Bab 1

93 9 1
                                    

Menatap jalanan kota Manhattan yang terlihat lenggang dari lantai 12 apartemennya, Harley bersandar di balkon sembari temenung sembari menatap matahari yang tampak mengintip. Hari ini adalah acara kelulusannya di akademi. Salah satu momen penting dalam hidupnya, setelah ini ia akan resmi bergabung dengan Asosiasi dan menjadi seorang pemburu vampir, namun bukan itu yang membuat Harley bersemangat, melainkan hadiah kelulusan yang sudah ia nantikan dari seseorang yang istimewa dalam hidupnya. Seseorang yang secara rutin mengiriminya hadiah di momen-momen terpenting dalam hidupnya seperti hari ulang tahunnya, natal, hingga hari kelulusannya, namun tak pernah menampakkan diri.

Masuk ke dalam, Harley menutup pintu yang mengarah ke balkon apartemennya, kemudian menatap kotak biru yang diterimanya kemarin siang. Sebuah gaun biru, sepatu silver serta perhiasan yang cantik. Sekali lihat saja Harley langsung dapat menebak harga dari barang-barang tersebut--tidak kurang dari puluhan ribu dollar!

Namun yang menarik perhatian Harley bukanlah barang-barang mewah itu, melainkan benda yang selalu datang bersama hadiah-hadiah yang selalu ia terima, sebuah bulu berwarna biru dan sepucuk surat. Harley tersenyum manis. Ia mungkin seorang pemburu alami, namun alasan utama dari keinginannya untuk bergabung dengan Asosiasi adalah benda sehalus sutra terbaik yang telah menghipnotisnya sejak mendapatkan hadiah pertamanya bertahun-tahun lalu. Malaikat, satu-satunya yang ada di dalam benak Harley. Hanya makhluk seindah mereka yang memiliki bulu seperti yang sedang ia pegang sekarang, dan jika pun bulu ini tidak pernah datang bersama hadiah, bakat alaminya telah menjelaskan semuanya. Harley dapat merasakan malaikat ini dalam dirinya, meski tidak tahu siapa. Ia berharap ketika ia menjadi seorang pemburu, suatu saat ia dapat menemukan malaikat baik hati ini. Aku berharap dapat bertemu denganmu suatu hari nanti.

Bahkan dengan kepergian kedua orang tuanya ketika ia berusia 5 tahun, Harley menganggap kehidupannya begitu mudah--begitu mulus, seolah seseorang telah merancangnya dengan sangat baik. Harley meyakini bahwa malaikat itulah yang telah menyingkirkan batu kerikil dari jalan kehidupannya,melindunginya, dan Harley sangat bersyukur untuk itu.

Di usianya yang genap 20 tahun ini Harley tak pernah merasa kesepian, meski adanya kenyataan bahwa ia tak lagi memiliki kedua orang tua. Selalu ada orang-orang baik yang menemaninya, serta seekor coton de tulear kecil yang sangat imut. Ia mendapatkannya dua bulan lalu ketika berulang tahun yang ke-20. Harley sangat menyayanginya, meski ia sadar bahwa nantinya ia akan sering menitipkan Mopsy ke penitipan hewan ketika pekerjaannya mulai banyak.

Harley segera membawa perlengkapannya menuju basement tempat Maceratti Grancabrio-nya terparkir--salah satu hadiah yang ia dapat ketika lulus ujian mengemudi. Harley meletakkan barang-barangnya di kursi penumpang kemudian melajukan mobilnya menuju sebuah salon yang cukup berkelas di tengah kota Manhattan.

"Harley!"

Harley menoleh ketika mendengar seseorang meneriakkan namanya, kemudian melambaikan tangan. Kedua temannya ternyata sudah sampai lebih awal darinya, segera menghampiri mereka.

"Jadi, apakah itu juga pemberian dari pengagum rahasiamu itu?" goda Mia, salah satu teman Akademinya, wanita berwajah khas Asia Timur dengan rambut hitam pendek dan mata hitam yang kecil.

Tersenyum tipis sembari menatap kotak biru ditangannya, "Yah, hadiah ini baru sampai kemarin. Sebuah gaun dan sepatu yang sangat cantik."

"Wah, jadi inikah alasan mengapa kau menolak ajakan kami untuk berbelanja minggu lalu?" balas Nancy yang juga salah satu teman di Akademi, wanita berambut cokelat panjang hasil pewarnaan di salon ternama dan berkulit kecokelatan. Harley menebak Nancy baru saja menjalani perawatan tanning beberapa minggu yang lalu. "Oh Harley, kau menyakiti hati kami. Kau lebih memilih priamu itu dibandingkan kami sahabatmu!"

Sang Malaikat PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang