Gue cemburu, tau!

15.8K 1.4K 145
                                    

Aku menghentikan kunyahanku, mataku menatap cowok disebelahku yang saat ini menatapku sadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghentikan kunyahanku, mataku menatap cowok disebelahku yang saat ini menatapku sadis. Astaga, kenapa lagi ini cowok!

"Kenapa sih? Liatinnya gitu amat," tanyaku sambil kembali mengunyah roti kacangku.

Risky, cowok berwajah sombong itu malah mendengus sambil memasukkan roti kacangnya kemulut. Aku menggeleng kecil, aneh. Kelakuannya jadi aneh sejak dua hari yang lalu. Dia jadi sering marah-marah nggak jelas, nggak banyak omong kayak biasanya, dan bahkan kini hobinya ngintilin aku.

Kita udah pacaran tiga bulanan, dan melihat sikapnya sekarang
ini mengingatkanku sama sikapnya yang sebelum pacaran. Aku ketawa mengingatnya.

"Kenapa ketawa?" dengusnya saat mendengar suara tawaku.

Aku mendelik. "Terus aku harus nangis?"

Dia diam, memasukkan makanannya kedalam mulut seperti orang kelaparan jelas sekali dari wajahnya dia sedang marah. Aku ikutan kesal. Sepertinya dia marah kepadaku tapi dia tidak bicara apa-apa.

"Kamu kenapa, Ki? Kamu keliatan marah sama aku sejak dua hari lalu, aku ngelakuin kesalahan apa?" aku meletakkan rotiku, menatapnya serius.

Risky menoleh padaku, lalu menunduk menatapku tak kalah serius. "Lo yang seharusnya bilang, lo merasa melakukan apa belakangan ini? Jujur!"

Aku berusaha berfikir keras, tapi tetap saja tidak menemukan jawaban apapun. Perasaan aku nggak ngapa-ngapain deh. "Aku nggak melakukan sesuatu belakangan ini, emangnya kenapa? Ada apa? Kamu kasih tau dong!" rengekku mulai kesal.

Risky mendengus kasar, menghabiskan makanannya lalu berdiri. "Pokoknya gue ngambek sama lo sampai lo ingat apa kesalahan lo!" cowok itu lalu pergi meninggalkanku yang ternganga melihat tingkahnya yang seperti cewek PMS. Padahal aku sendiri PMS nggak gitu-gitu amat.

***

Biasanya aku duduk sebangku dengan Risky, tapi karena dia lagi ngambek, dia pindah ke kursi belakang, sama Badu, temannya. Aku cuma menggeleng nggak ngerti. Biarin ajalah.

"Ah, tai, kagak ada tempat duduk lagi dibelakang," seorang cowok dengan rambut acak-acakan baru datang dia menggerutu melihat bangku belakang sudah penuh. Namanya Dodit, salah satu teman Risky. "Gue duduk sini, ya, Ver." ucap cowok itu duduk disebelahku. Aku cuma ngangguk.

"Eh, napa lo duduk sendiri nggak sama tu bocah? Lagi berantem, ya?" tanya Dodit sambil mengeluarkan buku isi empat puluh tanpa sampul.

Aku cuma mengerucutkan bibir. "Tau tuh teman kamu, ngambek katanya tapi nggak tau kenapa!" dengusku.

Dodit cuma ketawa. "Dasar bocah!" ucapnya. "Eh, lo buat tugas bahasa nggak? Pinjem dong,"

Aku langsung mengambil buku yang diminta Dodit, menyerahkannya. "Jangan sampai kotor-,"

"Woi, tahi koceng, sana lo pindah!" Risky tiba-tiba datang menabok punggung Dodit dengan tas ditangannya. Dodit meringis, mendelik.

"Masalah lo apa, sih babi! Kata Vera lo ngambek, yaudah sana! Lagian nggak ada bangku kosong lagi!"

Gue cemburu, tau!  [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang