so you just take my hand

427 32 4
                                    

"Bisa kah kau kembali pada woojin? " tanyanya menghadang jihoon didepan kelasnya.
"Maaf, niel hyung. Aku tak bisa" jihoon melewati daniel.
"Jihoon, aku mohon. Dia mencintaimu" daniel sekarang bersimpuh dihadapan jihoon.
"Apa yang kau lakukan, hyung? " jihoon menarik tangan daniel agar berdiri.
"Aku mohon padamu, jangan buat dia seperti ini" pinta daniel menggenggam tangan jihoon yang menariknya tadi.
"Hyung, kau tak mengerti. Kau tak merasakan apa yang aku rasakan, hyung! " bentak jihoon menarik kuat tangannya dari genggaman daniel.
"Ya!  Aku tak merasakannya!  Karena aku bukan kau!  Dan apa kau tau apa yang dirasakan woojin? " tanya daniel menatap tajam kearah jihoon. "Tidak bukan?  Karena kau bukan woojin!  Aku tak pernah melihat woojin menangis seperti itu! "Sambung daniel. Daniel melangkahkan kakinya pergi dari hadapan jihoon.

"Jika kau mencintainya, kenapa tidak kau saja yang merasakannya? " teriak jihoon ketika melihat daniel beranjak dari hadapannya.

"Hahaha... Aku merasakannya, jihoon" daniel berbalik kearah jihoon. "Karena aku merasakannya makanya aku memintamu kembali padanya" ujar daniel ketika sampai dihadapan jihoon.
"Tapi sayang, orang yang ku cintai mencintai orang lain yang tak membalas cintanya" tambah daniel lalu melenggang pergi dari hadapan jihoon.

"Apa aku sudah sangat menyakiti woojin? " tanya jihoon pada dirinya sendiri. Air matanya mengalir dengan deras dipipinya.
Apakah dia benar-benar egois? Jihoon tak mengerti dengan ini sedikitpun.

"Guan!!  Guanlin" teriak jihoon ketika memasuki apartemen orang yang diteriakinya. Tapi jihoon tak menemukan si pemilik nya.

"Ada apa ,ji? " tanya seseorang disebrang sana yang terhubung melalui via telpon.
"Kau dimana? " tanya jihoon.
"Aku sedang di mini market, memang ada apa? " tanyanya lagi karena tak dijawab oleh jihoon.
"Aku sedang di apartemen mu, cepatlah pulang" jihoon menyandarkan punggungnya disofa diruang tamu apartemen guanlin.
"Ada apa?  Penting sekali ya? "Tanyanya lagi.
"Cepatlah pulang kita bicara di apartemen saja" jawab jihoon sebelum mematikan sambungannya.

"Ada apa? " tanyanya setelah membuka pintu apartemen nya dan menemukan jihoon duduk sambil memandang kosong kearah televisi yang menyala.
"Hei, ada apa? " tanyanya lagi menyentuh tangan jihoon.
"Eh?  Oh guan, sudah sampai? " guanlin hanya mengangguk menanggapi pertanyaan jihoon tadi.
"Duduklah dulu, aku ingin bicara" jihoon menarik guanlin agar duduk disebelahnya.
"Ada apa? " tanya guanlin setelah duduk disebelah jihoon.
"Aku ingin kembali pada woojin" ucap jihoon datar.
Jihoon melihat kearah guanlin yang diam tak menggubris ucapannya. Guanlin tersenyum melihat kearah jihoon. Tak ada guratan kesedihan, marah ataupun kecewa di wajah nya. Hanya senyuman yang Indah, tapi menyakitkan untuk jihoon. Dia kembali menyakiti orang sepertinya.
"Itu hakmu, Mau kembali pada woojin. Itu semua hak mu, ji" ujar guanlin tanpa menghilangkan senyumannya sedikitpun.
Jihoon langsung menubruk tubuh guanlin memeluk erat tubuh itu. Jihoon seperti manusia yang jahat sekarang.
"Maaf" ujar jihoon sembari mengeratkan pelukkannya.
"Tak apa, tak ada yang salah. Kau hanya dalam fase bosan dengan hubungan mu" guanlin menarik tangan jihoon yang melingkar di pinggangnya. "Dan lagi pula aku hanya selingkuhanmu, bukan siapa-siapa" ujar guanlin menangkup wajah jihoon yang memerah.
"Maafkan aku" tangis jihoon semakin pecah mendengar ucapan guanlin.
"Tak apa, pergilah. Woojin pasti menunggumu kembali" ucap guanlin melepaskan tangannya yang menangkup wajah jihoon tadi.
"Terima kasih"
"Pergilah, kejar woojinmu! " ujar guanlin mendorong pelan tubuh jihoon.
"Aku pergi, jaga dirimu" ucap jihoon sebelum pergi dari apartemen guanlin.

"Aku baik-baik saja" guanlin memegang dadanya, sesak itulah yang dirasakannya sekarang. Dia ingin egois tapi cintanya terlalu gila untuk menyakiti orang yang dicintainya.





Kaki jihoon masih berlarian menyusuri jalanan. Orang dicari masih belum ditemukan. Dari apartemennya, apartemen daniel bahkan menanyakan pada keluarganya pun sudah. Tapi hasilnya sama, tak ada yang tau. Bahkan sekarang daniel juga ikut mencari orang itu.

"Kau kemana? " jihoon terus melangkah kan kakinya, kemana saja asalkan bisa bertemu woojin.
"Jangan seperti ini, aku minta maaf" rapal jihoon terus berjalan.

Mulut jihoon terus merapalkan kata maaf dan kakinya masih Setia melangkah. Kemana saja, asal bisa bertemu.

Langkah kaki jihoon terhenti ketika sampai di sebuah taman bermain. Taman tempat pertemuan pertamanya dengan woojin. Tempat mereka bertemu sebelum pertemuan mereka selanjutnya disekolah.

"Hai, kau kenapa menangis? " tanya seorang anak kecil yang dipenuhi oleh keringat, dan nafasnya yang tersengal - sengal kecil sepertinya habis berlari-larian.
"Bukan urusanmu!  Sok kenal!! " bentaknya pada anak itu.
"Oh, namaku park woojin. Dan kau? " tanyanya lagi.
"Aku tak peduli" jawabnya  lagi berdiri menghadap anak yang bertanya tadi.
"Kau manis kalau dilihat, tapi kau jelek kalau menangis seperti ini" ujarnya merayu anak yang menatap nyalang padanya.
"Awas kau! " usirnya mendorongnya anak itu, apa-apaan Anak itu membuat pipinya memerah dan dengan sekuat tenaga dia berlari meninggalkan taman bermain itu.

Air mata jihoon kembali mengalir, kenapa dia bisa melupakan anak itu?  Kenapa dia membuat anak itu menangis?  Sejahat itu kah dia?.

Jihoon masuk kedalam taman, tapi langkahnya kembali terhenti didepan ayunan kayu. Disana duduk seorang yang dicarinya sedari tadi tengah duduk dengan menatap kakinya yang tersentuh oleh tanah.

"Aku benci padamu! " jerit jihoon ketika sampai di hadapan orang itu. Jeritannya membuat orang itu kaget dan langsung berdiri.
"Aku benci padamu, woojin!! " tangis jihoon semakin pecah ketika melihat mata sembab woojin yang masih basah oleh air mata.
"Kenapa menangis? " tanya woojin lembut lalu menarik jihoon kedalam pelukkannya.
"Aku minta maaf, aku jahat" ujar jihoon membalas pelukkan woojin.
"Hei, kenapa minta maaf?  Dan kau salah apa hmm? " tanya woojin mengecupi pucuk kepala jihoon.
"Aku sudah menyakitimu, jin" rengek jihoon.
"Tidak, kau tak menyakiti ku, ji" woojin menggoyangkan badan nya pelan menenangkan jihoon.
"Aku sudah membuatmu menangis" jihoon mendongak melihat wajah woojin.
"Kau tak membuatku menangis, aku hanya cengeng" woojin tersenyum menatap jihoon.
"Tapi aku berani berselingkuh, jin" tambah jihoon. Kenapa anak ini tak marah padanya?
"Kau hanya bosan, dalam hubungan pasti ada rasa bosan. Dan aku yakin kau akan kembali jika kau sudah tak bosan lagi.
Dan itu benar, lihat kau kembali, ji" jelas woojin. Jihoon kembali membenamkan wajahnya kedalam pelukkan woojin.

"Jadi memaafkan ku? " tanya jihoon melepaskan pelukkan mereka.
"Iya" woojin tersenyum lebar.
"Jadi? "
"Jadi? "
"Jadi, raih tanganku, genggam dan jaga aku" ujar jihoon tersenyum kearah woojin.
"Jadi, ku raih tanganmu, ku genggam lalu ku jaga" woojin melakukan semua yang diucapkannya, meraih tangan jihoon menggenggam nya lalu memasukkan kedalam saku hoodie nya.
"Aku mencintaimu" jihoon kembali berhamburan memeluk tubuh orang yang ternyata di cintainya ini.






"Aku kalah, benar-benar kalah tapi aku bahagia melihatmu bahagia,jinie" ujarnya meninggalkan taman bermain.










Next.....





Senergizer....

I Hope (2park/NielCham/PanWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang