara keduanya untuk akur. Entah apa yang menyebabkan keduanya hingga tidak pernah akur.

Keduanya memang tidak lagi bersuara. Namun, tatapan di antara keduanya sudah menunjukan bahwa mereka masih ingin saling menghina. Sadar dengan situasi, kini Diba angkat suara. "Vito, sebaiknya lo duduk aja sana di bangku lo. Gak baik masih pagi udah saling ngehina"

"Sahabat lo tuh yang duluan" tunjuk vito ke arah Yuli. Sementara 3 sahabantnya tadi langsung menuju bangku masing-masing setelah menyapa Diba dan mananyakan kabar.

"Lo tuh yang duluan"

"Lo yang duluan"

"Lo"

"Hhhuuffftt" Diba menghembuskan nafas kasar melihat aksi kedua sahabatnya ini. Ia hanya menopang dagu diatas meja sambil menyaksikan dua curut di sampingnya.

Adu mulut antara keduanya terus berlanjut hingga seorang pria paruh baya memasuki ruangan.

"Selamat pagi anak-anak" ucapan salam yang terdengar nyaring membuat para siswa siswi di kelas tersebut berlarian menuju bangku masing-masing. Sama halnya dengan dua curut yang telah bercek-cok tadi.

"Pagi pak..."  jawab murid serempak.

"Ya. Jadi hari ini kita akan praktek lari jarak pendek. Silahkan ganti seragam kalian bapak tunggu di lapangan olahraga" ujar pak Bayu-sang guru olahraga.

"Baik pak..."

Kemudian, para siswa mulai riuh. Berlomba-lomba untuk memasuki ruang ganti terlebih dahulu.

"Dib, lo mau olahraga juga?" Tanya Yuli dengan sorot mata yang menatap iba.

"Ck, Iya lah, masa gue nganggur nonton kalian praktek"

"Lo benaran gak papa? Ini lari loh, bukan main tenis"

"Iya,  gue benaran gak papa" Diba meyakinkan dengan memamerkan senyum. "Yaudah yuk, ke ruang ganti"  lanjutnya.

#Hii Gaes...
Jadi ini tuh karya pertama aku. Gimana feel nya udh dapat belum?
Kalau belum coment aja ya.

#Selamat membaca#

secret admirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang