Unchange

207 44 4
                                    

Di antara yang berubah, ada satu yang tetap konstan.

ㅡㅡㅡ

Musim panas telah mencapai penghujung, mulai berganti musim hujan yang sangat membosankan tapi harus disyukuri juga.

Jaemin mengeratkan pelukan pada tasnya. Melakukan ekshalasi, kemudian menggembungkan pipinya. Tangannya terulur meraih tetesan hujan.
"Bagus sekali. Tak membawa jaket, jas hujan dan payung. Aih, dingin!" Jaemin menepi dari pinggiran halte tempatnya berteduh.

Inginnya duduk, namun kursi halte basah. Benar-benar lengkap sudah penderitaan Jaemin hari ini.

Bibirnya mengerucut, kemudian menunduk dalam.

"Lupa bawa jaket lagi?" Suara dari samping kirinya mengejutkan Jaemin, lantas ia mendongak kemudian tersenyum cerah layaknya mentari.

Jaemin mengangguk, kemudian memeluk pria di samping kirinya erat. "Kak Mark~ Aku rindu."

"Jangan rindu itu berat, biar aku saja," ucap Mark lancar, membuat Jaemin berseru kecil kemudian memukul mesra lengan Mark.

Kekehan merdu keluar dari belah bibir Mark. Kemudian dieratkan jaket hitamnya yang bertengger manis di bahu Jaemin seraya mendekap si manis erat.

Meski di tengah hujan deras yang dingin, Jaemin merasa hangat. Karena Mark di sampingnya.



Keduanya basah kuyup akibat nekat menerobos hujan yang tak kunjung reda.

Rumah Mark adalah tempat mereka singgah. Mereka segera memasuki kamar mandi dan membilas tubuh mereka, saling memunggungi dengan pipi merona merah.

Keduanya selesai membilas tubuh dan berganti pakaian. Jaemin menggulung diri di dalam selimut tebal milik sang kekasih, sementara Mark meninggalkannya untuk membuat teh hangat.

"Kak Mark ... Mau peluuuk!" Jaemin merentangkan tangan kala sang pacar baru saja membuka pintu kamar.

Mark tersenyum, meletakkan tehnya di atas nakas kemudian menerjang Jaemin yang masih berbalut selimut.

Keduanya tertawa, kemudian terhenti saat sadar keduanya terlalu dekat. Debaran jantung bersahutan, pipi bersemu dan senyum yang tertahan.

"Jaemin, kamu cantik." Mark menyentuh tiap inci wajah Jaemin dengan telunjuknya, berhenti di belah bibir merah si manis.

Kelereng mereka bertemu, menatap satu sama lain dengan penuh mesra. Dan perlahan jarak merapat, terkikis oleh sebuah keinginan untuk merasa.

Belah bibir ranum yang dingin dan manis itu, perlahan menghangat. Meleleh sebab pagutan mesra Mark yang penuh akan cinta dan sayang.

Oh, biarlah hujan dengan angin bertiup dingin mesra mencumbu pohon, tak akan mengganggu kemesraan dua insan yang dimabuk asmara.

Senyum malu-malu terbit dari bibir keduanya, saling menatap dengan pipi bersemu. Kemudian tertawa kecil dan saling menggoda.

Musim bisa saja berubah, namun bagi Jaemin, Mark akan selalu tetap hangat. Sehangat pertama kali mereka bertemu, berkenalan kemudian bertukar pesan. Dan begitu pun bagi Mark, tak akan ada yang berubah, Jaemin akan selalu menjadi mataharinya meski hujan badai mengguyur di luar sana.

selesai.

editor's note :
ini salah satu dingin yang menghangatkan
yang kami sebutkan sebelumnya di
papan pengumuman!
begitu romantis!♡

vi. melt the coldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang