[0.1] ─ Di Hukum

246 53 9
                                    

•••

Mentari pagi sudah menampakkan diri. Sinarnya mencuat di sela-sela lubang kamar yang bernuansa biru laut. Sang pemilik, bahkan tak terusik dengan secercah cahaya yang masuk. Matanya masih memejam erat, dengan dengkuran halus yang mengiringi tidurnya. Sekilas, bibirnya tertarik menjadi seulas senyum yang terlihat creepy. Mungkin, sang gadis putri tidur tengah bermimpi yang membuat dirinya merasa terbang ke langit ke tujuh. Bertemu dengan pangeran berkuda putih, misalnya. Dan--

"LISAA! BANGUN! UDAH JAM BERAPA SEKARANG HEH?!"

Brakk! Brakk! Brakk! Brakk!

Seketika suara gedoran pintu serta lengkingan-lengkingan brutal terdengar dari luar sana. Di balik pintu berbahan kayu yang sudah di cat apik dengan warna hitam dan pink, terdapat seorang wanita paruh baya yang tengah berkacak pinggang dengan tanduk berwarna merah di atas kepalanya. Tangannya tak henti-hentinya untuk menggedor keras pintu yang berdiri kokoh didepannya. Beruntung pintu tersebut kuat. Jika tidak, pintunya sudah roboh sedari tadi. Kan sayang, mahal.

"UDAH JAM BERAPA SEKARANG?! KAMU GAK MAU SEKOLAH APA?! CHANDRA UDAH NUNGGUIN DIDEPAN!! KALO KAMU GAK BANGUN, MAMA DOBRAK INI PINTU ITEM PINK KAMU!!!"

"LISAAAA!!!"

Lalisa Charlotte, adalah nama gadis yang masih bergelung di dalam selimut bercorak unicorn. Ia melenguh pelan. Tidurnya terganggu dengan suara bising yang ditimbulkan oleh sang Mama di balik pintu keramatnya.

Ia berdecak dengan mata yang masih memejam. Lalu terbangun dengan tangan yang mengucek kedua matanya.

"LALISA CHARLOTTE!! BANGUNNN!!"

Lisa bangkit dari ranjang empuknya dengan gerakan malas-malasan. Dibawanya kedua kaki miliknya menuju pintu kamar, dan membukanya dengan mata yang setengah terpejam.

"Apa sih, Ma~ Teriak-teriak terus kayak di hutan aja." Lisa mengucek matanya, tidak sadar bahwa didepannya bukan hanya ada sosok Mamanya seorang.

"Kamu gak malu apa sama Chandra? Anak perawan jam segini baru bangun, liat tuh belek kamu segede gaban. Bekas iler nyampe kemana-mana. Jorok!"

Lisa terkejut, matanya membola dengan tangan yang membeku didepan wajah. Apa yang Mamanya bilang tadi? "Chandra? Chandra disini, Ma?"

Dara─Mama Lisa─dengan sebal mengarahkan pandangan Lisa pada seseorang disampingnya, dimana berdiri seorang Chandra Demonte yang tengah menatapnya dengan pandangan mengejek. Oh, dan jangan lupa seragam rapi serta tas punggung yang sudah ia kenakan.

Sedikit cerita, Chandra Demonte adalah teman Lisa sejak kecil. Mereka tumbuh bersama dilingkungan yang sama sejak keluar dari perut sang ibu. Rumah Chandra sendiri berada disamping rumah Lisa. Jadi tidak heran jika pagi-pagi begini Chandra sudah berdiri ganteng di depan kamar Lisa. Kedua orang tua mereka sudah terlalu hapal bagaimana dekatnya Chandra dengan Lisa. Bahkan Chandra sudah di anggap anak sendiri oleh orang tua Lisa, begitu juga sebaliknya.

Lisa melotot ke arah Chandra. "Lah, kok lo udah disini, Chan. Jam berapa emang sih?"

"Gak usah banyak tanya kamu. Sana mandi aja deh." suruh Mama Dara sambil mendorong Lisa untuk masuk kembali ke dalam kamar. Lisa merengut, sebal dengan Mamanya yang main dorong-dorong sembarang.

friendzone ; bangliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang