6

164 52 4
                                    

Holla teman teman yang setia sama cerita aku wkwkw
Aing kembali lagi dengan Lisya dan kawan kawan.
.
.
.
.
Enjoy💕

💦💦💦

Siang ini, Alisya mengumpat habis habisan. karena Gibran yang tak kunjung menjemputnya, Arman yang sudah pulang sedari tadi. Gadis itu terus menyumpah serapahi kakak nya.

Alisya sedang bersama Abay yang sabar menemaninya di cafe Aldebaran milik Alvan. Abay terus berusaha membuat gadisnya tenang dan tidak lagi mensumpah serapahi kakaknya. Tapi apalah daya, Alisya memiliki prinsip yang tidak mau dikalahkan. Gadisnya tetap keukeuh mengutuk Kakaknya.

"Gue sumpahin tu Abang, uang jajannya dikurangin Abah, dasar Gibran gak tau diri," dumel gadis itu masih tidak berhenti mengoceh.

'Nasib punya cewek mulut mercon gini amat sih' batin Abay dalam hati.

"Udah. kamu jangan ngumpat terus, ntar karma loh. aku anter aja sampe kerumah gimana?"

"Kamu mau mati ditangan Abah aku? dulu waktu Adam dateng kerumah. Abah udah bawain pisau, siap buat mutusin leher Adam. aku gak mau kamu mati dihadapanku. kita sabar aja ya sayang. em, bukan kita. Kamu sabar ya Bay, nungguin aku sama sabar dengerin ocehanku." Alisya teringat dengan skandal yang pernah dibuat Adam. Dia tidak ingin hal itu terulang lagi, dia takut kehilangan pacar lagi gara gara sikap Abahnya yang tegas.

"Sya, percaya sama aku. aku gapapa kok mati ditangan abahmu, aku yakin abahmu pengen jaga kamu, abah kamu bukan psikopat sayang, lagian aku Abay, bukan Adam, jangan samain aku sama dia yah Sya," ucap Abay mengacak jilbab Alisya dengan lembut.

tiin... tiin..

Mobil Sedan berwarna hitamyang baru saja sampai didepan cafe sepertinya adalah mobil milik Ramadhan. Alisya tidak ingat plat nomor mobil Abahnya.

"Itu udah sampe. duluan yah bye," ucap alisya mencium jauh abay.

"Hati hati."

Alisya kaget dengan pengemudi yang membawa mobil abahnya.

"Kakak?"ucap Alisya mencoba menetralkan gugupnya setelah berada didalam mobil.

"Iya, saya minta maaf sya. saya ketiduran di rumah kamu. maaf yah, saya buat kamu jadi pulang kesorean kayak gini, harusnya saya nungguin kamu di cafe, tapi berhubung kakak kamu minta bantuan buat menyelesaikan tugasnya, yaudah saya bantu dia. Sekali lagi saya minta maaf Sya,"ucap Alvan dengan tulus. Terlihat dari wajahnya, pria itu sangat merasa bersalah.

"Kok kakak yang jemput Lisya, harusnya kan bang Gibran," tanya Alisya tidak ingin membuat Alvan merasa bersalah lagi.

"Saya diminta bunda kamu untuk menjemput kamu," Alisya mengangguk paham.

'Memang benar ada yang disembunyiin bunda,'

"Tadi pacar kamu?" tanya Alvan disela keheningan.

"Hmm, tapi kakak jangan bilangin ke abah. ntar yang ada Lisya dimasukin pesantren sekarang lagi."

"Segitunya sama pesantren," ucap pria itu dengan dingin.

"Lisya masih pengen dimanja manja ria sama Bunda, masih pengen masak sama Bunda, masih pengen menikmati masa terang remaja Lisya dengan temen temen kak,"

"masa terang yang meredupkan gitu?"

"maksud kakak?" Sepertinya Alisya mulai faham apa yang dimaksud Alvan. Namun dia berpura pura bodoh. Wanita memang seperti itu, menanyakan sesuatu yang sudah diketahui apa jawabannya.

"Dimanja, main kesana kemari sama temen temen, pacaran, itu emang terang buat kamu saat ini Sya, apa kamu enggak mikir. dengan kamu nggak belajar mandiri, enggak belajar membagi waktu. gimana masa depan kamu,-" Alisya memotong ucapan Alvan. "Cukup. ada saatnya Lisya bisa belajar semua itu kak. Lisya ngelakuin itu semua, karena Lisya tau kalau nanti abah juga masukin Lisya ke pesantren, dari situlah mungkin Lisya bisa belajar" potong alisya dengan amarah yang membara sembari menghadap luar jendela.

PENYEMPURNA IMANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang