3.

127 12 4
                                    

Tatapannya begitu tajam, sekalipun raut wajahnya terlihat malas sekali. Dirasa sangat lama karena ia tak kunjung melepaskan jabatan tangannya, aku pun berinisiatif melepaskannya.

Huh, di hari pertama saja sudah seperti ini, pikirku.

***

Selesai sesi makan malam, kami digiring oleh prefects Ravenclaw menuju common room. Ya, sepertinya sang ketua ingin aku memperkenalkan diri lagi sekalipun sesi perkenalanku sudah berjalan sejak aku sampai di wizarding world ini.

Namun, dugaanku ternyata melenceng jauh. Ia hanya memberi aturan apa yang diperbolehkan dan yang dilarang selama di asrama dan di Hogwarts sekaligus. Syukurlah tidak ada dua kali sesi perkenalan. Kemudian ia memperbolehkanku untuk memasuki kamar.

Di dalam kamar perempuan, kukira tempat tidur akan terpisah tidak seperti tempat tidur laki-laki yang bertingkat persis di film. Namun tempat tidurnya pun juga sama bertingkat dua.

Beruntungnya, masih ada ranjang yang tersisa untukku. Dan baiknya lagi, ranjangku bersebelahan dengan ranjang Shandy dan Lavy.

"Sepertinya, aku memang ditakdirkan untuk bersama dengan kalian berdua," kataku dengan terkekeh.

Mereka berdua pun ikut terkekeh. "Tidak apalah, sampai kita mempunyai keluarga masing-masing pun aku jamin kita akan selalu bersama seperti ini," ucap Shandy.

Aku segera melaju ke kamar mandi untuk bersih-bersih, dan kemudian beristirahat untuk hari esok.

***

Paginya, aku sudah siap. Jubah kebesaran dan dasi telah terpasang rapi. Dan jangan lupakan rok selutut serta kaos kaki sebetis yang membuat penampilanku sedikit err-, seperti bukan aku yang biasanya. Bahkan dibilang lebih feminim.

Pena bulu, tinta, beberapa helai perkamen dan buku sudah kumasukkan dalam tas punggung.

"Hei, Flo. Kau sepertinya terlalu bersemangat sampai kau bisa melewatkan sarapan pagi ini jika tak kuingatkan," sindir Lavy. Uh, telak sekali ia menyindirku.

"Sarapan pagi? Apakah seperti tadi malam?"

"Sama, namun makanannya tidak semewah tadi malam. Dan kita harus mengambilnya dari Madam Jones."

"Apakah ia semacam ibu cafetaria?"

"Betul sekali."

"Apa itu cafetaria?," tanya Shandy. Ia terlihat kesusahan nampaknya saat memakai dasinya.

"Semacam kantin, namun lebih kecil di dunia muggle."

Selesai bersiap kami menuju aula untuk sarapan pagi.

***

Pagi ini, untuk asrama Ravenclaw ada kelas Sejarah Sihir. Seusai sarapan murid-murid segera meninggalkan aula menuju ruangan kelas.

Saat masuk ruangan, ternyata kelas belum begitu banyak orang. Terlihat dari beberapa kursi yang masih kosong.

"Sepertinya kau akan duduk sendirian Flo," kata Shandy.

"Kau bisa duduk di belakang bangku kami. Duduklah sampai menunggu siapa yang akan duduk bersamamu nanti," imbuh Lavy

Huft. Aku menghembuskan napas kasar. Entah perempuan atau lelaki. Terserah.

Seseorang masuk ke dalam ruangan dengan membawa buku tebal. Dari gaya berpakaiannya, sepertinya ia guru yang akan mengajar di kelas.

"Selamat pagi, anak-anak!"

"Pagi, Sir!"

"Hari ini kita akan melanjutkan materi kemarin. Adakah seseorang belum hadir disini?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Unknown GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang