08| Buka matamu

144 20 0
                                    

Ara memasuki kamar yang ia tempati bersama Jungkook, lebih tepatnya kamar Jungkook sebelum ia menikah. Ara membuka pintu kamar dan yang di lihat pertama kali olehnya adalah Jungkook yang memakai kaos putih dan celana selutut, ia memainkan game di ponselnya. Ara melangkah ke arah kamar mandi, dia berkeringat setelah membantu mertuanya bersih-bersih tadi.

"Sangat luas," gumam Ara saat memasuki kamar mandi Jungkook yang berwarna hitam. Ara menyiap air di dalam bathtub ia ingin berendam untuk mengurangi lelahnya.

Ara keluar dari kamar mandi menggunakan jubah mandi, ia baru teringat kalau tidak membawa baju ganti. Ara melihat Jungkook yang masih sibuk dengan gamenya, Ara tidak ingin mengganggunya. Ia melangkah ke arah pintu dan masih menggunakan jubah mandinya.

"Kau mau kemana?" tanya Jungkook saat Ara hampir meraih gangang pintu.

"Aku tidak membawa baju ganti dan akan meminjam baju Ibu," jelas Ara membuat Jungkook bangkit dari tidurnya. Jungkook mengunci pintu kamarnya dan menyimpan kunci tersebut di saku celananya. Ara menatapnya heran saat Jungkook melangkah ke arah lemarinya.

"Pakailah kaosku!" Jungkook memberikan Ara sebuah kaos berwarna putih yang sama persis dengan yang di gunakannya. Ara mengambilnya dan melangkah kembali ke dalam kamar mandi.

"Ini sangat besar," gumam Ara menatap pantulan dirinya di cermin. Ara memegang dadanya yang berdebar begitu kencang. Aroma Jungkook sangat kuat di bajunya membuat jantung Ara berdebar.

"Kau tidur di sebelahku! Aku takut Ayah atau Ibu tahu kalau kau tidur di sofa!" seru Jungkook saat Ara melangkah ke arah Sofa. Jungkook sudah memejamkan matanya setelah mengatakan hal itu, dengan langkah pelan Ara menaiki ranjang milik Jungkook dan melihat punggung Jungkook yang membelakanginya. Ara terkejut saat ponselnya bergetar, ia meraih ponsel yang ia letakkan di nakas sebelahnya, ia melihat nama ayahnya di layar ponselnya. Ara melangkah pelan ke arah balkon kamar Jungkook untuk mengangkat panggilan itu.

'Hallo,' sapa Ara dengan senyuman lebar di wajahnya.

'Apakah putri Ayah bahagia dengan suami barunya?' pertanyaan ayahnya itu membuat Ara tersenyum miris dan menggigit bibir bawahnya.

'Ayah tidak perlu khawatir, Ara di sini bahagia,' jawab Ara dengan berbohong.

'Kenapa suaramu begitu?' tanya ayahnya membuat Ara memejamkan matanya dan menatap langit yang begitu gelap.

'Ara hanya kelelahan,' jawab Ara sambil meremas kaos yang di gunakan.

'Oh, iya Ayah lupa di situ sudah larut ya? Ayah tutup dulu, kamu harus istirahat! Sleep tinght my little girl,' sambungan terputus. Ara menatap ponselnya yang sudah mati, ia memilih untuk menikmati angin malam di balkon. Lima belas menit sudah Ara di luar, ia memutuskan untuk masuk ke dalam. Rasa kantuk mulai menyerangnya, Ara melihat Jungkook yang masih di posisi awal tadi. Ara menghela nafas dan mulai membaringkan tubuhnya, ia menatap punggung lebar Jungkook.

"Aku ingin engkau cepat kembali kepadaku," gumam Ara sebelum dirinya tertidur. Jungkook tidak tidur, ia tidak bisa tidur dengan Ara yang berada di dekatnya. Ia juga mendengar segala percakapan Ara dan ayahnya, ia juga mendengar ucapan Ara sebelum tertidur. Jungkook membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Ara yang tertidur, tangannya terulur mengusap pipi Ara.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau begitu misterius bagiku," gumam Jungkook sambil terus menatap wajah Ara. Ara mengernyitkan dahinya dan mulai tidak tenang, Jungkook segera menarikanya ke dalam dekapannya, tak lama berselang ia pun ikut tertidur.

Ara membuka kedua matanya, dia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke indera penglihatannya. Ara merasakan ada seseorang yang memeluknya dan ia melihat dada bidang di depan wajahnya. Ara mendongak dan melihat Jungkook yang masih tertidur dan memeluknya erat. Ara tersenyum dan memeluk erat tubuh suaminya itu, ini masih pagi dan langit masih gelap. Ara kembali melanjutkan tidurnya yang terasa begitu nyeyak dari sebelumnya, sudah lama ia tidak tidur dengan nyeyak begini.

Jungkook terbangun dari tidur nyeyaknya, ia tidak tahu kenapa bisa senyaman ini. Ia membuka kedua matanya dan merasakan ada yang memeluknya, ia menurunkan pandangannya dan melihat Ara memeluk dirinya. tapi, tangannya juga memeluk Ara. Ia baru ingat tadi malam ia yang memeluk Ara terlebih dahulu dan mungkin Ara juga memeluknya, karena mengira dirinya sebuah guling.

"Kenapa denganku ini?" tanya Jungkook kepada dirinya sendiri, ia terus menatap wajah Ara dengan seksama dan ia merasakan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Jungkook menatap langit kamarnya dan memejamkan matanya saat kepalanya terasa pening. Jungkook menyingkirkan tangan Ara di tubuhnya, kemudian ia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Bunny jangan tinggalkan aku sendiri, aku ketakutan tanpa dirimu," isak Ara di dalam tidurnya, Jungkook yang baru saja keluar dari kamar mandi menghampiri Ara dan menepuk pipinya. Ara terbangun dari tidurnya dan langsung berlari ke arah kamar mandi. Jungkook hanya menatapnya heran.

"Bunny? Siapa itu?" gumam Jungkook yang mendengar jelas Ara mengucapkan nama itu.

"Ah—sudahlah bukan urusanku," acuh Jungkook keluar dari kamarnya, ia akan berolah raga di ruangan olah raga. Ia sudah cukup lama tidak melakukan olah raga, karena cukup sibuk dengan pekerjaannya di kantor dan juga Heori yang sangat cerewet membuatnya begitu jengah.

"Kau baru bangun ya?" tanya ibu Jungkook kepada Ara yang baru saja turun untuk membantu membuat sarapan. Ara hanya tersenyum kecil.

"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya tuan Jeon yang duduk di meja makan sambil membaca koran.

"Iya, Ara sangat nyeyak tidur tadi malam," jujur Ara membuat tuan Jeon tersenyum.

"Syukurlah, kau sudah banyak menderita selama ini dan aku harap kau akan bahagia dengan Jungkook," ujar tuan Jeon setelah Jungkook datang dengan tubuh di penuhi oleh keringat. Ara sangat menikmati pemandangan itu.

"Kau sedang menatapku nyonya Jung?" tanya Jungkook di depan wajah Ara membuatnya terkejut dan mengalihkan pandangannya. Wajah mereka sangat dekat dan bau keringat Jungkook langsung masuk ke dalam indera penciumanannya, sangat wangi meskipun berkeringat seperti itu.

"Kau sangat menggemaskan!" seru Jungkook dengan mengecup sekilah bibir Ara, Ara terdiam mematung di tempat terkejut dengan perbuatan Jungkook.

"Kalian ini kalau bermersaan jangan di depan kita!" seru kesal tuan Jeon yang di balas kelakar tawa dari Jungkook. Ara memilih membantu mertuanya menyiapkan bahan-bahan, daripada terus gugup di perhatikan begitu intens oleh Jungkook. Ia tahu ini adalah akting, tapi ia tidak bisa membohongi jantungnya yang terus berdebar kencang itu.

"Ayah akan memberikan warisan itu kepadamu, setelah Ara melahirkan putra pewaris keluarga ini!" seru tuan Jeon setelah selesai sarapan. Ara dan Jungkook sama-sama terkejut mendengaranya.

"Kenapa bisa begitu?" protes Jungkook yang di balas senyuman miring dari tuan Jeon.

"Itu adalah syarat terakhirnya!" seru tuan Jeon sebelum beranjak meninggalkan meja makan, hanya tersisa Ara dan Jungkook di sana. Ibu Jungkook sedang mengangkat panggilan.

"Ara buka matamu! Kauharus sadar posisimu, aku tidak akan sudi menyentuh tubuhmu yang menjijikanitu! Aku akan membujuk Ayahku untuk menghilangkan persayaratan itu!" seruJungkook sebelum beranjak dari duduknya meninggalkan Ara yang kembali merasakansesak di dadanya.

TBC...

Let Go | Jjk✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang