18. (B) K

4K 240 17
                                    

Baru saja kemarin Aisah menangis karena berdebat dengan sang suami, hari ini wanita itu kembali menangis bahkan sampai bergetar setelah menerima telepon. Kaki-kaki berbalut abaya labuh itu berlari dengan cepat menuju luar rumah dan mengabaikan sang putri dan ibu yang meneriakinya.

Jari-jari yang menggenggam stir mobil itu mencengkeram kuat, hatinya terus meyakinkan bahwa sang penelepon tadi adalah penipu. Tapi mata yang memancar khawatir itu berisyarat jelas tentang perasaannya, sampai tanpa sadar ia mengendarai mobil dengan sangat ugal-ugalan. Aisah tak peduli, ia hanya ingin cepat sampai di tempat tujuannya sekalipun nanti akan kembali bertengkar dengan Maulana karena ketahuan mengemudi mobil sendiri bahkan dengan ugal-ugalan.

Pikirannya sangat kacau. Sebaris kalimat yang diucapkan seseorang terus mendengung di pendengarannya, Aisah menggelengkan kepala menolak suara-suara yang seakan terus berbisik itu.

Aisah kesusahan menahan diri, ia mulai ingin menangis. Wanita itu membelokkan mobil memasuki pesantren tanpa mengurangi kecepatan, bahkan tangannya menekan klakson dengan kuat agar orang-orang di hadapannya menyingkir.

Semua orang yang mendengar klakson itu terpenjat kaget dan sontak menepi serta menghentikan langkah, menatap mobil yang begitu brutal memasuki pesantren.

Aisah turun dari mobil, membanting pintu dan berlari sembari membawa ponselnya. Di teras abdi dhalem, terlihat Maulana yang berdiri tegap seolah sedang menunggu kedatangan Aisah dengan raut yang menahan marah.

Tapi Aisah tak peduli, ia tidak akan memedulikan apapun hari ini selain memastikan sesuatu. Aisah terus berlari, memberhentikan setiap orang yang berjalan dan bertanya.

Maulana yang sedari merasa ingin marah kini berubah menjadi kebingungan dan khawatir melihat sang istri yang terlihat menahan tangis dan ketakutan, apalagi tingkah Aisah yang terbilang sangat konyol. Pria itupun turut berjalan cepat mengikuti istrinya dari belakang.

Ustazah Syera di mana?

Lihat Ustazah Syera tidak?

"Sayang!" panggilan itu sama sekali tak terdengar di telinga Aisah, perasaan campur aduk berhasil menguasi seluruh jiwanya.

Sudah setengah jam Aisah berlari hampir mengelilingi pesantren, dan Maulana pun masih setia mengikuti sang istri dan mencoba untuk menghentikan tingkahnya.

"Tolong cari Syera! Siapapun itu! Tolong." Aisah berteriak sangat nyaring. Membuat semua orang yang sedari tadi merasa bingung menjadi tambah kebingungan.

Untuk pertama kali mereka melihat Aisah yang ceria berteriak marah dan menangis seperti itu. Sampai tak sedikit dari orang-orang bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya.

Aisah menyerah saat Maulana sudah hampir lengah berjalan cepat mengimbangi kaki mungil sang istri yang berlari. Wanita itu terisak, tapi kemudian kembali berlari setelah sekejap berhenti dan berteriak meminta tolong.

Brak!

Wanita itu membuka pintu ruangan Hizam dengan tak sabaran, tapi ruangan itu nampak kosong. Aisah berbalik menatap sang suami yang sedari tadi mengikutinya dan bertanya, "Di mana Hizam?"

Maulana menatap istrinya khawatir, mata Aisah nampak sangat merah. "Mas nggak tau, Sayang. Tapi sepertinya sedang rapat. Sebenarnya kamu kenapa, Sayang?"

(Bukan) KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang