[November, 2019]
Purnama yang sempurna.
Seorang anak kecil sedang bernyanyi menghitung bintang dari bingkai jendelanya;
Pipinya montok. Senyumnya rekah.
Dibawah bingkai jendela ada meja belajar, diatasnya ada buku berserakan; buku itu adalah buku pelajaran matematika bertuliskan 'SD kelas 1'.
Seharusnya anak kecil itu mengerjakan PR di bukunya, tapi ia bosan dan memilih untuk memandangi langit...
Malam ini dirasanya indah sekali; Udara yang sejuk, angin yang tenang, langit yang cerah...
Dan tiba-tiba, dalam hitungan detik segala keindahan itu luntur sekaligus...
"Bagaimana ini?!,"
Dari luar kamar kedengaran suara bentakan,
Anak kecil itu kaget. Bergegas ditutupnya jendela dan tirai, mematikan lampu lalu bersembunyi dibalik selimut.
Terdengar diluar kamar suara ayahnya yang marah-marah.
Anak kecil itu mengerti sedikit omongannya, intinya ayahnya mengalami kebangkrutan dalam pekerjaan atau bisnisnya. Ia tak tau bisnis apa itu namun yang jelas ayahnya benar-benar marah.
Tak lama, pintu kamar terbuka dengan gerakan yang cepat.
Anak kecil itu gemetar dalam selimut...
"Ali?,"
Suara tegas itu terasa menindihnya.
Terdengar suara langkah kaki mendekat, kemudian selimut terbuka.
Ali kecil memejamkan matanya sambil memeluk guling. Erat.
"Kamu kenapa? Sakit, nak?,"
Ali tak menjawab. Ia masih gemetar. Takut.
"Mau apa?, ayo ayah belikan,"
Masih tak ada jawaban.
BRAKKK...!!!
Meja disamping ranjang dipukul ayahnya,
"Kenapa tidak menjawab?!,"
Ali membuka mulut hendak menjawab, tapi yang keluar hanya satu-dua huruf, bukan kalimat sempurna...
"Dengar, Ali!" Ayahnya menarik paksa kepalanya supaya menatap padanya, "buka mata!"
Mata Ali terbuka, bersamaan dengan itu air matanya mengalir,
"Kamu anak tanpa ibu!. Lakukanlah apa yang dilakukan anak lain yang sama-sama tak punya ibu!."
Ali menangis saja dan tak menjawab.
"Masih ada ayah, nak. Selama ayah masih hidup, ayah berjanji tak akan ada yang bisa menjatuhkanmu. Tangan ayah sendiri yang bakal menjagamu, nak. Kamu harus jadi anak pemberani; Jadilah laki-laki! Dan laki-laki tak boleh lembek!.".
Ayahnya mengusap air matanya,
"Jangan menangis lagi!,"
Bukannya berhenti, justru air mata Ali semakin kuat mengalir.
Malam itu, yang dirindukan nya cuma sosok ibu; dengan tangannya yang lembut, bisikannya yang hangat, dan kecupan nya yang tenang...
"A... Ayah, Ali mau sesuatu,",
Melalui bibir mungilnya Ali berusaha berkata.
"Mau apa, nak?"
"Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahna (-kan aku sebelum gila)
Teen FictionMemasuki masa remaja memang unik. Ali harus berkali-kali dihadapkan dengan dua pilihan yang saling bertolak belakang di hidupnya; baik yang penting maupun tidak. Ayahnya sempat memasukkannya ke dalam pesantren dengan harapan ia dapat menjadi ses...