CHAPTER[5]

22 2 0
                                    

malam pun tiba, namun sosok yang lisya tunggu sedari tadi tak muncul muncul. Alvino memang benar benar membuat lisya cemas, dia sudah menelpon terus menerus namun tak diangkat, di watsapp pun tak dibales.

Lisya khawatir dia terus mondar mandir, hatinya sangat getir tak karuan. Dia takut sesuatu terjadi pada alvino, namun dia tetap positive thingking dan berdoa.

Berjam - jam lisya menunggu kedatangannya, dan alvino ternyata pulang dengan keadaan sehat walafiat.

"Dari mana aja kamu mas? Aku khawatir" lisya yang hendak salam, tangannya langsung ditepis oleh vino. Ada apa dengannya? Dingin sekali.

"Mas, kamu kenapa? Ada masalah?" Ujarnya

"Tidak, aku hanya capek. Sudah jangan ganggu aku." Tegas vino menuju kamar, namun kamar yang dituju bukanlah kamar yang seharusnya melainkan kamar yang satu lagi. "Aku akan pisah ranjang. Aku tidak mau satu ranjang dengan wanita yang tak tahu malu!" Sambungnya lalu menutup pintu dan menguncinya

"Mas! Mas vino kenapa? Aku hanya ingin salim padamu, apa itu salah?" Tanya lisya, alvino tak menggubris sama sekali, dia berlama berkutat dalam kamarnya.

"Kalau aku ada salah aku minta maaf mas, aku akan tetap menunggu mu disini sampai kau memb-" belum sampai omongannya, knop pintu bergerak dan menampilkan wajar yang tak asing melainkan itu alvino sendiri.

"Ngapain?" Tanyanya dengan dingin dan tajam.

"Aku, aku minta maaf mas. Kamu kenapa? Aku salah dimana mas, bahkan aku gatau aku salah apa"

"Cih! Pertanyaan bodoh." Ujar vino membuat lisya tersentak, tak tahu bagaimana dia harus sabar

"Kalau kamu ada masalah berbagilah padaku, jangan seperti ini. Aku hanya ingin tau kamu kenapa, kenapa saat aku salim padamu kau malah seperti itu mas? Apa aku salah?" Tanya lisya menahan isaknya.

"Saya ga terbiasa" ujarnya. "Lalu kenapa kau memutuskan untuk pindah kamar? Memangnya kenapa? Aku mengganggumu mas?" Kalau alvino mengatakan sejujurnya pasti akan ada ribut diantaranya lebih baik dia berbohong.

"Aku hanya ingin pindah kamar, salah? Kenapa memangnya ini rumahku" katanya lalu ia beranjak menuju dapur.

"Makanan mana?" Makanan? Tumben sekali alvino bertanya

"Em- itu anu aku ga masak karna ga ada bahannya mas"

"Kenapa ga bilang si? Susah emangnya tinggal bilang? Apa kamu takut? Atau malu?" Tanya vino

"Aku ga enak sama kamu mas. Tapi ada mie instan kok, kamu mau?" Tanya lisya, lalu alvino mendekat.

"Mie instan ga sehat, apa kau makan mie instan tadi?" Tanya vino benar.

"Iya mas memangnya kenapa?"

"Tidak sehat. Kau amnesia, mie instan itu gabaik untuk kesehatan. Memang tak sayang badan jadi susah untuk merawat" tandasnya membuat lisya tercengang. Apakah ia mulai perduli?

"Mm, mas tunggu sebentar. Boleh aku bicara sebentar?" Pintanya "sebentar saja, 5menit" parau lisya pada vino.

"Apa lagi?"

"Besok kamu sibuk ga? Antar aku ke supermarket yuk, sekalian belanja kebutuhan. Bisa ga mas?" Tanya lisya, membuat alvino binggung pasalnya dia sudah ada janji pada vina untuk makan siang.

"Oh kalau memang ga bisa jang-"

"Bisa, tapi gabisa lama lama. Aku sibuk" potongnya lalu masuk kedalam kamar yang berbeda.

Senyum lisya mengembang lalu ia masuk kedalam kamar yang terpisah dari suaminya. Sepi, satu kata yang menggambarkan keadaannya sekarang. Walaupun memang sebelumnya tak berbincang bincang pada alvino namun sisi lain dia tak sendiri diruangan seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

aku, kamu dan kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang