Ia tengah menatap ponselnya dengan mata yang berbinar, bibirnya tidak penah berhenti untuk tersenyum. Ia teringat sudah berapa lama dirinya tidak tersenyum lagi.
"Emang gini ya rasanya jatuh cinta?" gumam Reyfan yang sedang berbaring dikasurnya menatap lurus kedepan. "Bisa gila gue kalo gini terus," ucapnya sambil mengacak-acak rambutnya.
Terdengar suara notifikasi dari ponsel Reyfan yang tergeletak diatas nakas, membuat sang pemilik meraihnya dengan cepat.
Reyfan mengernyitkan dahinya. "Om Arthur? Tumben massage gue,"
Om Arthur
Reyfan, kamu udah pulang? √√
Bisa ke kantor sebentar? Ada yang Om bicarakan sama kamu, √√
Dokumen kemarin sekalian dibawa, om tunggu kamu disini. √√
17.27Tanpa menunggu lama, setelah membaca pesan masuk dari Artha-Om Reyfan yang memegang perusahaannya sementara, ia langsung mengambil kunci mobilnya yang berada dilaci, lalu segera pergi menuju ke kantor.
• • •
"Sore Om." ucap Reyfan saat ia masuk ke ruang kerjanya.
Artha yang sedang memandang pemandangan jalan raya pun lantas menoleh, lalu tersenyum. "Udah pulang? Om gak ganggu sekolah kamu kan, Rey?" tanya Artha.
Reyfan menggeleng. "Nggak kok." ucapnya lalu duduk dikursi kebesarannya. "Tumben Om, ada masalah?" tanya Reyfan.
Artha mendaratkan bokongnya berhadapan langsung dengan Reyfan. "Sebenarnya bukan masalah serius, hanya firasat Om aja yang terlalu berlebihan mungkin?"
"Apa ada yang mau menjualkan sahamnya lagi?" tanya Reyfan sambil membuka dokumen penting yang Artha telah siapkan.
Artha terkekeh saat melihat wajah serius keponakannya. "Bukan mengenai perusahaan Rey, kamu ini serius banget." ujar Artha.
"Terus?" tanya Reyfan.
Artha menghela nafasnya. "Tadi Om bertemu dengan Damar." ucap Artha.
"Damar? Dimana?"
Artha menganggukan kepalanya. "Om berpaspasan dengan dia, saat Om mau ke rumah Kakek kamu."
"Kakek Marko? Ngapain dia ke rumah kakek? Aneh." ujar Reyfan. Lalu menatap Artha. "Ada yang dia bicarakan sama Om?"
"Tentu, Om sama Damar mengobrol sebentar." Karena Artha tahu bahwa Reyfan ingin mendapat penjelasan. Artha menceritakan semuanya.
Flashback on.
"Bukannya itu Damar? Ngapain dia ke rumah Om Marko?" gumam Arthur. "Mending gue samperin aja deh,"
Arthur berdeheman membuat Damar yang hendak pergi menoleh kearahnya. "Ekhm! Ada urusan?" tanya Arthur.
Damar terdiam sesaat lalu terkekeh. "Kenapa? Ada urusan atapun nggak, itu bukan hak anda." balasnya. "Ngapain lo kesini?" tanya Damar dengan angkuh.
"Kenapa? Ada urusan ataupun nggak, itu bukan hak anda." balas Arthur meniru cara bicara Damar.
"Cih!" Arthur bersender ditepian mobilnya dengan melipatkan tangannya. "Bukannya lo harus ngebimbing bocah itu ya? Yaudah sana, ngapain ada disini?" ejek Damar dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOW OF LIFE
Teen FictionBagaimana jadinya jika dua orang yang mempunyai alur kehidupan yang hampir sama dalam permasalahan pribadinya lalu dipertemukan? Serta hubungan mereka yang sangat rumit, beberapa rintangan harus mereka hadapi, terkait nyawa dan perasaan mereka masin...