Seminggu yang terasa begitu menyiksa Aaron.
By : Ade Tiwi & Yossi Mariani.💮💮💮💮💮💮💮
Ini sudah terhitung hari ke tiga dimana Aaron dan Zeline menjalani yang namanya masa pingitan. Di saat seperti inilah baik Zeline maupun Aaron di landa rasa rindu berat, pernah suatu hari untuk pertama kalinya di hari masa pingitan, Aaron sempat nekat berniat ingin menemui Zeline secara diam-diam.
Rasa rindu tak hanya kepada Zeline seorang, tapi juga pada baby Razack. Ia sangat merindukan putra tampannya itu, rindu wajah, senyum dan juga ocehan Razack.
Aaron menghitung dengan jari tangannya berapa hari lagi yang harus ia lewati, rasanya ia sudah tak sanggup lagi membendung rasa rindu yang sudah sangat membuncah di dadanya.
Bagi Aaron, setelah semua urusan kerumitan ini selesai maka ia akan langsung menghambur memeluk Zeline dan juga putranya.
"Hhhh, bersabarlah Aaron, tinggal sisa menunggu empat hari itu itu tidaklah lama." gumamnya memberi semangat dalam dirinya.
Jiwanya bergejolak keras kala mengingat wanita pujaan dan juga anaknya. Ya, sabar, adalah salah satu tindakan yang tepat untuk situasi sekarang ini.
Otak Aaron berputar berpikir keras hingga sebuah ide muncul dan tercetus begitu saja di kepala tampannya.
Aaron mengambil ponselnya yang tergeletak di meja samping ranjang, selama beberapa hari ini tak banyak aktivitas yang di lakukan pria itu. Mungkin efek rindu berat yang membuatnya malas barang bergerak sedikit pun.
Aaron mencari nama Zeline di ponselnya, lalu dalam sekejap jempolnya menekan layar memanggil. Aaron menempelkan ponselnya ke telinga kanannya berharap Zeline menghubunginya.
Mengubungi lewat telepon demi mendengar suaranya saja tak masalah, kan? Yang terpenting inti dari syarat acara pingitan ini tak saling bertemu, ah, aku rasa tak apa-apa. batin Aaron yang masih setia menunggu Zeline mengangkat panggilannya.
Hingga panggilan Aaron berakhir, Zeline tak kunjung juga mengangkatnya. Uhm, Aaron jadi bertanya-tanya, kemana Zeline sampai tak mengangkat panggilannya?
Apa jangan-jangan Zeline sengaja tak mengangkat panggilan telepon Aaron? Huffftt, prasangka Aaron bercampur yang menjadikannya semakin bingung dan frustrasi.
Coba lagi tak masalah, kan? batin Aaron lagi yang kini kembali mengubungi nomor ponsel Zeline.
Kecemasan Aaron memudar ketika pada dering ke-lima panggilannya Zeline mengangkat. Syukurlah Zeline mengangkatnya.
"Hallo?" jawab Zeline di seberang telepon.
Ah! Rasanya Aaron melayang hanya karena mendengar suaranya. Apalagi desahannya, eh!
"Aaron?" panggil Zeline lagi ketika Aaron tak kunjung membuka suaranya.
Zeline melihat layar ponselnya yang menampilkan nama Aaron. Keningnya mengkerut ketika menyadari jika memang papa Razack lah yang saat ini menghubunginya. Zeline pikir, ia tadi salah membaca nama sih penelpon tapi ternyata tidak.
"Zeline...." panggilan Aaron nyaris berbisik begitu membuka suaranya.
"Iya Aaron?"
"Apa kau merindukanku?" tanya Aaron penuh harap.
"Hah?" respons Zeline begitu mendengar pertanyaan Aaron.
Aaron terkekeh dan mulai menggoda Zeline yang memang sudah menjadi hobinya sekarang.
"Sangking rindunya ya Zel, makanya kamu sampai begitu reaksimu." ujar Aaron masih terkekeh.
Zeline mengigit pelan bibir merahnya, apa yang Aaron katakan sebenarnya memang benar sih.
"Apa kau merindukanku?" pertanyaan Aaron yang di balas pertanyaan dari Zeline.
Aaron tersenyum. "Ya, tentu saja Zel. Aku merindukanmu sayang, sangat."
Dada Zeline berdesir mendengar kalimat pernyataan Aaron, pria itu merindukannya begitu juga juga dirinya yang begitu sangat merindukan Aaron.
"Sekarang, kau harus menjawab pertanyaanku. Apakah kau merindukanku, Zel?" tuntun Aaron.
"Iya, mungkin saja." jawab Zeline mencoba menutupi perasaan yang sebenarnya. "Razack merindukan papanya." terang Zeline jelas mengingatkan Aaron dengan putranya.
"Razack saja, mamanya tidak?" Aaron sedikit merasa kecewa.
"Hhmm, ya, begitulah."
"Baiklah, bagaimana kabar Razack sekarang? Apa dia sehat?"
"Dia sehat kok, dan terus memanggil papanya."
"Benarkah?" Zeline mengangguk di seberang telepon yang pastinya tak dapat di lihat Aaron.
"Apa dia tidur Zel, aku ingin mendengar suaranya."
"Ya, sayang sekali Aaron, putra kecil nan tampan kita sedang tidur nyenyak."
"Ya sudah, kau begitu aku bicara pada mama Razack aja sepuasnya. Mau kan?"
"Aku juga mau istirahat, lelah seharian di rumah sakit banyak kerjaan." jawab Zeline, karena terlalu lama bicara sama Aaron membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
"Ya sudah, aku tutup dulu teleponnya dan kamu istirahat. Selama malam Zeline, aku merindukan kalian." ucap Aaron dengan berat hati mengakhiri sambungan teleponnya.
Sambungan telepon baru berhenti berakhir, pria itu mendengus dan meletakkan kembali ponselnya ke nakas di samping ranjang.
Kembali merebahkan tubuh tegapnya di ranjang, rasa kantu menderanya dan berharap akan memimpikan Zeline beserta Razack.
"Aku mencintai kalian berdua." gumam Aaron sebelum benar-benar tertidur terseret ke alam mimpi.
Tbc...
Double up ❤️
Selamat malam minggu gaesss 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
A man mummy (End - Proses Cetak)
FantasyCerita kolab dengan penulis @sieshangmerpaticinta Genre : Fantasi, romance, komedi