🍃 4. Pertama Kali 🍃

27 2 0
                                    

__________

🍃 Pacar orang adalah pacar kita juga, karena kita juga orang. 🍃

-Mentari.

__________

Malam nya Fajar mengajak Mentari untuk ikut bersamanya. Pertama kalinya Fajar mengajak Mentari berjalan-jalan. Mentari telah bersiap dengan setelan casual nya. Hanya kaus berwarna putih sedikit kebesaran serta celana jeans biru dongker, baju tersebut dimasukkan sebagian. Serta pula sepatu converse putih. Surai sebahunya digerai indah.

Lalu turun menghampiri Fajar yang telah bersiap didepan mobil. Fajar tersenyum melihat penampilan adiknya. Mengelus pucuk kepala sang adik sebagai bentuk rasa kasih sayang nya. Mentari dikejutkan dengan perilaku Fajar yang tak pernah ditunjukan kembali, setelah menjemput Mentari untuk pulang tentu nya.

"Kamu udah siap kan?" Mentari mengangguk mengiyakan, berjalan memasuki mobil.

"Emang kita mau kemana bang?" tanya Mentari saat sudah duduk didalam mobil, memasang seatbelt. Fajar menghidupkan mesin mobil, lalu pergi meninggalkan perkarangan rumah.

"Mau ke cafè punya temen abang". Mentari membelalakkan matanya, antusias.

"Kawan abang udah punya cafè sendiri? Hebat". Ujar Mentari tiba-tiba. Fajar mengangguk, "iya, dia katanya pengin kerja dari sekarang, meski hanya sekedar cafè doang". Jelas Fajar.

Selama perjalanan, Mentari tak henti menceritakan bagaimana hari pertama nya sekolah, berterima kasih karena Fajar telah membelikan semua barang berbau kpop kesukaan Mentari, hingga tiga ekor kucing yang ditemukannya saat pulang tadi dihalaman rumah.

Fajar menanggapinya sesekali dengan tawa, adapula meledeki Mentari saat gadis itu dikejar tiga ekor kucing tersebut. Suasana menjadi menyenangkan saat keduanya berbagi cerita, saat-saat yang diidamkan Mentari. Senyum tulus Mentari terbit, menatap haru Fajar yang masih menyetir.

"Bang, makasih ya udah mau jadi saudara Mentari".

"Setidaknya, udah baik dan nerima Tari sebagai saudara". Ujar Mentari tanpa menatap Fajar, memerhatikan ramai nya jalan raya.

Fajar menatap Mentari bingung, "maksud kamu? Saudara yang baik? Emang kakak sama saudara kamu sebelumnya kenapa?" tanya Fajar khawatir, melihat sorot tatapan sendu dari manik bulat Mentari. Adik yang ia sayangi.

"Ah, gak deh, lama ya kak nyampenya?" Mentari mengubah topik. Fajar menatap nya tak setuju.

Lalu tatapannya berubah saat melihat betapa inginnya sang adik merubah topik dan berhenti membicarakan hal ini. Menghela napas, lalu menjawab pertanyaan Mentari.

"Ntar lagi nyampe". Jawab Fajar singkat, Mentari menggigit bibir nya. Sedikit takut dengan reaksi Fajar yang terbilang lebih dingin dari biasanya. Mentari menatap Fajar takut-takut.

"B-bang, maaf.." lirih Mentari seraya menatap Fajar dengan mata berkaca-kaca. Siap meneteskan air matanya yang sudah menggenang.

Fajar segera menyadari hal tersebut pun panik. Ia tidak bermaksud membuat Mentari menangis seperti ini. Fajar tidak tega.

"Tari... Ka-kamu," ujar Fajar gelagapan. Semakin panik lagi saat Mentari mulai meneteskan air matanya.

"Ta-tari bakal.. C-cerita sama abang, tapi jangan cu-ek.. Hiks.." Mentari menyeka air matanya menggunakan kepalan tangannya. Menatap penuh harap Fajar.

Astaga, Fajar semakin tidak tega dibuatnya. Fajar menepikan mobilnya, mematikan mesin mobil lalu berbalik menatap Mentari. Menarik sang adik kedalam pelukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M & ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang