Harry pov
Senyum terpancar dari bibir putri tunggal dan istriku Kenny hari ini, grand opening butiknya berjalan dengan lancar, semua keluarga datang, begitupun dengan kerabat-kerabatku.
"Terimakasih Harry" bibir manisnya mencium tanganku yang sedang saling bertautan dengan jari manis Kenny, aku mencium puncak kepalanya dan mengangguk.
Begitupun Amora, dia sangat semangat akan pembukaan butik miliknya, dia mengundang teman-temannya, memamerkan hasil desainnya dan berkata akan meluncurkannya segera.
Acara telah selesai, Kenny dan anak-anak pulang terlebih dahulu, sedangkan aku masih akan meeting dengan kepala bodyguard untuk keamanan Amora dan bagaimana kedepannya.
Seorang perempuan terjatuh pas didepan butik ini, matanya memerah dan ewww dia mungkin sedang mabuk berat. Ketika semuanya berbicara tentang bajunya yang terbuka, aku menariknya aku mengumpat dalam hati "sangat menyusahkan"
"Permisi nyonya, dimana kau tinggal" huuh percuma aku berbicara dengannya, dia bahkan tidak sadar, aku mengikutinya ketika dia berjalan sempoyongan di hadapanku, sepertinya dia menghafal jalan arah kerumahnya.
Didepan sana ada gedung seperti penginapan atau entah, dia pingsan disana dan segera orang-orang disekitar sana membopong tubuhnya masuk kedalam frat, berjaga jaga dia aman aku tetap mengikutinya.
"Dia ibumu?" Aku bertanya kepada seorang gadis mungkin seumuran dengan Amora yang tampak tertunduk malu ketika wanita ini sampai disebuah pintu yang mungkin adalah tempat tinggalnya.
Matanya terpaku kearahku, aku hanya tersenyum namun matanya tak lepas dari memandangku.
"Aku Harry, Harry Styles, dia ibumu? Dia tadi pingsan, pakaikan baju hangat untuknya" dia mengangguk dan matanya berkaca-kaca.
Kenny Pov
Sudah pukul 23.30 dan Harry belum juga pulang, emosiku memuncak ketika kuhubugi ponselnya beberapa kali namun tidak ada jawaban. Mendengar perkataan dari bodyguard yang berjaga disana dia sedang mengikuti wanita mabuk, entah kemana
Beberapa kali kucoba untuk menghubunginya dengan emosiku yang sudah membara namun tetap sama tidak ada jawaban.
Ketika ku coba untuk tidak perduli, dan mengambil selimut untuk tidur, aku mendengar suara mobil yang masuk ke pekarangan rumah. Dia datang, batinku.
Aku segera menutup mata dan enggan berbicara dengannya, dia dengan santainya tanpa sepatah kata pun dia masuk kedalam kamar mandi, beres-beres sedangkan aku? Masih bergelut dengan emosiku sendiri dan tidak tau harus bersikap seperti apa.
Setelah keluar dari kamar mandi, ia mulai naik ke tempat tidur, melingkarkan tangannya pada perutku namun segera kutepis.
Dia diam sesaat sebelum mulai memelukku lagi "ada apa mom" suaranya iba, namun aku tidak akan langsung luluh, dia membuatku khawatir dan seolah-seolah tidak terjadi apa-apa
"Kau darimana" aku memecahkan keheningan malam ini "jawab Harry"
Dia menceritakan jika hari ini bertemu dengan wanita yang memiliki anak, dia tinggal di frat sekitar butik Amora, anaknya seperti Amora dia juga masih sekolah dan tampak sangat frustasi, aku tidak perduli dengan ceritanya, aku hanya tidak suka dia pergi keluyuran dan dengan alasan yang tidak jelas.
Setelah malam panjang dengan perdebatan kecil karena aku yang terkadang susah untuk mengerti keadaannya, kami tertidur pulas dengan Harry yang memelukku erat dan aku hanyut dalam pelukan itu.
Jackson Pov
Dering telfonku membangunkanku dari tidurku pagi ini, melihat jam diponsel baru menunjukkan pukul 05.00 dini hari "yoo bro, apakah kau tidur?" Suara menjengkelkan Sam langsung menyeruak kedalam telingaku "3 detik yang lalu iya aku tidur, sekrang tidak lagi karenamu"