4. Kasih Seorang Ibu

789 78 7
                                    


'Cos you bring out the best in me
(Karna kau menunjukkan yang terbaik di diriku)

Like no-one else can do
(Tak ada orang lain yang bisa melakukannya)

That's why I'm by your side, and that's why I love you
(Itulah kenapa aku bersamamu, dan itulah kenapa aku mencintaimu)

(Blue - Best In Me)

***

"Mark. Sudah waktunya sarapan, cepat atau nanti kita akan terlambat datang ke upacara kelulusan mu."

Delapan belas tahun sudah berlalu sejak kepergian Jennie. Wonwoo masih setia hingga saat ini menjadi seorang orangtua tunggal dan membesarkan Mark seorang diri.

Dan hari ini adalah upacara kelulusan Mark di Sekolah Menengah Atas. Wonwoo sangat bersyukur kepada Tuhan, karena diberikan anak yang pintar dan berbakti kepadanya. Walaupun Mark besar tanpa kasih sayang seorang Ibu--Jennie, tapi hari-hari Mark selalu dihiasi oleh Jennie.

"Mark cepat turun atau kau akan kehilangan waktu untuk melihat video Ibu mu. Bukan kah kau ingin menonton video Ibu mu sebelum berangkat?"

Wonwoo keluar dari ruang makan dengan apron yang menutupi kemejanya. Hari ini, Wonwoo mengambil cuti satu hari penuh demi upacara kelulusan Mark hingga minggu depan. Semenjak kepergian Jennie, Wonwoo menambah aktifitasnya dengan mengikuti les masak demi memberi makan Mark dengan masakannya.

"Mark. Kita tidak punya banyak waktu, 45 menit lagi kita harus berangkat menuju sekolah mu."

Wonwoo menaiki tangga, menuju kamar putranya itu berada. Wonwoo mengetuk pelan pintu kamar Mark. Namun tidak ada sahutan dari sang Anak.

"Mark kau kenapa? Kenapa tidak menjawab panggilan Ayah?"

Wonwoo terlihat begitu khawatir. Tidak biasanya Mark tidak menjawab panggilannya. Seingat dia, kemarin malam kondisi anak semata wayangnya masih baik-baik saja.

"Mark. Ayah masuk menggunakan kunci cadangan, ya?"

Wonwoo merogoh saku celananya, mengambil kunci kamar Mark. Ia dengan segera membuka kamar Mark dan masuk.

"Suprise! Selamat ulang tahun Ayah!"

Suara nyaring Mark terdengar dengan jelas. Anak laki-lakinya itu berdiri di depan pintu dengan membawa kue ulang tahun dan kamarnya penuh dengan dihiasan selamat ulang tahun.

Wonwoo hampir lupa, upacara kelulusan Mark bertepatan dengan ulang tahunnya. Wonwoo mendekat ke arah Mark dan memeluknya.

"Ayah. Tiup lilinnya dulu," titah Mark yang langsung diangguki oleh Wonwoo.

Wonwoo meniup lilin kue ulang tahunnya. Ia sama sekali tidak menyadari bagaimana Mark menyiapkan semua ini.

"Terima kasih Mark. Kau adalah harta terbesar yang Ayah miliki."

"Dan Ayah adalah pahlawan Mark yang selalu ada di mana pun dan kapan pun Mark selalu membutuh kan Ayah."

Wonwoo tersenyum. "Kita rayakan nanti setelah upacara kelulusan mu selesauli. Sekarang kita sarapan, atau kau tidak akan punya waktu melihat video Ibu mu.

Wonwoo meletakan kue ulang tahunnya di atas meja belajar Mark. Ia meletakan kedua tangannya di atas bahu Mark. Melihat punggung sang Anak, membuat Wonwoo terlihat begitu tua sekarang ini. Tinggi Mark sudah sangat setara dengan tingginya.

Wonwoo berjalab mendorong Mark untuk turun. "Tut ... tut ... tut ... naik kereta api ..."

"Ayah! Aku sudah bukan anak-anak lagi. Kenapa selalu seperti ini," kesal Mark yang selalu malu dengan tingkah sang Ayah. Namun ia pun tidak luput dengan suara tawanya karena tingkah Wonwoo.

The Memories (Jennie Wonwoo) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang