Butir gerimis membius jiwa bersama dengan dinginnya kerinduan yang tersimpan sejak lama. Mengikuti bekunya kenangan yang mencoba berbicara dalam kebisuan.
Ini aku, menyajikan bait-baik sajak untuk terbawa bersama denganmu.
Kini, tak ada lagi celah untuk menanti pulangmu, kosongnya pesanmu tak akan bisa lagi ku pertanyakan.
Semuanya tak mungkin ku paksakan apalagi berharap bahwa ini akan kembali pada sedia kala.
Bungaku kini layu..
Gugur... Namun rasa ini kerap terus berayun.
Harapan apalagi yang bisa ku bangun kembali disaat aku berada pada titik gaduhnya hati,
beradu pada titik jenuh merasa sepi dan tak berarti.
Perasaan seperti ini memang dihadapkan di dunia, terkadang pahit dan bahkan juga menyedihkan.
Awalnya aku paham bahwa tak semuanya akan abadi. Namun aku pernah berharap bahwa ini akan tertahan.
Ingin rasanya ku putuskan segala hal yang membuatku bimbang.
Aku tak ingin tersakiti lagi...
Pada nyata yang tersisihkan aku hanya perlu sendiri, mencoba mencintai diri sendiri.
Saat ini telah tiba, kuterima semua yang datang demi segala yang tak ingin tinggal..
Pegilah, tak perlu lagi kau ingat pulangmu, ku biarkan kau memilih jalanmu sendiri..
Yang hilang tak perlu lagi diharapkan untuk pulang, dan yang pergi tak perlu lagi di cari
Hanya membuat waktu habis termakan sia-sia.
Lalu apa yang bisa ku lakukan sekarang ??
.
.
Mengakhiri perjuangan dan mengucapkan selamat tinggal
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Penantian Atau Bahkan Perjalanan
Historia CortaIni adalah tempat dimana Statistika penantian berbanding lurus dengan perjalanan yang penuh dengan pertimbangan sehingga menimbulkan kebodohan dan kerap menahan sampai pada akhirnya...