Lee Jeno
Na Jaemin
Lelaki pemilik mata caramel itu memejamkan mata, ia sangat lelah sungguh. bahkan hanya untuk sekedar membangunkan tubuhnya. sudah empat hari lelaki manis ini dikurung dikamarnya sendiri oleh ayah kandungnya. ponsel disita, bahkan lelaki manis itu tidak diberi makan ataupun minum untuk asupan gizi.
meratapi nasib hidupnya, kenapa ia dilahirkan menjadi lelaki lemah seperti ini, selama ini ia selalu menjadi korban kekesalan ayahnya kandungnya sendiri. ia tidak bisa melawan orang-orang yang menyakitinya, ia memiliki hati yang lemah lembut, bahkan ia sangat sayang kepada ayah kandungnya walaupun bersikap kasar padanya.
kadang Na Jaemin berfikir, untuk apa dia hidup didunia ini bila tidak berguna, bahkan dikasari oleh ayah kandungnya sendiri, mungkin memang Dimata ayahnya ia hanyalah seorang anak bodoh yang tidak bisa diandalkan. ia ingin membahagiakan ayahnya, membahagiakan ibunya yang berada di surga. tapi sekali lagi Na Jaemin tidak bisa melawan itu semua sendiri.
✨✨✨
hari kelima sejak saat lelaki manis itu terkurung dikamar, ia masih bersyukur toilet berada dalam kamar tidurnya.
Na Jaemin bahkan terlalu sering di kurung oleh ayahnya sendiricklek
Jaemin tersentak kaget, tiba tiba pintu kamarnya terbuka, dan ternyata ayahnya mendatanginya.
"bangun kamu, habiskan makannya dan pergi bekerja, tidak ada waktu lama. setengah jam kamu harus sudah rapih"
Jaemin mengangguk kecil, ia tidak berani untuk sekedar menatap mata ayahnya. ia terlalu takut. setelahnya ayahnya pergi begitu saja meninggalkan Jaemin yang terlihat sangat lemas dikasurnya.
Kejadian yang membuatnya dikurung lagi oleh ayahnya adalah, ia pulang sangat malam dan diantar oleh lelaki, teman sekolahnya. saat itu banyak sekali tugas kerja kelompok. ia sudah mengabari ayahnya lewat pesan ponsel, tetapi pas pulang tetap saja ayahnya akan marah besar padanya. ia bahkan di tampar dan dipukuli oleh ayahnya.
ia tidak mengerti mengapa ayahnya terlihat sangat benci padanya, bahkan sampai tega memukulinya, tega membiarkan ia jauh dari kebebasan yang seharusnya ia dapat di usia sekarang.
✨✨✨
Jaemin sudah sampai tempat kerjanya, ia bekerja di kedai. sebenarnya ini hanya kerja part time untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan ayahnya.
Pemuda manis ini terlihat sangat berantakan. terlihat sangat kurus dibanding sebelumnya, bahkan wajahnya terlihat ketakutan.
"Irene noona, maafkan aku tidak bekerja beberapa hari dan tidak memberi kabar, tolong jangan pecat aku, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini" air wajah Jaemin terlihat gusar bahkan ketakutan.
"sebenarnya selama empat hari ini kamu kemana Jaemin? kedai ini membutuhkan orang lebih dan kamu tidak datang kamu tahu bagaimana repotnya para pekerja disini selama kamu tidak ada?"
"maafkan aku Noona, sungguh aku tidak bermaksud merepotkan para pekerja disini dan semena-mena dalam bekerja, aku sungguh minta maaf Noona, tolong maafkan aku hiks" Jaemin terlalu panik hingga ia meneteskan air matanya dihadapan pemilik kedai tempat ia bekerja.
"sudah cukup nangisnya, aku memaafkan kamu Jaemin, kamu bisa bekerja selanjutnya" Irene terlalu baik bagi Jaemin, ia tidak tahu harus berkata apa selain terimakasih
"Terimakasih Noona, aku sungguh minta maaf dan berterima kasih pada Noona" lirih Jaemin.
sebenarnya Irene tidak tega melihat Jaemin yang lemah seperti ini, bahkan sangat kurus, Irene ingin tahu apa alasan sebenarnya Jaemin yang selalu seperti ini.
✨✨✨
terlihat empat pemuda yang berkharisma duduk di salah satu kedai favorit didaerahnya, saling menumpahkan candaan satu sama lain, Lee Jeno, Hwang Hyunjin, Mark Lee, dan Lai Guanlin.
"bro, gue ke toilet dulu"
"ok"
sebenarnya Jaemin sangat lelah, kepalanya begitu pusing tapi pekerjaannya tidak bisa di tinggalkan.
Jaemin sudah menaruh pesanan yang dipesan oleh yang menempati meja itu, kepala dia sangat sakit dan hampir saja ia jatuh pingsan bila tidak ada yang menopang tubuhnya.
"hey kau, hati hati, apa kepalamu pusing? istirahatlah sebentar dan minum obat mu" ucap lelaki tampan yang masih menopang tubuhnya.
"ehh, makasih sebelumnya, aku permisi" Jaemin segera kembali ketempat yang boleh ditempati oleh para staff sana.
"widi Lee Jeno, tumben"
"hm?"
"kapan lagi liat Lee Jeno perhatian ke orang" ucap Guanlin.
"biasa aja" lain dimulut lain di pikirannya, Jeno masih memikirkan pelayan kedai ini, bahkan ia tidak mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me {Nomin}
Randomlelaki manis dengan sejuta impiannya, dan berharap selamat dari kejahatan dunia.