*****
Empat bulan yang lalu....
"Oh ayolah, jendeuki." Pinta Jisoo dengan wajah memelasnya.
"Baiklah, aku akan ke apartemenmu besok."
"Tidak mau! Apa kau tak merindukanku?" Sungut Jisoo sebal.
"Aku jelas sangat merindukanmu sayang."
"Lalu kenapa tak mau ke apartemenku?" Tanya Jisoo sambil menunjukkan ekspresi kesalnya.
Terdengar suara tawa Kekasihnya yang begitu merdu baginya.
"Kenapa tertawa?!" Jisoo menunjukkan wajah marahnya. Namun terlihat menggemaskan bagi Jennie.
"Untung aku tak sedang berada di dekatmu. Jika iya, langsung kuterkam kau." Ujar Jennie sambil menunjukkan ekspresi nakalnya.
"Baiklah, aku akan ke apartemenmu sekarang. Tunggu kekasihmu ini ya, Chu!" Ucapan Jennie lantas membuat Jisoo berteriak kegirangan. Ia sampai berjoget-joget membuat Jennie tak henti tertawa.
"Makasih sayangku. Kamu terbaik!" Ucap Jisoo sambil menunjukkan kedua jempol tangannya.
Melihat Jennie yang seperti akan mematikan sambungan, membuat Jisoo buru-buru berteriak.
"Jangan! Jangan dimatikan!" Jennie menaikkan sebelah alisnya. Bingung.
"Biarkan tetap menyala seperti ini. Aku ingin melihat wajah cantikmu saat sedang menyetir."
Jennie tertawa.
"Baiklah, baiklah Chichunya Jendeuki. Jendeuki akan menuruti permintaan Chichu."Lalu terlihat Jennie seperti berjalan. Dirinya masih mengarahkan ponselnya ke wajahnya. Ia melontarkan candaan ringan dan kata kata romantis membuat Jisoo bersemu malu.
Jennie memasuki mobilnya kemudian menaruh Hpnya di Phone Holder mobilnya. Lalu mengatur letak Hpnya agar mengarah kepadanya dengan pas. Sebelumnya ia sempat memasangkan earphone bluetooth di telinganya lalu menyambungkan ke Hpnya. Kemudian mulai menjalankan mobil.
Di perjalanan semuanya terasa menyenangkan.
Gombalan Jennie yang manis, membuat Jisoo melayang.
Suara Jisoo yang dibuat menggemaskan.
Jisoo yang menggoda wajahnya saat menyetir.
Jennie begitu menikmatinya.
Jennie masih melontarkan kata-kata manis. Namun wajahnya sedikit terlihat menegang. Tetapi, Jisoo tak menyadarinya.
Jennie mengumpat dalam hati.
'Sial, remnya tak berfungsi.'"Chu..." Panggil Jennie.
"Kenapa Jendeuki~~" Suara Jisoo terdengar sangat menggemaskan.
"Aku mencintaimu." Lirihnya pelan. Di depannya merupakan perempatan. Tujuh detik lagi lampu merah. Kecepatan mobilnya tak berkurang. Jennie semakin menegang.
"Aku mencintaimu Jisoo.." Ucapnya sedikit tertahan.
"Aku sungguh mencintaimu.." Mata Jennie berkaca-kaca.
"Jisoo-ah. Jennie sangat mencintaimu.." Ucapnya dengan suara bergetar.
Sedangkan disana Jisoo tengah kebingungan. Ada apa dengan Jennienya?
"Jennie-ah! Ada apa? Kau baik-baik saja bukan?" Tanya Jisoo mulai khawatir.
Lampu merah menyala. Mobilnya masih melaju. Sungguh, Jennie pasrah.
"Aku mencintaimu Jisoo-ya.."
"Aku sangat mencintaimu.."
"Kim Jennie sangat mencintai Kim Jisoo...."
Tiinn
Terdengar suara klakson yang bersahut-sahutan dan diakhiri suara tabrakan dan bantingan. Di layar ponselnya, Jisoo melihat tampilan itu berputar-putar. Tanpa sadar air matanya mengalir deras.
"Jennie ah.." Lirihnya. Tangannya bergetar, nafasnya mulai tersendat-sendat.
Suara bantingan itu berhenti. Ia melihat wajah Jennienya yang berlumur darah. Wajahnya lecet, bahkan pecahan kaca menusuk pipinya. Punggung tangannya berdarah karna berusaha melindungi wajahnya dari pecahan kaca tersebut.
Keadaan Jennie benar-benar membuat Jisoo histeris sambil menyerukan nama Jennie dengan kuat.
Jennie menatap ke arah Hpnya yang menampilkan wajah kekasihnya. Lalu tersenyum lemah.
"Saranghae, Kim Jisoo." Lalu Jisoo melihat Kekasihnya menutup matanya. Jisoo semakin histeris.
Suara sirine ambulan dan polisi memasuki indra pendengarannya. Dan juga terdengar suara ribut. Jisoo berusaha menahan isak tangisnya. Namun nihil, malah semakin menjadi-jadi.
Tak lama polisi memberi tahu Jisoo alamat dimana kekasihnya akan dibawa. Jisoo segera bergegas dan mencari taksi menuju Rumah sakit tersebut. Tak lupa menghubungi keluarga Jennie.
Lama menunggu.
Mereka --Jisoo beserta keluarga Jennie-- menunggu di depan pintu operasi. Dengan harapan yang sama untuk satu orang yang sama.
Dokter keluar dan memberikan pernyataan yang menyakitkan.
Tangis Jisoo dan keluarga Jennie makin pecah. Jisoo diam dengan tatapan kosong namun matanya terus mengalirkan air. Irene menangis tersedu-sedu dipelukan Seulgi.
Sampai sebuah ranjang tertutupi kain putih keluar dari ruang operasi. membuat mereka berlomba mendekati ranjang tersebut.
Jisoo berada paling dekat. Lalu perlahan Jisoo membuka kain tersebut dengan tangan gemetar.
Terlihat wajah pucat Jennie yang lecet beserta luka-luka bekas tusukan kaca. Keningnya terdapat perban. Wajah pucatnya dan bibirnya yang tak lagi berwarna cerah seperti biasanya. Jisoo gemetar menyentuh wajah tersebut. Tubuhnya meluruh. Ia menangis sejadi-jadinya.
******
"Aku pernah menjadikan seseorang sebagai porosku. Namun kini ia hilang, duniaku berantakan."
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/209771085-288-k651750.jpg)