Ghazi yg masih berdiri dan merasa heran akan hal yg sudah terjadi tersentak dari lamunannya, saat ada sebuah sentuhan yg mengejutkannya pada pundaknya.
"Ehh, lo ngapain ngelamun disini? Mbok ya kalo mau ngelamun itu liat tempat jugak" sapa Artha.
"Lo kenal sama cewek yg namanya Dinda?" Tanya Ghazi tiba-tiba, karna penasaran dengan perempuan yg baru saja bertabrakan dengannya.
"Ooh, Dinda! Dia itu sahabat Syila, si anak dingin yg punya suara kayak speaker rusak. Emang kenapa? Masa' sihh lo gak kenal sama dia. Dua cewek itu sering dibicarain di sekolah ini, selain aktif mereka juga pinter. Terutama Syila, banyak banget cowok yg ingin ngebongkar sifat misteriusnya" jelas Artha panjang lebar. Ghazi hanya terdiam mendengar penjelasan dari sahabatnya itu. Rasa penasarannya semakin besar untuk lebih mengenal siapa sebenarnya dua perempuan yg baru saja dia temui."Aku cuma gk mau kamu kembali lagi ke kebiasaan kamu, Din" jelas Syila lembut. Dinda hanya membalas dengan raut wajah yg tak senang.
Syila sangat dikenal dengan sifat dinginnya. Tapi, entah ramuan apa yg diberikan Dinda kepadanya hingga es yg ada di diri Syila pun meleleh. Dinginnya Syila dan prestasinya disekolah sangat membuat para lelaki yg mengenalnya ingin mendapatkannya dan menghancurkan es itu.
🍃🍃🍃
Tringggg...
Bel berbunyi, pertanda bahwa kegiatan belajar mengajar telah berakhir. Terlihat dari kejauhan banyak sekali siswa/siswi yg berkumpul didepan mading sekolah. Sepertinya, ada pengumuman penting.
"Syil, kamu udh liat belum tuhh isi mading apaan?" Tanya Dinda heran
"Belum, aku baru mau liat, yuk" ajak Syila. Saat kerumunan mulai pergi, Syila dan Dinda memilih untuk melihat apa yg diramaikan orang-orang. Mereka terkejut ternyata itu pengumuman jadwal ujian beserta jadwal pelajaran yg akan diujikan. Dan malah tak disangka lagi, ujian ini akan dilaksanakan tiga hari lagi."Aku bisa kena serangan jantung kalau begini" ujar Syila sambil memegang dadanya.
"Lebay kamu maah, toh kamu juga yg bakal naik waktu pengumuman" cibir Dinda sambil menyipitkan matanya. Syila hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya itu.
Syila memang anak yg pintar. Ia selalu mendapat prestasi juara umum disekolahnya. Ia selalu berhasil memperoleh nilai lebih tinggi dibanding kakak kelasnya.
Selama seminggu mereka menjalani kesetresan yg membuat masing-masing merasa prustasi. Berbeda dengan empat orang yg terkenal santai saat ujian mendadak tiba."Syil, kira-kira kamu besok bisa gk ikut aku ke perpus?" Tanya Dinda saat dia bertemu Syila di koridor. Syila yg sedang membaca buku menutup bukunya dan berusaha mengingat jadwalnya besok.
"Sorry banget Din, abis pengumuman aku harus ke suatu tempat buat nyelesain tugas penting" jawab Syila dengan cengiran khasnya.
"Yahh, okelah. Aku tanya kak Ghazi aja" Syila mengerutkan keningnya, terkejut dengan apa yg baru saja dikatakan oleh Dinda.
"Kamu, sejak kapan kamu bisa deket sama kak Ghazi" tanya Syila tak percaya.
"Hehehe, sebenarnya aku udah deket dari sebelum ujian. Maaf, aku belum cerita sama kamu, Syil. Lagian aku sama kak Ghazi gadak hubungan apa-apa kok" jelas Dinda sambil tersenyum tipis untuk mencairkan suasana. Syila tak menjawab, ia hanya berlalu meninggalkan Dinda sendirian. Ada yg berbeda pada hati Syila, seperti ada rasa sesak. Tapi, Syila berpikir perasaan ini karna ia tak ingin sahabatnya mengalami hal yg sama seperti tahun lalu."Aww.." jerit Syila karna tanpa sadar ada bola yg mengenai kepalanya saat ia lewat. Kini ia merasa semua yg terlihat seperti berputar, kepalanya terasa sangat sakit.
"Gue mintak maaf. Tapi, lo gapapakan? Gue bener-bener..." ucapan Ghazi terpotong. Karna sekarang perempuan yg didepannya sudah jatuh tak sadar didekapannya. Ghazi terkejut karna cewek ini adalah Syila, sahabat Dinda. Untung saja dia segera menangkapnya. Dia bingung harus berbuat apa yg ada dipikirannya saat ini adalah dia harus membawa Syila segera ke UKS. Ghazi menggendong Syila sampai ke UKS. Banyak mata yg mengarah padanya tapi Ghazi tak memikirkan itu. Dia sudah khawatir melihat gadia yg dibawanya kini mengeluarkan darah daru hidungnya."Syil... Syila, kamu kenapa, Syil?" Tanya Dinda dengan raut wajah khawatirnya. Dinda memang mendengar bahwa Syila masuk UKS. Dinda yg mengetahui riwayat hidup Syila tentu sangat khawatir mendengarnya.
"Kak, terima kasih. Sekarang kakak bisa pergi, biar aku yg mengurus Syila" pinta Dinda saat melihat Ghazilah yg membawa Syila ke UKS.Dengan berat hati, Ghazi keluar dari UKS. Dia tak habis pikir akibat dari benturan bola itu bisa seperti ini. Dan yg membuat Ghazi lebih berpikir lagi saat dia melihat Dinda yg menangis sambil mengiringi Syila yg terbaring lemah didekapan lelaki paruh baya, yg Ghazi pikir adalah ayah nya Syila. Zein sangat khawatir dan segera menuju sekolah saat Dinda memberitahu bahwa Syila masuk UKS. Apa sebenarnya yg terjadi? Tanya Ghazi dalam diamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Childhood is My Future
Teen FictionLagi-lagi mimpi yg sama kembali menghantui Syila. Lalu, siapa lelaki misterius itu yg terus datang ke dalam mimpinya? "Aku merindukannya" kata yg terus keluar dari bibir seorang lelaki tampan-Ghazi.