Vorbi

138 34 1
                                    

Ini sudah lebih dari dua hari Jaemin mengabaikannya. Dari mulai tidak membalas pesannya, tidak mengangkat teleponnya, bahkan tidak mau menemuinya. Dan Mark tidak tahu apa yang membuat Jaemin memperlakukannya seperti itu—atau mungkin ia terlalu bodoh karena tidak tau di mana letak kesalahannya.

Duh, bukannya Mark bersikap apatis nih. Tapi kan selama dua minggu ini ia sibuk dengan test IELTS-nya, pokoknya ia sibuk mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan beasiswanya.

Omong-omong soal beasiswa, Mark mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Australia dan tentu Mark tidak akan menyianyiakan kesempatan untuk bersekolah di sana. Dan juga, Mark baru sempat memberitahu Jaemin hal ini lima hari yang lalu—Ia punya alasan sendiri kenapa tidak langsung memberitahu Jaemin, salah satunya karena pemuda itu tengah memusingkan ujian CSAT-nya.

Berhubung hari ini Mark sedang tidak begitu sibuk, ia menyempatkan dirinya untuk mengunjungi rumah Jaemin. Siapa tau Jaemin mau berbicara dengannya sekarang. Namun saat ia sampai di rumah sang kekasih, nyonya Na mengatakan jika Jaemin tidak berada di sana. Ia masih di tempat ujiannya.

Mark memilh untuk menunggu, lagipula besok ia harus pergi untuk mengambil hasil test IELTS-nya dan juga harus memerikas kesehatan fisiknya. Sebenarnya Mark ingin Jaemin menemaninya namun mengingat Jaemin yang juga sibuk dengan berbagai ujian akhir membuat Mark mengurungkan niatnya.

"Mark." Nyonya Na memanggil namanya, "Jaemin bilang ia menginap di rumah Jisung, anak itu merengek pada Jaemin."

Mark mengenakan kembali tasnya, ia tersenyum tipis pada nyonya Na.

"Kau mau ke rumah Jisung?"

"Tidak, aku harus pulang. Masih banyak hal yang harus aku lakukan besok."

"Ah benar, kamu mau mempersiapkan kuliahmu ya. Yaa, aku bangga padamu Mark." Nyonya Na mengusap surai Mark lalu memeluk tubuh Mark, "Diluar sudah mulai dingin, pakai ini ya."

Nyonya Na memasangkan syal rajut kelehernya, "Sampai jumpa."

[ Vorbi ]

Nana

Jaemin, bagaimana dengan testmu?

Aku benar-benar rindu kamu T^T

Jaemin kapan kita bisa bertemu

Jawab aku dong!

Minggu ini, temui aku di taman. Jangan lupa bola basketmu!

Mark tersedak jus semangkanya, akhirnya Jaemin menjawab pesannya. Mark tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak. Hal ini membuat pengunjung kafe memperhatikannya, duh Mark bahkan lupa jika ia kini berada di sebuah kafe.

"Memalukan." Komentar Hyungseob tak membuat Mark sadar, pemuda itu terus tersenyum sembari memukul-mukul tangannya.

[ Vorbi ]

Mark dapat melihat Jaemin yang sudah di bangku taman, ia mengenakan jaket tebal dan celana training. Matanya fokus pada ponselnya, hingga ia tidak sadar jika Mark sudah berada di hadapannya.

Mark mencubit pipi Jaemin gemas, membuat pemuda Na menyadari keberadaan Mark. Jaemin merebut bola basket di tangan Mark, ia men-dribble bola basketnya sembari berjalan menuju lapangan. Mark mengikuti Jaemin dari belakang.

Untuk beberapa saat mereka hanya melakukan three point tanpa mengatakan apapun, Mark yang mulai bosan dengan sikap Jaemin akhirnya membuka suara.

"Bagaimana dengan lay up atau man to man?"

Jaemin tak menjawab pertanyaan Mark namun ia langsung berlari menuju tiang dan memasukkan bola kedalam ring kemudian ia mengambil bolanya lalu melempar bola ke arah Mark, "Man to man."

Mark tersenyum tipis, setidaknya jika mereka bertanding satu sama lain Mark bisa berbicara pada Jaemin. Sekedar mencemoohnya karena ia tidak bisa merebut bola atau mungkin langsung menanyakan soal mengapa-tidak-membalas-pesanku.

"Omong-omong—"

"Tempo hari tesnya sulit, harusnya kamu tahu aku tidak menyukai test. Tidaksepertimubahkansampaimengikutiteskeluarnegeri."

"Ya?" Mark memegang bola dengan kedua tangannya, ia mencoba menangkap apa yang Jaemin katakan karena sungguh Jaemin berbicara sangat cepat.

Jaemin merotasikan bola matanya, ia merebut bola di tangan Mark. Mark memblok Jaemin yang akan memasukkan bola kedalam ring, "Lalu kenapa akhir-akhir ini kamu mengabaikanku?"

Jaemin menginjak kaki Mark, ketika kekasihnya itu kesakitan ia memasukan bola kedalam ring. Lalu ia kembali mendribble bola, "Itu karena kamu tiba-tiba bilang akan pergi ke Australia, sialan!"

Jaemin melempar bola pada Mark yang baru saja berdiri tegak, tanpa sengaja bola itu mengenai wajah Mark. Jaemin membulatkan matanya, darah mengalir dari hidung Mark.

[ Vorbi ]

"Padahal tidak usah khawatir, cuaca 'kan sudah mulai dingin. Darahku pasti akan membeku dengan sendirinya."

Jaemin merotasikan bola matanya, ia menekan hidung Mark membuat yang lebih tua mengaduh kesakitan.

"Aku kesal!" tandas Jaemin, Mark mengusap surai Jaemin namun Jaemin menempisnya.

"Duh, setidaknya kasih tahu apa kesalahanku, Jaem."

Jaemin menatap Mark, "Kamu tidak salah. Aku hanya sedih karena kamu akan pergi ke Australia, belum lagi selama natal kau akan kembali ke Kanada lalu langsung pergi ke Australia. Kita pasti akan sangat—sangat—sangattttt sulit untuk bertemu."

"Hanya tiga tahun Jaem, selama itu kita fokuskan untuk kuliah, okay? Lagipula aku akan pulang setiap libur tiba, tidak usah seperti ini."

Jaemin memeluk tubuh Mark, "Janji ya! Jangan berhubungan dengan gadis maupun pemuda lainnya!"

Mark tersenyum tipis, ia mengusap punggung Jaemin. Tentu ia tidak akan melirik pemuda ataupun gadis di sana. Setidaknya itu yang ia pikirkan sekarang, tapi di masa mendatang bisa saja itu berubah kan?

Selesai.




vi. melt the coldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang