4

824 98 5
                                    

Awas typo bersebaran~~~~~~

*Flasback*

Iris kelam itu begitu hancur terlihat. Langkahnya tergopoh-gopoh seperti tak sabaran untuk melangkah saja.  Ia meruntuki dirinya sekian kalinya. Yaitu Kebodohan tidak mengangkat telpon dari sang kakak yang beribu kali terdapat panggilan tak terjawab, tapi memang sepertinya semesta tidak memihak. Disana ada seseorang tergeletak bersimpah darah yang tidak lain adalah kakaknya. Jika gerakannya tidak lambat mungkin bisa saja ia datang menyelamatkannya. Dan waktu rasanya seperti bergerak lambat ambulance tak kunjung datang.

-air mata yang tak pernah jatuh lagi sejak bayi itu sudah membanjiri wajahnya. Persetan dengan air mata. Ia tak peduli, sekiranya ini hal sangat menyakitkan untuknya melihat sang kakak tergelatak tak berdaya. Ketidak peduliannya selama ini bukan berarti dia tidak menyayangi sang kakak bukan.

"Maaf hyung" surau gelap itu begitu kacaunya. Berhadapan dengan kakaknya dengan kondisi seperti ini membuat penyesalannya semakin bertambah.

"Hikss hyung"

"Maaf"

"Maaf"teriak pria itu dengan kacau

"Kyaa hyung banguun" berapa kali badan itu di guncangkan ia tetap tak berdaya.

"Maaf aku terlambat hyung" seberapa keras pelukan itu kini tak akan terbalaskan. Dan lagi-lagi dia mengingat bagaimana sering ia menolak di peluk sang kakak. Inikah balasannya. Batinnya sesal. Bisakah diberi waktu untuk mengulangnya bagaimana ia harus membalas pelukan itu.? Kini sepertinya tidak akan ada pelukan dari sang kakak

----

"Bagaimana kondisi kakakmu ?" Seru pria tua setibanya dirumah sakit. Kakakmu.? Apakah itu bukan anaknya.?. Perhatian macam apa itu.

"Dia tidak butuh uang"

Plakk

Tamparan itu pas di pipi taehyung. Dia pantas mendapatkan tamparan dari ayahnya karena kelancangannya. Tapi memang ia dan kakaknya tidak butuh uang dari beliau. Mereka butuh kasih sayang. Mereka butuh perhatian. Beliau terlalu gila dengan perusahaan miliknya

"Ayah tidak pernah mengajarkanmu bicara seperti itu"

"Benar. Sejak kapan ayah mengajarkan kami kebaikan.?"

"Kami berdua bahkan tidak pernah tersentuh kasih sayangmu sekalipun"

"Bahkan ibu..."
Plaakkkkk. Kedua kali tamparan itu melesat diwajah kelam dengan mata teduh tak menyangka yang dilakukan sang ayah. dan kalimat itu terhenti.

"Kamu benar-benar lancang"

Triing triing trringg.

"Saya akan kesana"

Seperti dilihat pria paruh baya itu melengser pergi dari rumah sakit setelah seseorang menelpon. Apa lagi jika bukan urusan perusahaan. Bahkan tak berucap sepatah katapun sebelum pergi. Apakah itu bisa disebut seorang ayah.?

"Kamu keluarga pasien ya dek. Kok sendiri" ucap dokter muda yang keluar dari ruangan UGD yang sepertinya usianya sekitar 30 tahunan

"Iya. Saya adiknya dok"

"Ibu sama bapak kamu dimana dek?"

Diumurku yang menginjak SMP kelas 2 apakah sudah pantas menerima saran dari dokter perihal kondisi kakakku. Tidak bukan. Olehnya dokter memintaku menghubungi kedua orangtuaku. Ck. Padahal ayahku barusan pergi dengan kesibukannya. Lalu ibuku.? Dia sudah tenang di surga. Lalu dengan siapakah ia harus mengadu.

-Flashback end-

-------

"Adikku tidak pernah cerita tentangmu" selidik junhoe penuh curiga jikalau pria muda darinya itu berbohong

im sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang