#5 Hunch or Hint?

19 1 0
                                    

Hera pov

Sekelebat hawa mengerikan mengusikku. Aku mendesah pelan. Menghindarinya jauh dariku. Seakan tahu niat baikku itu, ia makin menyerangku bertubi-tubi. Sehingga aku dengan terpaksa meninggalkan bunga tidur.

Aku menerawang sekeliling, mencari sang tuan pengusik. Tapi hasilnya nihil, mungkin itu hanya mama papa yang merindukan aku!

Aku mengedarkan pandangan. Melihat sekeliling, tampak temaram. Aku rindu mama papa, mereka sedang apa ya?.

Pandanganku tertuju pada ciptaanNya yang menakjubkan. Bulan dan bintang. Sangat indah. Aku membayangkan bulan itu mama, dan papa itu bintang.

Karena sesungguhnya bulan tanpa bintang itu, hambar. Bagaikan sel sperma mengerumuni sel telur. Lalu tahap akhir menghasilkan anak, yaitu aku. Aku sangat bersyukur kepadaNya. Telah menghadirkan mereka, penyemangat hidupku.

Aku belum sadar sepenuhnya. Ragaku tanpa dikomando, berdiri menginjak lantai. Aku terkejut. Seakan aku berdiri di atas balok es yang sangat besar dan dingin.

Aku menuju ambang pintu. Membukanya perlahan. Menghasilkan suara yang membuatku ngilu.

Tanpa alas kaki, aku menuju sesuatu entah apa. Sekelebat hawa mengerikan itu kembali. Menusuk-nusuk tubuhku. Sial!!!.

Aku sama sekali tidak menyangka akan jadi seperti ini. Hawa itu semakin bertubi-tubi menyerangku.

Tubuhku lunglai. Tak kupungkiri, kakiku lemas. Aku terjatuh. Rasanya sakit. Bebatuan kecil meringis. Karena ulahku.

Mataku terpejam. Dadaku sesak. Ada yang menyeretku. Arghh!!! Sial!!!

Pintu gerbang terbuka otomatis. Terdapat beberapa orang berpakaian besi berdiri di setiap pilar. Aku terkejut. Mereka membungkuk. Setiap aku melewatinya, mereka membungkuk seakan menghormati seseorang.

Aku menerawang sekeliling. Hanya ada aku disini. Ya, hanya aku. Berarti, mereka bungkuk kepadaku? Memangnya aku siapa?

Kakiku terus melangkah melewati beberapa penjaga. Oh Tuhan, kakiku pegal. Jarak pintu gerbang dengan sesuatu entah apa namanya sangatlah jauh.

Tanpa dikomando, kaki ini terus berjalan walau jiwa ini memberontak.

Aku tiba di suatu bangunan, seperti .... Hah, kastil. Kakiku terus melangkah maju. Aku melihat pintu besar menjulang tinggi.

Di kedua sisi pintu itu terdapat penjaga yang sama, ia menggunakan baju besi. Lagi-lagi mereka berdua membungkuk terhadapku.

Tiba-tiba seorang menggunakan baju kuno, lebih tepatnya gaun polos berwarna putih tulang membukakan pintu besar itu susah payah.

Krekkkkkk......

Tanpa basa-basi seseorang itu bungkuk di depanku. Ya, bungkuk lagi.... bungkuk lagi. "Selamat datang di vezdata castil, tuan putri!".

Manik hazelku membola sempurna. 'What, tuan putri? Mengapa dia memanggilku dengan sebutan itu?'. Suara batinku terus meraung meminta jawaban.

Seakan tahu semuanya, seorang itu menjawab semua pertanyaan batinku. "Maaf sebelumnya tuan putri, hamba adalah pelayan di kastil ini. Hamba mendapat perintah dari raja dan ratu untuk membawa tuan putri ke ruangannya. Tuan putri adalah anak dari yang mulia raja dan ratu. Sekali lagi hamba minta maaf tuan putri".

Lagi-lagi manik hazelku membola sempurna. Aku tidak percaya dengan semua ini. Apakah ini hanyalah bunga tidur?.

Refleks aku menepuk pelan pipiku berkali-kali. Tapi tetap saja sakit. apakah ini kenyataan?. Aku mendongak, ternya seorang yang mengaku sebagai pelayan itu tertawa. Menyebalkan!.

Macedonia (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang