Awalnya biasa. Tidak pernah terpikirkan sama sekali untuk sekedar tertarik. Bahkan saat orang-orang dari kaumku mengatakan bahwa kamu ... hm tampan. Baiklah, aku mengakuinya, tapi saat itu hanya lirikan tak berarti kulemparkan padamu. Memilih kembali pada kegiatanku, memandangi ponsel atau menulis hal tidak penting di buku tugas.
Aku pikir kamu tidak se-worth it itu hingga mereka terus memujimu.
Lalu setelah beberapa pekan kita lewati hanya dengan saling tak acuh, untuk pertama kalinya kamu melontarkan candaan. Kekehan yang terdengar tulus disertai tatapan bersahabatmu membuatku sadar bahwa kita sebagai teman tidak selayaknya saling bersikap kaku.
Namun, aku masih belum menemukan hal menarik selain dari kata 'tampan' yang mereka sematkan padamu.
Tsk. Memang belum. Semuanya belum dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat dari Sepotong Kisah yang Tak Usai (Terbit)
PuisiUntukmu yang tak pernah kuijinkan tahu