Prolog

6 0 0
                                    

Senyum pagi disambut hangat dengan cerahnya mentari. Hari libur, dan ini saatnya untuk menghabiskan waktu bersama ayah.
   "Syila, apa pekerjaanmu sudah selesai? Jerit wanita paruh baya yg sangat disayangi oleh Syila.
   "Sudah Ma, Syila sudah beresin semua" senyum Syila merekah saat dia menghampiri Rina- Mama Syila. Dari bibir Rina bisa menggambarkan bahwa ia sangat senang dengan pekerjaan anaknya.
   "Syila, apa kamu sudah siap?" Tanya lelaki tampan yg menjadi cinta pertama Syila, Zein- Ayah Syila.
   "Tentu, bahkan Syila sudah tidak sabar akan melihat dunia luar, Ayah" jawab Syila dengan tersenyum manis.

Keindahan tempat ini sempurna dengan bunga-bunga yg menghiasinya. Zein merasa sangat senang karenanya setelah sekian lama senyum indah dari bibir putri kecilnya telah kembali.
   "Ayahh, mereka menyambut Syila dengan hangat, dan tempat ini sungguh indah, Ayah" teriak Syila sambil berputar-putar bak sang putri yg sedang menari.
   "Nikmati harimu Syila. Ayah akan mencari sesuatu dulu untukmu" kata Zein dengan senyum manisnya.

Syila sangat menikmati pemandangan sekitarnya. Ia merasa saat ini bunga-bunga indah ini telah menyambutnya dengan hangat dan ingin bermain dengannya.

   "Apa kau sedang berkhayal menjadi tuan putri yg berada di istananya? Dasar bocah" cibir seorang lelaki yg entah datang dari mana. Syila menghentikan putarannya dan melirik ke sumber suara
   "Siapa yg berani mengganggu Syila?" Cibirnya.
Terlihat senyum yg merekah dari bibir lelaki itu. Ntah lah, apa sebenarnya maksud dari senyum itu?

  "Mengapa ini lagi?" Syila terbangun dari tidurnya dengan keringat yg bercucuran. Akhir-akhir ini ia sering bermimpi tentang masa kecilnya dan lelaki misterius itu. Tentang siapa sebenarnya lelaki itu, hingga saat ini Syila tak mengetahuinya tapi bayangannya selalu menghantui mimpi Syila.

My Childhood is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang