“Enak?”Tanya Randi saat Rendi melahap pizza yang tadi dipesannya.
Tapi Rendi tidak menjawabnya. “Oh! Toothless-nya jatuh!”seru Rendi tiba-tiba, “Tapi ntar terbang lagi,”lanjutnya, sangat hapal cerita dari kartun yang saat ini ditontonnya, membuat Randi terkekeh melihat ekspresi anaknya yang mulutnya belepotan bumbu pizza. Randi menyeka mulut rendi dengan tisu. Sementara mata Rendi tetap terfokus pada film How To Train Your Dragon yang ditayangkan di TV layar datar di kamar sang dokter.
Saat Randi bertanya pada anak itu apa yang diinginkannya untuk makan siang, Rendi segera saja menjawab pizza. Ia memang terbiasa memakan masakan rumahan yang dibuat dengan sangat lezat oleh Cherisha, tapi makanan fast food itu juga menjadi favoritnya semenjak Feri dulu pernah membelikannya. Hanya saja karena harganya yang mahal dan tidak sehat, Cherisha jarang sekali membelikannya, hanya sebulan sekali.
Rendi kembali mengambil potongan pizza keempatnya, dan Randi juga mengambil potongan pizza keempatnya.
“Om Dokter udah makan berapa?”tanya Rendi.
“Empat,”jawab Randi, membuat Rendi terkesiap.
“Rendi dibalap!”ujar anak itu lalu mengunyah dengan cepat.
Randi tergelak. “Memangnya kita balapan?”
“Iya dong! Nggak boleh ada yang ngalahin banyaknya makan Rendi!”kata anak itu di sela-sela kunyahanya membuat Randi tertawa semakin keras sampai terbatuk-batuk. Terburu-buru ia mengambil gelas berisi jus jeruk di meja kecil di hadapannya dan meneguknya langsung sampai habis. Rendi tertawa melihat hal itu.
“Kata Bunda jangan makan sambil ketawa atau ngomong, Om.”
“Kamu juga ngomong,”gerutu Randi dengan mengacak sayang rambut tebal putranya. Rendi terkekeh pelan lalu kembali mengunyah pizzanya.
Suasana kembali hening saat mereka kembali makan dan menonton kartun favorit Rendi yang ternyata juga disukai oleh Randi itu. Rendi adalah anak yang berisik dan banyak bicara pada orang-orang yang membuatnya nyaman, tapi ketika makan makanan enak ia akan menjadi sangat tenang karena begitu menikmati. Salah satu dari banyak hal yang diturunkan Randi kepadanya.
Setelah dua box pizza habis, keduanya berbaring di atas tempat tidur dengan perut kenyang. Tapi setelah beberapa saat, Randi bangun dari posisi berbaringnya lalu bertanya dengan tersenyum. “Mau es krim sama donat?” yang langsung ditanggapi Rendi dengan mata berbinar-binar.
Sepertinya tidak ada kata kenyang untuk kedua food monster ini. (=_=)”
***
Setelah menghabiskan dua boks pizza, dua boks es krim ukuran 1 liter yang masing-masing dimakan satu oleh Randi dan satu oleh Rendi, dan satu boks dunkin donuts isi 12, akhirnya double R itu benar-benar kenyang. Mereka berdua kembali rebahan di tempat tidur king size milik Randi dengan menghela napas puas.
Tidak berapa lama Rendi bangkit dari posisi berbaringnya lalu memutari kamar Randi untuk melihat berbagai sudut kamar Om Dokter tersayangnya itu. Saat tadi mereka asik bermain piano, Randi sudah memesan pizza dan donat untuk mereka berdua. Lalu ketika pesanan tiba, Randi mengajak putranya untuk makan di kamarnya. Tapi karena terlalu terfokus pada makanan-makanan enak itu, Rendi jadi sama sekali tidak memperhatikan kamar yang dimasukinya.
Kamar Randi berukuran 10 x 10 m yang dipenuhi dengan satu tempat tidur ukuran king size, dua meja nakas di kedua sisi tempat tidur, sofa di dekat jendela kamar, lemari pakaian, meja rias, TV layar datar yang berhadapan dengan tempat tidur, pintu menuju kamar mandi dalam, satu rak buku tinggi dan meja baca yang di atasnya terdapat beberapa jurnal kedokteran yang dibacanya, dan dua pigura foto berisi fotonya bersama keempat sahabatnya, foto keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Us
RomanceRandi tidak bisa mempercayai penglihatannya saat ini. Perempuan yang 8 tahun lalu sempat menjadi pacarnya selama tiga hari sebelum ia pergi ke luar negeri, yang tidak bisa dihubunginya sama sekali, dan yang dicari-carinya setengah mati. Kini ia mene...