Stay With Me

871 39 7
                                    

"Mari akhiri" ucapnya ketika sampai dihadapan orang yang dicarinya sedari tadi.
"Apanya?  Game? " tanya orang itu tak mengerti maksud dari orang yang baru datang itu.
"Hubungan kita" dia langsung menghentikan bermain game di ponselnya.
"K-kenapa? " tanyanya langsung berdiri dari kursi yang sedari tadi didudukinya.
"Aku selingkuh! " ketus jihoon meninggalkan orang tadi yang masih terdiam ditempatnya.

"Jihoon!! " dia mengejar orang yang bernama jihoon berjalan tak jauh didepannya.
"Park jihoon! " lagi-lagi tak digubris oleh orang yang memiliki nama.

"Ji, jihoon" dia berhasil meraih tangan orang yang sedari tadi tak menggubris panggilannya.
"Apa?? Apalagi yang kau mau?! " teriak jihoon menepis tangannya yang menggenggam tangannya.
"Aku tak mau berakhir, jihoon-ah" dia kembali menggenggam tangan jihoon tapi lagi-lagi ditepis oleh jihoon.
"Lalu? Bukan kah hanya kau yang tak mau, tapi aku mau!!  Jadi kita berakhir! " jihoon mendorong kuat tubuh orang itu agar menjauh darinya lalu berlari secepat mungkin agar orang itu tak mengejarnya.

Air matanya mengalir, melewati pipi tirusnya. Dia masih terduduk dilantai dengan memandangi kedepan melihat lorong kosong tempat jihoon berlari menjauhinya tadi. Dia ingin mengejar tapi jika jihoon terus menolaknya. Apa yang harus dia lakukan?.

"Kenapa? " tanya pria tinggi yang sekarang duduk disebelahnya. Masih terlihat diwajahnya kekesalan yang memuncak.
"Dia tak mau melepaskan ku" jawabnya yang sekarang berubah sendu.
"Jika dia tak mau melepaskan bukankah itu tandanya dia sangat mencintaimu? " tanya pria tinggi itu lagi.
"Tapi aku bosan, guan. Aku merasa sekarang ada yang mengganjal dihatiku, tapi apa aku tak tau" ungkapnya memegang kepalanya.
"Mungkin karena kau selingkuh dengan ku" jihoon langsung melirik kearah pria tinggi itu yang sekarang menatapnya.
"Maaf, maafkan aku menjadikanmu pelarian, guan" sesal jihoon. Pria itu langsung menarik jihoon kedalam dekapannya.
"Tak apa, tak masalah asalkan itu kau, ji" dia mengelus punggung bergetar jihoon.
"Maaf, maaf" jihoon mengeratkan pelukannya.








"Kenapa? " tanyanya duduk dihadapannya yang sedang mengaduk makanannya tak semangat dengan wajah cemberut. Dia hanya menggelengkan kepalanya tanda tak ada apa-apa.
"Hai manis, jangan melamun. Nanti kesambet setan lho~" godanya menguyel-nguyel pipinya .
"Ih!  Apaan sih, niel hyung!  Aku seme!  Aku gak manis! Dan namaku woojin!" pekik woojin menepis tangan orang yang dipanggil niel.
"Jinie ku imut banget~ pengen cium" ucapnya kembali memainkan pipi woojin yang selalu ditepis oleh si pemilik pipi dan semakin memajukan bibirnya.
"Aku bukan jiniemu,daniel hyung! " ujar woojin menatap tajam daniel yang tersenyum kearahnya.
"Benarkah? Tapi aku ingin woojin jadi jinnieku" jawab daniel, woojin memutar malas matanya, heran dengan sahabatnya yang berbeda 3 tahun diatasnya ini. Selalu mengganggunya, selalu menggodanya dan selalu mengatakan Cinta padanya.
"Jangan mengganggu ku, niel hyung. Aku sedang ada masalah" ujar woojin menyuap makanan yang sedari tadi diaduknya kedalam mulutnya.
"Jihoon lagi? " woojin mengangguk menanggapi pertanyaan daniel.
"Kenapa lagi? " sekarang senyum yang terukir tadi telah hilang.
"Jihoon meminta aku mengakhiri hubungan ku dengannya" woojin menunduk, air matanya telah berkumpul di bawah kelopak matanya dan matanya sudah buram akibat air yang menutupi kornea matanya.
"Kau menolaknya? " tanya daniel beranjak dari hadapan woojin menuju sebelahnya.
Woojin hanya mengangguk.
"Apa alasannya? " tanya daniel lagi.
"Dia bilang dia berselingkuh,  aku tak tau harus apa, mau marah, kesal atau menangis aku tak tau, hyung" daniel menarik woojin dalam pelukkannya. Untunglah saat ini caffe daniel tak terlalu ramai, jadi tak masalah kalau woojin menangis pun.
"Menangislah, keluarkan semuanya. Semuanya akan baik-baik saja" daniel semakin mengeratkan pelukkannya ketika woojin membalas pelukkannya. Suara tangisan woojin teredam karena woojin menenggelamkan kepalanya didada daniel.
"Semua orang pernah merasakannya, semuanya akan baik- baik saja, jinie" daniel menggoyangkan lemah badannya kekiri dan kekanan untuk menenangkan woojin.











"Jihoon!! " teriaknya berlari mengejar orang yang tak bisa dihubunginya beberapa hari ini. Dan sekarang sepertinya Tuhan berbaik hati padanya. Dia melihat jihoon berjalan sendirian di area kampus.
Mata woojin melebar ketika melihat jihoon berlari meninggalkannya.
"Jihoon!!  Tunggu!!.... Jihoon aku ingin bicara! " teriaknya terus berlari mengejar jihoon yang tak menggubris sedikitpun.

Dan sekali lagi woojin harus berterima kasih pada Tuhan, karena sekarang jihoon terpojok dibelakang sekolah yang berlapis dinding kokoh.

"Tetaplah bersamaku, ji" woojin melangkahkan kakinya mendekat kearah jihoon yang telah tersandar di dinding tinggi itu.
"Ji, ku mohon tetaplah bersamaku"









Next......


Hanya terniat ingin publish lagi.....sebelum hiatus beberapa saat....



Senergizer......

I Hope (2park/NielCham/PanWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang