Hilang #Irene

197 27 26
                                    

Akhirnya keresahanku mendapat jawaban. Mino menceritakan tentang gadis yang bernama Vanya. Gadis itu rupanya hanya partner with benefit. Vanya butuh uang Mino, dan Mino ingin tubuh Vanya.

Aku merasa ini menjijikan.

Rasanya ingin sekali menjauh dari pria ini. Sungguh dengan mudahnya ia mampu membuatku benci. Ternyata benar apa yang selama ini aku fikirkan.

Bibir ini berat untuk berucap. Mataku panas. Semoga saja ia tidak melihat wajahku yang memerah kesal dan marah karena ucapannya.

"Apa aku bisa percaya sama kamu?"

Agak lama aku menunggu jawaban darinya.

"Semua pilihan ada di kamu, kamu mau berusaha percaya aku atau tidak, aku tidak mau memaksa tapi aku berharap kamu percaya sama semua ketulusanku."

Tulus? Apa bisa ucapannya sesuai dengan hasratnya?

"Darimana aku bisa tahu kalau kamu tulus? Bahkan membantu teman sekolahmu saja dengan bayaran tubuhnya?"

"Denganmu aku bersungguh-sungguh ingin berubah, aku bakalan menjauh dari segala sesuatu yang bikin kamu tidak nyaman, aku cuma mau bahagiakan kamu, seperti janjiku ke Mamamu."

Hening.

Aku berdiri. Tak sanggup aku menoleh ke arahnya, mataku makin panas, "beri aku waktu, aku masih belum bisa menerima masa lalu kamu."

Langkah kakiku berat namun aku ingin meninggalkannya. Aku harap ia tidak mengejarku. Sungguh! Karena aku merasa pipiku mulai basah.

*

"Hah? Serius?" Windy terlihat amat kaget.

"Udah kelihatan, sih," Joanna menambahkan, "tapi kenapa segala perlakuannya kayak meyakinkan, ya?"

Aku hanya menggendikan bahu. Tanpa sadar mataku perih. Lagi-lagi pipiku basah.

"Jangan sedih, Ai," keduanya memelukku.

Bodoh aku malah mengeluarkan air mata berhargaku hanya untuk pria menjijikan itu! Untuk apa aku sesedih ini saat tahu masa lalunya? Aku merasa..

Kecewa.

Benar, aku kecewa.

Semakin erat pelukan mereka, semakin deras air mataku.

"Nangislah, Ai, nggak apa-apa."

Mendengar ucapan Windy membuatku makin terisak.

Bodoh.

*

Esoknya, pria itu benar-benar tidak menemuiku. Harusnya aku merasa lega, seiring berjalannya waktu ia akan menghilang dari hidupku. Tapi, kenyataannya aku malah merasa seperti ada sesuatu yang beda,

...sesuatu yang hilang.

"Semangat, Ai! Masih banyak kok cowok yang lebih baik dari Mino."

"Jo, jangan sebut namanya, nanti Irene galau lagi."

"Emang gue Joanna, ratu galau, haha!"

Berhenti sedih-sedihannya, hari ini aku harus kuliah dan kerja seperti biasanya.

Sudah lama sekali rasanya tidak naik kereta bersama kedua sahabatku. Berdesak-desakan, menghirup aroma menyengat dari masing-masing penumpang yang berujung membuat kami bertiga tertawa, terlebih menertawakanku yang mulai pucat pasi karena hawa tak mengenakkan ini.

Jarak antara rumah kost kami dengan kampus tak jauh, hanya butuh waktu kurang dari satu jam untuk sampai.

Saat kami sudah mulai sampai di stasiun tujuan, kami langsung berhamburan keluar karena takut terbawa arus penumpang brutal yang ingin naik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang