Lisya yang sudah merapihkan segala macam yang ada dimeja pun menghampiri alvino.
"mau cerita apa mas?" Tanya lisya
"hm- pasal kemarin, aku ingin bicara tentang wanita itu. aku harap kau mengerti" lisya bungkam, sakit sekali mendengar suaminya melontarkan wanita lain. bahkan 'wanita itu' sebagai celah masuk rumah tangga mereka.
"lisya? Kalau kamu ga mau dengarpun kau pasti akan tau juga" lisya hanya melamun tak mendengar ucapan alvino sedari tadi, pikirannya sudah tak bisa dikendalikan. hal negatif tentang suami dan wanita itu memenuhi pikirannya sekarang. apakah waktu kamu pulang dan tercium bau parfum wanita yang sangat menyengat itu dia? ,batinnya berkata.
"Lisya? Kamu gapapa?" Ucap alvino dengan menepuk pundak lisya, lisya yang menyadari itu pun terkejut. "Oh iya mas, ceritakan saja" jawab lisya.
"Vina, wanita yang saya sangat cintai. Wanita pertama yang membuat saya jatuh cinta, sekali. Entah dari mana saya suka pada vina, karna dia terlalu sempurna. Dia sangat baik padaku, pada semua orang. Bahkan satu perusahaan tau dia karna baik nya" ucap alvino
"Saya mulai dekat dengan dia, karna dia asisten saya. Saya mengajaknya keluar kota karna hanya ingin berdua tanpa ada seorang pun, lalu disana saya menyatakan cinta padanya. Dan ternyata hal yang saya tak terduga, dia juga mencintai saya. Saya sangat senang." Sambung alvino
"Say-" ucapnya terpotong. "Wanita itu yang kau jenguk waktu 2 hari yang lalu?" Tanya lisya membuat alvino tersentak. Bagaimana kamu tau lisya? ,batinku alvino
"Kamu tau?"
"Aku hanya bertanya, memang benar? Yang kau jenguk itu, wanita itu?" Tanya lisya dengan tegas.
"Mm, iya lisya" dugaan yang disangka lisya pun benar, ternyata suami nya bertemu dengan nya. Lisya berharap wanita itu tau tentang keberadaannya, sebagai istri alvino jika bertemu nanti. Bahkan lisya ingin menyingkirkan wanita itu dengan cara halus.
"Lisya? Kenapa kamu mengira itu vina?" Tanya alvino membuat lamunannya buyar.
"Karna bajumu!" Tegas lisya.
"Bajuku? Ada apa dengan bajuku?" Tanya alvino.
"Bukan ada apanya, tapi kenapa!" Pupus sudah sabar lisya, dia sedikit melihatkan amarahnya. Agar alvino tau, bukan hanya dia yang bisa marah. Lisya pun bisa dan ini untuk pengajarannya saja, bahwa seharusnya pasangan itu saling mengerti satu sama lain. Bukan sepihak saja.
"Kenapa bajumu bau parfum wanita mas? A-aku sudah menepis hal negatif tentang mu, namun ga sepenuhnya itu tertepis. Apa kamu berpelukan dengan wanita itu? Sampai bajumu terkena parfumnya? Apakah kau memang memakai parfum wanita? Mustahil bukan mas!" Ujarnya membuat alvino kebingunggan, dia binggung harus jawab apa.
"Saat dia sakit, aku selalu ada untuknya lisya. Aku disampingnya, aku bergadang hanya untuk memastikan dia baik baik saja. Sebelum pulang aku berpamitan dengannya dan memeluknya. Ya karna memang itu sudah biasa diantara aku dan vina. Tapi aku ga nyangka parfum dia sampai mengenai bajuku." Jawab alvino dengan sedikit rasa cemas, karna raut muka lisya sudah tak bersahabat. Apakah ini tanda diadakan perang dunia 1? Haha.
"Kau memeluknya? Kau masih pacaran dengannya? Kau sudah terbiasa dengan cara seperti itu setelah berpisah? Kau sudah pernah menciumnya?" Tanya lisya dengan rasa penasarannya, wajar saja dia istri nya. Dia harus tau lebih dalam tentang hidup suaminya itu.
"Iya aku memeluknya setelah kita akan berpisah."
"Pertanyaan yang lain kamu ga jawab? Ap-"
"Iya lisya aku masih pacaran dengannya, dan aku pernah menciumnya" demi apapun lisya ingin pergi dari rumah ini sekarang. Namun dia harus pergi kemana? Jarak dari rumahnya ke rumah orangtua nya pun terbilang cukup jauh sekali.
"Kamu masih pacaran mas, Lalu kita itu apa? Kamu mempermainkan pernikahan ini mas? Mas! Pernikahan itu sakral seumur hidup jangan lupa itu!"
"Kamu tau apa yang kamu lakuin dengan perempuan itu sampai ini salah?" Tanya lisya
"Iya aku tau, lalu? Aku ga mau menyakiti hatinya lisya. Itu saja" jawab alvino
"Kamu memang engga menyakiti hati dia, tapi hati aku?" Ucapnya lalu hendak berdiri, namun secepat mungkin alvino menahannya. Entah dorongan darimana alvino tak tega sama sekali.
"Lepas mas!" Pinta nya
"Kamu mau kemana? Duduk dulu sebentar. 5 menit lagi" mohonnya dengan tatapan nanar, lisya tak tega lalu dia kembali duduk.
"Aku minta maaf, lalu kau mau apa lisya?" Pertanyaan apa ini? Sudah jelas bukan? mengakhiri hubungannya dengan perempuan itu. Apa alvino typekal lelaki yang ga peka? Ada ada saja.
"Aku mau kau mengakhiri hubunganmu dengannya. Aku harap kau mengerti itu" jawab lisya
"Sudah bicaranya?"
"Iya, tapi aku masih ingin berbicara denganmu. Apa hari ini kamu sibuk lisya?" Tentu saja tidak alvino, sibuk tentang apa? Bahkan dia tak tau setelah dia beranjak dan mau melakukan apa.
"Katamu? Pasal apa yang kamu ingin bicarakan lagi mas?"
"Pasal kita" ujar alvino membuat lisya tersenyum. Sejak kapan aku dan kamu menjadi kita?
"Kita?" Ucap lisya. "Bukankah kita baik baik saja? Selama tidak ada perempuan ketiga masuk?"
"Vina maksudmu? Jangan salahkan vina, lisya. Aku kan hanya bercerita padamu bukan berarti dia orang ketiga dari kita kan?"
"Mas kau jangan memutar mutarkan cerita. Kamu tau hubungan kita kan? Suami istri. Tanem dalam hatimu kita itu sudah berumah tangga. Kalau kamu sebelumnya memang sudah punya pasangan lalu kau akan menikah kamu seharusnya mengakhiri hubunganmu dengannya. Kalau seperti ini kau akan menyinggungkan kedua belah pihak, dan statusmu dengannya itu sudah jelas tidak diperbolehkan. Aku memang ga tau sifat dia mas, katamu dia baik pada semua orang. Tapi kalau dia ke aku? Belum tentu. Dia sudah tau kalau kita sudah menikah?" Jelasnya
"Iya dia sudah kuberi tau"
"Lalu? Bagaimana dengan dia?" Tanya lisya
"Dia hanya ingin tetap bersamaku lisya" ujar alvino
"Mas kalau orang lain tau bagaimana? Kamu menjelekan nama keluargaku dan kamu juga. Vina baik padamu dengan cara apa mas? Kalau suatu hari nanti aku bertemu dengannya, aku gatau dia akan sebaik atau semarah apa padaku. Dia sudah tau aku sebagai pasangan sah untukmu apakah dia akan merelakanmu atau dia akan merebutmu kembali." Tekan lisya pada alvino
"Satu lagi. Aku harap kamu engga bertemu dengannya lagi"
"Memangnya kenapa? Dia asistenku lisya, bagaimana aku engga bertemu dengannya? Bahkan setiap menit dia akan selalu ada setiap harinya" jawab alvino dengan sedikit menaikan suaranya. Mungkin alvino marah dengan cara halus ,hhe.
"Kalau begitu, asistenmu ga cowo aja? Susah memangnya ya? Sudah lah mas aku ingin bersih bersih rumah. Aku gamau berantem sama kamu lagi untuk kedua kali nya" lagi? Memangnya kita pernah berantem sebelumnya? Batin alvino.
Hai terimakasi sudah membaca! Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini kalau bagus. Terimakasi
KAMU SEDANG MEMBACA
aku, kamu dan kita
RomanceAku menulis bukan semata-mata karena aku ingin menjadi penulis. Aku menulis, karena aku ingin menulis. Seperti halnya aku mencintaimu. Memang benar, cita-citaku adalah menjadi istri yang sah untukmu (yang mengecup keningmu, ketika kebetulan aku terb...