"Yap, seminggu yang lalu staff dari kementerian sihir mengumumkan jika datamu baru saja ditemukan. Huh betapa teledornya mereka. Aku turut berduka atas orang tuamu. Dan aku harap kau bisa menikmati 4 tahun bersekolah di Hogwarts. Dan semoga juga, kakakmu segera ditemukan."
Aku mengerjapkan mataku. Wow, ternyata berita keluargaku cepat menyebar di dunia ini. Apakah aku akan terkenal juga layaknya Harry Potter?
***
BRAKK
"ALBERT! DIMANA KAU? AKU BUTUH AYAHMU UNTUK MEMPERBAIKI TONGKATKU SEKARANG JUGA!"
Aku terkesiap, begitu terkejut dengan kedatangan seorang pria bertubuh besar dan tinggi ini yang berteriak di toko. Ditambah dengan rambut coklat yang terkesan acak-acakan, janggut di dagunya dibiarkan lebat, serta jangan lupakan jubah hitam yang ia kenakan. Sungguh seram namun juga tak sopan, pikirku.
"ALBERT, APAKAH KAU BEGITU SIBUK SEHINGGA KAU SANGGUP MEMANTRAI TELINGAMU AGAR TIDAK MENDENGARKAN PELANGGAN HAH?!"
Suaranya kembali menggelegar, memenuhi ruangan ini. Hingga jendela kaca saja bisa bergetar saat ia bersuara lantang seperti tadi. Sepertinya, burung kenari yang baru saja kubeli mendadak diam yang sedari tadi ia terus saja berkicau tanpa henti.
"Demi Merlin! Akan ku silencio jika mulutmu tak bisa diam!"
"Maaf sebelumnya atas hal yang sedikit mengganggu. Ini, Ms. Harrison. Kau bisa mencobanya. Dan kau mundurlah sedikit," katanya sambil mengisyaratkan pria besar di sebelahku ini untuk menjauh dari jangkauanku.
Aku tersenyum tipis dan melihat dengan ragu tongkat yang sudah beralih di tanganku. Sungguh, ini pertama kalinya aku memegang tongkat. Lalu aku merasakan desiran hangat saat menggenggam tongkat itu. Perlahan, mulai kuayunkan tongkat itu. Kutargetkan pada sebuah koran yang berada di meja kasir.
Voila! Benda itu melayang! Sepertinya, tongkat ini menurut padaku.
"Bersyukurlah aku tidak keliru mengambil pesananmu, Ms. Harrison," ucapnya sembari tersenyum lebar.
'Well, ternyata berita itu benar adanya. Aku menemukan yang satunya disini'
***
Setelah mendapatkan semua barang, aku dan Carlos kembali mengudara untuk menuju Hogsmade. Ia sengaja mengajakku berjalan-jalan disana dengan tujuan agar aku mengetahui daerah sekitar Hogwarts.
Setengah hari ini aku habiskan berjalan dan berbelanja bersama Carlos. Beruntungnya, dengan baik hati ia mengenalkan berbagai tempat di wizarding world ini. Sekitar pukul 2 siang, akhirnya kami sampai di pintu gerbang Hogwarts. Kemudian ia turun dan menuntun kendaraannya masuk.
"Wow! Besar sekali tempat ini!," kataku dengan memekik penuh kekaguman.
"Aku bersumpah jika kau masuk ke dalamnya, aku yakin kau akan kebingungan sampai memanggil namaku tiga kali," katanya dengan tertawa kecil. Aku pun ikut tertawa. Lalu ia merapalkan yang aku yakini mantra untuk membuka gerbang.
Gerbang pun terbuka dan kami masuk kedalam.
***
"Wah, aku begitu gugup sekarang," kataku. Peluh keringat kini mulai membanjiri kening, sesekali aku mengusapnya dengan punggung tanganku.
Kini aku berada di belakang pintu aula. Aku juga telah mengenakan jubah kebesaran sekolah ini. Bersama Carlos yang sedari tadi setia menemaniku.
"Aku bersumpah lebih baik aku mengenakan celana saja daripada mengenakan rok selutut ini, Carlos."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unknown Girl
FantastikFlorine, gadis dari keluarga Harrison yang baru diketahui dan teridentifikasi keberadaannya oleh kementerian sihir setelah 13 tahun lamanya. Setelah dipindahkan dan tinggal di wizarding world, ia mulai menemukan berbagai misteri yang belum terpecahk...