Desember dan luka-nya

24 2 0
                                    

Hari ini masih seperti biasa.

Sebelum berangkat kerja, aku selalu menyempatkan diri untuk sekedar melihat foto kita yang ku simpan rapi di dalam laci. 
Terkadang, tanpa aku sadari sebersit tawa kecil merekah di bibirku kala mengingat senyummu saat itu.
Aku ingat betul lekukan senyummu tatkala kita duduk berdua sembari menikmati senja diatas cakrawala.
Namun, itu hanya sekejap.
Sebelum orang asing itu datang membawa restu dari ibumu dengan tega merampasmu dari genggamanku.

Tepat pukul 8 pagi adalah dimana kau membuat duniaku hancur berkeping - keping.
Pagi itu, dering telpon darimu membuatku terbangun dari tidur yang nyenyak. Tanpa ada ucapan selamat pagi, tanpa ada sedikitpun basa - basi, kau bilang bahwa kau harus pergi. Katamu, kau akan bersama dia seseorang yang telah dipilih ibumu yang tak bisa kau bantah.

Ahhh tentu saja, mungkin karena dia lebih tau cara membuatmu hidup mewah. Sementara aku? Aku hanyalah lelaki hina dibawah pria yang kau anggap ada.
Lalu, senyum kecil yang menggambarkan lukapun terbentuk dari bibirku. Diriku yang dipenuhi perasaan tak rela, kau minta untuk melepaskanmu dengan lapang dada.

"Aku dan kamu yang ku sangka akan menjadi kita. Kita yang ku sangka akan hidup bahagia. Harus terpisah hanya karena harta dan tahta."

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang