•••
"LAH, ANJIR! ITU MERAH-MERAH DI ROK LO APAAN SA?!" teriak Chandra heboh, sambil menunjuk-nunjuk rok bagian belakang yang Lisa kenakan.
Lisa terkejut, "Hah, apaan?!" lalu meraba-raba roknya dengan panik. Benar saja, rok bagian belakangnya lembab. Dan rasanya pun tidak nyaman.
"EEE YAWLA, INI KENAPA KEDATENGAN TAMU TIBA-TIBA SIH HUHU, MANA GAK BILANG-BILANG LAGI."
Saat ini, mereka berdua tengah berada di kantin sekolah. Lisa dan Chandra memutuskan untuk pergi ke kantin saat hukuman yang diberikan kepada mereka telah selesai. Lebih tepatnya Lisa yang meminta, karna gadis tersebut sedang dilanda kehausan dan kelaparan. Karena Chandra kasian, ia pun hanya mengekor saja. Padahal, Bu Tuti-Guru BK-sudah berpesan bahwa setelah menyelesaikan hukuman harus kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Memang siswa yang tidak patut di tiru. Dan beruntungnya, keadaan kantin pada hari ini masih sepi, karena jam istirahat belum tiba.
Chandra bingung. Sesekali ia mencuri pandang ke arah rok Lisa yang terdapat noda darah yang tidak terlalu banyak disana, dan bergantian memandang wajah Lisa yang terlihat panik. Bahkan, mulut gadis tersebut tak berhenti mengoceh sedari tadi.
"Heh! Ngapain lo liat-liat?! Jangan diliatin!" Lisa malu, namun ia menahannya. Walaupun Chandra sahabatnya, Chandra juga seorang lelaki. Bahkan Lisa tak pernah seperti ini sebelumnya.
Chandra menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Ia tersenyum kikuk.
Selang beberapa detik, Chandra melepaskan hoodie oversize miliknya, "Angkat tangan." perintahnya.
"Mau ngapain? Gue bukan maling ya. Ah, lo mah ngelawak mulu, ini gue gimana?"
"Nurut aja sih, bacot banget. Lo kalo lagi pms rese ya, Sa."
"Heh, ini gue yang pms kenapa jadi lo yang galak sih?"
"Apasih, berisik. Buruan, nanti keburu bel istirahat bunyi. Lo sendiri yang malu kambing."
Lisa mendengus, sambil mengangkat kedua lengannya dengan malas. Lalu Chandra memakaikan hoodie miliknya ke tubuh kurus Lisa. Terlihat kebesaran di tubuh Lisa, dan beruntungnya mampu menutupi noda darah tersebut.
"Bilang dari tadi kek anjir. Gue kan bisa make sendiri."
Chandra tidak menanggapi perkataan Lisa, dan itu membuat Lisa mendengus sebal.
"Ayo ke UKS. Nanti biar gue beliin rok sama... Hm, pembalut." kata Chandra sedikit canggung.
"Eh, gak usah Chan. Biar gue sendiri aja yang beli." Lisa menolak, merasa tidak enak jika Chandra yang membelikan kebutuhannya.
"Udah sih, gak papa. Yok, gue anter ke UKS dulu." ajak Chandra.
Lisa hanya menurut, kala tangan lembut Chandra menggenggam tangannya dan membawa dirinya menuju UKS.
Tiba-tiba perut Lisa terasa sakit. Dan rasanya semakin sakit. Tangan kirinya menyengkram perutnya dengan kuat. Chandra tidak menyadari, karna ia tidak memperhatikan Lisa. Ia baru sadar, kala ringisan Lisa terdengar lirih dengan genggaman ditangannya yang kian menguat. Langkah gadis tersebut pun melambat, berbeda dengan langkah awalnya tadi.
Raut wajah Chandra terlihat khawatir, "Eh, anjir. Lo kenapa, Sa?"
Lisa meringis, "Sakit ogeb! Pake nanya! Huhu." raut wajahnya menandakan rasa sakit.
Chandra melongo. Memang apa salahnya dari bertanya? Mengapa Chandra malah jadi mendapat omelan.
"Wah, jangan-jangan karma lagi nih. Lo sih, gak dengerin apa kata Bu Tuti tadi. Malah enak-enak bolos lagi dikantin. Tuh kan kena imbasnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
friendzone ; banglice
Hayran KurguLalisa Charlotte dan Chandra Demonte adalah definisi dari perangko. Dimanapun, kapanpun, dan setiap saat selalu bersama. Jika disitu ada Lalisa, disampingnya pasti berdiri seorang Chandra. Namun, setiap mereka ditanya, "Kalian pacaran?" pasti jawaba...