****
"Sangat tak masuk akal saat mereka tiba-tiba datang dan menyuruhku menjauhimu seenaknya. Apa mereka sudah tidak berperasaan?"
***
Dua manusia ini sedang menyantap makanan dengan lahap. Ralat, hanya satu orang. Sedangkan satunya lagi hanya menatap makanan miliknya dan sesekali memakannya tanpa minat.
Di depannya, sang gadis yang menyadari itu, menatap sang kekasih dan menyentuh pungung tangannya pelan.
"Sayang.." Pangilnya.
Tetapi sang kekasih masih tak menghiraukan. Mungkin melamun, pikirnya.
"Babe.." Pangilnya lagi. Masih tak ada sahutan.
"Honey.."
"Baby.."
"Chagi.."
"Lalisa manoban!" Sang kekasih tersentak pelan lalu menatap kekasihnya yang menatapnya tajam.
Lisa hanya menatap kekasihnya bingung.
"Kenapa?" Tanyanya bingung.
Chaeyoung ---sang kekasih--- memutar matanya malas. Membuat lisa semakin bingung.
"Ga tau!" Ketusnya lalu lanjut makan.
Lisa hanya mengendikkan bahunya. Nanti bisa bicara lagi, pikirnya.
***
Kini keduanya sedang berada di sofa ruang tengah. Lisa terus saja membujuk gadisnya agar tak mendiamkannya lagi.
"Sayang.."
"Maafin aku"
"Aku salah apa sih?"
"Chagi.."
"Ociii.."
"Kesayangan"
"Hey.."
"Bebeb.."
"Tiang"
"Sayang.."
"....."
Tak ada suara lagi. Chaeyoung masih menunggu kekasihnya bersuara. Benar benar tak ada lagi suara. Membuat Chaeyoung menolehkan kepala ke sang kekasih.
Dilihatnya Lisa melamun sambil menghembuskan nafasnya pelan. Terlihat gusar.
Ini tak biasa.
Biasanya gadis itu membujuknya hingga ia mau meladeni dirinya. Namun hari ini, semenjak pulang dari membeli makanan, ia lebih banyak diam dan gusar.
Chaeyoung berinisiatif menyentuh pipi kekasihnya.
"Sayang.." Merasakan elusan, Lisa menolehkan kepalanya. Ia melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya. Lisa hanya membalas dengan senyuman tipis kemudian menghela nafas pelan.
