part 4

198 13 0
                                    

keesokan harinya Jaemin pun masih blum masuk sekolah, Jeno merasa khawatir, ia ingin menengok lelaki manis itu kerumahnya. tetapi tidak enak hati bila tidak mengabari dulu sedangkan Jaemin tidak bisa dihubungi dari kemarin padahal Jeno sudah menelponnya.

lagi lagi Jaemin dikurung dikamarnya. Jaemin tertidur dikasurnya dengan wajah resah ia terlihat takut, di-mimpinya terngiang-ngiang orang-orang yang selama ini menyakitinya tapi ia tidak bisa bangun dari mimpi itu, bahkan saat tertidur, lelaki manis itu mengeluarkan air mata.

Jaemin sering dilecehkan oleh pamannya. pada saat ayahnya pergi ntah kemana karna ada urusan, selama 2 hari itu juga pamannya membawa temannya ke rumah Jaemin dan merasa bahwa rumah itu milik dia.
Jaemin tentu saja ketakutan, ia tidak bisa berbuat apa apa, Jaemin hanya bisa mengurung diri dikamar sampai paman dan temannya itu pergi dari rumahnya.

lelaki manis itu terbangun. mengapa ia ditakdirkan menjadi orang bernasib seperti ini?
ia sungguh tidak bisa berfikir dengan jernih. ia butuh seseorang, saat berada dititik terendah ia bertahan.

"hiks, aku takut. ibu tolong aku" air mata Jaemin begitu keluar dengan derasnya.

lelaki manis itu mengambil pisau, dan menorehkan luka disekitar pergelangan tangannya. darah langsung berderas keluar.

kadang Jaemin berfikir ia ingin mati saja dan menemui ibunya disurga. ia merasa bahwa hidupnya tidak berguna, bahkan ayahnya dan saudaranya malu dengan kehadirannya, apa yang harus ia lakukan?

tapi sungguh ia masih ingin mengejar cita citanya, ia ingin membuat ayahnya bisa menerimanya dan membuatnya bangga disuatu hari nanti. kadang hal seperti inilah yang membuat lelaki manis itu ingin bertahan sampai detik ini. walaupun luka yang ia dapatkan begitu banyak dari fisik hingga batinnya.

✨✨✨

keesokan harinya Jaemin sudah tidak dikurung oleh ayahnya. ia akan sekolah dan bekerja, ia ingin lebih semangat walaupun hatinya sangat sakit.

saat ini Jaemin berdiri di toilet sekolah yang berada dekat kantin, ditoilet itu sedang sepi karna masih jam pelajaran. ia bercermin melihat betapa berantakan dirinya, ia menutupi bagian pergelangan tangannya yang tadi malam dilukai oleh dirinya sendiri.

tiba tiba ia merasa bahwa bagian bokongnya diremas, ia melihat kearah cermin dan ternyata ada lelaki asing yang melakukan hal leceh padanya.

"gue tau Lo jalang, jadi gue pengen sekarang Lo main sama gue ditoilet ini" lelaki bernametag Bangchan itu menyeringai.

"a-apa maksud kamu, permisi aku ingin keluar"

"nggak, sebelum Lo main sama gue"
tangan lelaki itu masih meremas bagian bokongnya, Jaeminn sudah menangis, lagi lagi ia ketakutan, tapi tidak bisa berbuat apa apa, begitu lemah.

"singkirin tangan Lo"

tiba tiba seseorang yang Jaemin kenal datang, Jeno, ya lelaki itu.

"singkirin tangan Lo  brengsek!" Jeno menonjok pipi Bangchan, sampai lelaki asing itu tersungkur dan Jeno masih memukulinya.

"biadab banget tangan Lo"

"argh stop bangsat" lelaki asing itu terlihat kesakitan karna serangan dari Jeno yang terlihat kalut.

"J-jeno udah cukup hiks, aku gamau kamu ribut" Jeno yang mendengar lirihan Jaemin itu langsung berhenti dan datang kearahnya. melihat kesempatan itu Bangchan langsung pergi dari mereka berdua.

"Jaemin, hey maaf aku telat datang, jangan nangis ada aku sekarang, kamu aman sama aku, maafin aku Jaem" Jeno menarik Jaemin kepelukannya, ia mengusap rambut caramel Jaemin dan mengusap punggungnya

ia menangkup wajah lelaki manis yang berurai air mata, tangannya terulur untuk mengusap air mata itu.

"jangan nangis, aku ada disini Jaem, aku ada buat kamu" Jeno memberi kata kata penenang supaya Jaemin tidak ketakutan lagi.

setelahnya Jeno membawa Jaemin keatas rooftop untuk menenangkan pikiran lelaki manis itu.

selama duduk di sofa yang memang tersedia di rooftop sekolah itu, Jeno mengusap punggung tangan Jaemin untuk menenangkan.

dan ia tersadar bahwa banyak goresan di pergelangan tangan kiri Jaemin, ia merasa sangat khawatir.

"Jaem?" lelaki manis itu mendongak menatap mata violet milik Jeno.

"udah tenangan?"

"y-ya, makasih banyak Jeno kamu selalu membantu aku selama ini, tapi aku tidak bisa berbuat apa apa" lirih Jaemin

"hey, aku ga harapin apa apa Jaem, sungguh aku ingin lihat kamu aman sama aku" Jeno menatap Jaemin dengan penuh arti.

"boleh tanya?"

"pergelangan tangan kirimu, kenapa banyak goresan?" Jaemin terkaget saat mendengar ucapan Jeno, ia tidak mau Jeno tahu bahwa ia terkena self harm.

"b-bukan apa apa Jeno, hanya luka biasa" Jaemin langsung menarik tangannya agar jauh dari Jeno.

"gapapa kalo kamu blum bisa cerita, aku hargain kamu. tapi bila ada apa apa langsung kabari aku beritahu aku agar aku bisa menenangkan-mu, aku tidak mau kamu memendam-nya sendiri. kamu punya aku, kamu bisa berbagi cerita apapun kepadaku. dan aku mohon jangan terlihat takut saat bersama ku, aku akan melindungi-mu, kamu akan aman" Jeno menatap mata caramel milik Jaemin lekat lekat.

"please, percaya aku Jaem. aku sungguh ingin dekat denganmu lebih dalam, aku akan menjagamu" tangan besar milik Jeno menggenggam tangan Jaemin

"J-jeno, iya aku akan mencoba percaya kamu, tolong jangan tinggalkan aku, aku takut selama ini hiks" isakan lirih itu kembali terdengar oleh Jeno membuatnya tidak tega, Jeno memeluk lelaki manis itu dan menyandarkannya ke dada bidangnya.

"tidak, tidak akan Jaem"

sebenarnya Jaemin benci, dirinya harus terlihat lemah seperti ini lagi dihadapan orang, ia benci dirinya sendiri. tapi saat ini ia butuh orang untuk menopangnya.

TBC

Save Me {Nomin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang