01 pengendali

19 5 0
                                    

Ruh.chapter.01

-
Ana
-

***

Ana adalah Gadis kecil yang mulai merasa bosan dengan kehidupannya di karantina. Ia bertekat ingin pergi ke selatan meninggalkan karantina.

Tetapi semua teman-teman, dan bahkan sahabatnya menganggap itu hanya lelucon yang dibuat-buat. Dengan tekat dan peralatan seadanya ia mencoba melarikan diri dari karantina menuju selatan seorang diri

***

"Hei hei, kenapa ada namaku di dalam ceritamu shin, kau tau dari mana jika aku ingin melarikan diri?" Celoteh gadis kecil yang berjarak dua meter di depan shin

"Hemmm... Hanya opini, aku yakin kau akan bosan dengan kehidupan monoton di karantina ini" balas shin berdiri

"Aku tak punya alasan untuk keluar dari sini" ucap ana memutar tubuhnya 180 drajat ke belakang membelakangi shin

"Ana" sahut shin dari arah belakang sambil menaruh tangannya di pundak ana

Ana menoleh ke arahnya, baru saja ana menoleh, gumpalan angin sudah terkumpul di tangan sebelah kiri shin siap di lepaskan

Buzz.. hitungan milidetik ana terhantam angin itu membuat ama melayang beberapa meter ke depan, dengan cepat ana membalikan tubuhnya kebelakang dan ana mendarat mulus di tanah

"Shin kau mau bermain lempar angin denganku!!" Tantang ana

"Boleh" ucap shin

"Kalo begitu terima ini" ana menembakan peluru angin ke arah shin, dengan sigap shin menggeserkan tubuhnya selangka ke kanan, angin yang di lempar ana lewat begitu saja

"Hei curang.." teriak ana sambil menembakan angin itu, lagi dan lagi shin dengan mudah menghindarinya

"Sekarang giliranku, ana!" Teriak shin sebelum ia menembakan peluruh angin itu ke arah ana

Ana menoleh ke arah shin, setelah angin itu di lepaskan, ana langsung melompat ke arah kiri dengan cepat, tapi apa?, ana tetap terkenah angin itu, ana terpental ke belakang beberapa meter, lalu mendarat di tumpukan jerami yang masi basah

Shin langsung berlari ke arah ana, sampai di depan ana shin meraih tangan ana mencoba membantunya berdiri

"Shin kau keterlaluan" ucap ana sembari merapikan bajunya yang basah terkena jerami

"Sebaiknya kau mandi" balas sekalian saran dari shin

***

Waktu makan di kantin karantina

Shin duduk beradapan dengan ana, mereka selalu bersama akhir-akhir ini, bahkan seperti sekarang

"Hei shin, kau selalu bersama dengan bocah itu" teriak megi melambaikan tangan dari arah pintu masuk kantin

Megi berjalan mendekat ke arah shin dan ana, sekarang megi duduk di sebelah shin sembari menyantap makanan di hadapannya

"Megi sebaiknya kau mati" saran ana dingin

"Kejamnya!" Sahut megi berhenti makan

Kelang beberapa menit, tiba kenny yang ikut duduk di sebelah ana sambil membawah porsi makannya

"Ana, kau di sini!, hmm.. siapa lelaki yang berada di sebelah shin?" sapa kenny sekaligus bertanya

"Kenny... aku tak tahu, mungkin dia monster dari kawah berlapis" ana memeluk kenny yang berada di sampingnya

"Kenny kau sama kejamnya seperti ana" megi mengeluh sambil mengunya makanannya "shin dukung aku" megi menatap shin

Shin memalingkan pandangan dari arah megi, dengan pasra lalu megi menundukan kepalanya meratapi makanan yang ada di depannya

Setelah mereka menghabiskan makanan itu, sekarang memasuki jam praktek pengendali, di sini setiap pengendali di ukur perkembangannya

Mereka berempat memasuki ruang praktek, shin, ana, megi, dan kenny mengganti baju mereka dengan baju praktek, baju itu cukup berat, karna terbuat dari kain khusus anti ruh, kenapa begitu, untuk meminimalisirkan kecelakaan ketika praktek

Murid-murid lain pun mulain menggantikan pakaiannya dengan baju praktek, satu persatu para murid di suruh mengalirkan kekuatannya ke arah material yang ia kuasai, sekarang giliran shi

Shin maju memasuki lingkaran praktek, ohya lingkaran peraktek adalah lingkaran yang disediakan untuk para pengendali untuk menguji kekuatannya, shin berada di dalam lingkaran itu

"Shin kau boleh mulai" kata pengawas diri luar lingkaran memberi aba-aba

Shin mengangkat kedua tangannya, listrik pun keluar dari dalam tanah secara acak ke arah tangan shin, pemandangan ini sangat indah bagi ana yang hanya bisa mengendalikan angin, ia selalu berhayal seandainya ia bisa mengendalikan apapun seperti shin

Sekarang shin mengendalikan tanah, tanah-tanah itu terangkat ke atas melayang mengitari shin dengan rapi, bigitu pula seterusnya, udarah, api, dan air

"Ana sekarang giliranmu" teriak pengawas dari sebrang lingkaran

"Baiklah aku akan coba" ucap ana memasuki lingkaran

***

28 desember 2019

AnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang