PART 2: Embarassing Day

153 3 0
                                    

“YOU’RE LATE FOR SCHOOOOOOOOOL!!!!!!!!!!!”, Bunda memarahiku karena ini sudah siang dan aku belum bangun juga. Aku menuruni anak tangga satu persatu dan tersenyum lebar di depan Bunda yang sudah memasang muka jengkel.

“Kamu tau kan sekarang Bunda & Pa Nono ga bisa nganter kamu?” “WHAT MOM??! I DON’T KNOW!!!!!”, mataku membulat dan terkejut. Aku langsung lari menjauhi rumah menuju sekolah.

TID TID TID

“Lo kenapa lari-lari? Sama gue aja sini cepet naik daripada lo mesti lari-lari. Nanti dihujat lagi di ask.fm”, Andreano tertawa lebar dan aku hanya menatap datar.

“Sorry gue becanda. Cepet naik.”, ia membukakan pintu mobilnya untukku. Aku hanya menatap datar dan menyilangkan kedua tanganku.

“Serius ga mau naik? Yaudah.” Ia kembali ke dalam mobilnya. Gue kan tadinya mau jual mahal tapi kalo terlambat sekolah nanti gue dihukum terus dihujat lagi gimana?, batinku.

Andreano sudah menancap gas ketika aku membuka pintu mobil dan memasukinya. “Cepet jalan.”, ia menatapku sambil tersenyum miring.

Selama perjalanan, aku dan Andreano tidak berbicara sepatah katapun. “Eh, lo nerima line gue kan?”, katanya menetralkan suasana.

“Line apaan?”, kataku pura-pura tidak mengetahuinya.

 “Serius? Dari gue, Bynaldi.”, ia seakan percaya tak percaya.

“Enggak tuh, lo salah id line kali. Ngomong-ngomong kenapa Bynaldi?”.

“Jadi, id line lo yang bener apaan? Andreano Bynaldi Addison. Gue biasa dipanggil Aldi sih, tapi terserah lo mau bilang apa. Bey aja deh, biar dikira bilang baby.”, ia menggodaku. Dasar laki-laki penggoda. Aku tak menjawabnya karena ini sudah di depan sekolah. Aku bahkan tidak mengucapkan terima kasih.

Yang ada ia malah ke gr an nanti gue dijadiin cewe ke 100000 nya lagi hih mana mau gue, batinku.

“Sama-sama Zey.”, ia tersenyum miring seperti apa yang sering ia lakukan. Setelah aku turun dari mobilnya, tatapan para siswa tertuju padaku. Aku mendengar mereka membicarakanku.S-U-D-A-H B-I-A-S-A. Aku memasuki kelas dengan dinginnya, tidak memperdulikan siapapun yang menatapku.

KRING KRING KRING

Sebenarnya, aku benci istirahat. Karena setiap aku keluar dari kelas, semua mata tertuju padaku. Tidak ada yang mau menjadi temanku, ada sih mungkin tapi aku tidak ingin menjadi temannya. Munafik semuanya, tidak ada di kamus bahasan Zeona ada yang namanya BEST FRIEND FOREVER. Fiktif belaka saja.

Aku melangkahkan kakiku ke kantin dan di sana aku melihat Andreano sedang bermesraan dengan perempuan yang….OH! Dia yang melemparkan kulit pisang ke atas kepalaku. Seperti biasanya, aku duduk sendiri di kantin sementara murid-murid yang lainnya sibuk menggosipi orang. Aku benci gossip. Aku bukan anak anti sosial, aku memiliki banyak sekali teman namun bukan di sini. Aku hanya berteman dengan anak-anak eksis karena aku tau mereka itu seperti aku.

Tiba-tiba si cewe full make-up itu menghampiriku. “Lo gapunya temen? YAIYALAH. Ga perlu dijawab juga semua orang udah tau jawabannya.”, ia menyentakku dengan memutarkan rambut-rambutnya yang ikal itu karena catokan. Huh dasar tidak natural.

“Ya udah ngapain lo nanya?”, jawabku kesal.

“Lo ngapain tadi berangkat sekolah bareng pacar gue?”, ia mengalihkan topik pembicaraan seakan tidak ingin membiarkanku pergi tanpa ia mengetahui semua informasi tentang Andreano.

 “Lo pacar dia yang ke 1000?”, jawabku menatap dengan tegas dan senyum miring yang biasa dipakai oleh Andreano.

“Ga mungkin, gue pasti yang paling berarti di hidupnya. Ya meskipun gue pacarnya yang ke 1000, dia tetep aja ganteng dan yang paling ganteng di sekolah ini. Mana ada cewe yang gamau sama dia. Kecuali cewe freak kaya lo.”, jawabnya percaya diri.

Dear AndreanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang