▫✴01✴▫

110 64 24
                                    

Typo kek paku, bertebaran dimana mana.
Kalau ada typo bantu komen ya!:)

“Abang cepetan,” teriak Alena yang sudah memakai seragam dan perlengkapan sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Abang cepetan,” teriak Alena yang sudah memakai seragam dan perlengkapan sekolahnya.

“Sabar kali dek,” mendengar jawaban sang abang Alena menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Tak kunjung datang, Alena menghampiri Kevin ke kamarnya karena Alena yakin jika abangnya tidak ada kelas pagi maka ia akan bersantai dan bergerak lambat seolah berada di dimensi waktu yang berbeda.

“Abang lama banget sih, nanti Alena telat,” celetuk Alena sambil menggedor-gedor pintu kamar Kevin.

Setiap pagi biasanya Alena tidak berteriak karena takut akan kena omelan sang Mama, tapi orang tuanya dari kemarin ke luar kota sampai 3 hari jadi Alena bebas meneriaki abangnya itu.

“Heh, gue punya telinga kali jadi jangan teriak teriak gitu,” omel Kevin ketika keluar dari kamarnya.

“Iya abang itu punya telinga tapi abang kan tuli jadi percuma,” ujar Alena dengan cengirannya.

“Cepet bang bentar lagi Alena masuk,” lanjutnya.

Alena tidak sadar kalau abangnya itu sudah jalan duluan dan sudah sampai di depan teras rumahnya. “ALENA CEPET KATANYA MAU BERANGKAT.” teriak Kevin.

Saat perjalanan menuju sekolah Alena terus saja berbicara kepada Kevin sampai menimbulkan perdebatan kecil hanya karena masalah yang sepele.

“Bang, karena bang Kevin nganterin Alena telat jadi bang Kevin harus ganti rugi,” celetuk Alena.

“Ganti rugi apa?”

“Bang Kevin harus kasih uang jajan buat Alena.” jawab Alena dengan senyum jahilnya.

“Cuma telat masa ganti rugi, emang apa yang rugi sih Alena Joy?”

“Nih bang Alena jelasin, waktu adalah emas kalau kita mau beli emas kan harus ada uang nah karena Abang udah buang waktu Alena berarti abang udah buang emas Alena itu artinya abang harus gantiin uang Alena,” ujar Alena panjang lebar.

“Abang nggak ngerasa buang emas Alena tuh,” jawab Kevin mambuat Alena kesal.

”Kan itu perumpamaan bang, bukan emas beneran,” ucap Alena mambela diri.

“Abang harus kasih uang jajan Alena,” lanjut Alena.

Karena Kevin sudah kesal sendiri dengan adiknya itu, ia harus merelakan setengah dari uang jajan kuliahnya.

“Nih,” mata Alena membulat melihat uang berwarna biru yang baru di letakkan Kevin di dashboard.

“Abang, ini seriusan?” tanya Alena.

“Hm,”

“Nggak usah deh bang Alena tadi cuma bercanda,” Alena merasa tidak enak karena uang yang di kasih Kevin cukup besar.

“Ambil aja,”

“Serius? Abang nggak marah kan?”

“Nggak,”

“Asik, makasih Abang Kevin yang ganteng tapi masih jomblo,” ujar Alena sambil menggerak - gerakan tangan Kevin.

“Udah sampe Alena,” celetuk Kevin.

“Eh iya, yaudah Alena pamit ya bang, makasih abang sayang,”

“Jijik woy sayang - sayangan,” Alena terkekeh mendengar jawaban Kevin.

Setelah turunnya Alena dari mobil, Kevin langsung melenggang pergi menuju rumahnya dan melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi, tidur.

Alena menghela nafas lega karena jam pelajaran pertama belum di mulai dan gerbang masih terbuka lebar.

Alena melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang berada di lantai dua dan langsung memasuki ruangan yang di depannya tertulis 'X Ipa 2'.

Alena menuju tempat duduknya yang berada di pojok barisan ketiga dan langsung mendaratkan bokongnya di kursi.

“Alenaaaaaa,” teriak siswi yang berada di pintu kelasnya dan langsung menghampiri Alena.

“Alena geser dong gue nggak mau duduk di pojokan,” ujar Tira. Teman Alena.

“Iya iya,”

“Nggak kerasa banget ya, perasaan kita baru masuk nih Sma eh udah masuk semester dua aja,” ujar Tira.

”Iya ya, nanti kelas sebelas kita sekelas nggak ya, gue takut sekelas sama yang nakal nakal,” tukas Alena.

“Ya ampun Len, di kelas ini juga ada yang nakal kali,” celetuk Tira sambil terkekeh pelan.

“Tapi kan ini nakalnya masih biasa, gue takut kalo kelas sebelas malah barbar banget,”

“Alena, udahlah biarin, jalanin aja,”

Pembicaraan Alena dan Tira harus berhenti karena sudah ada guru yang akan mulai pembelajarannya.

Bu Ratna, guru fisika yang di sukai oleh hampir semua murid di Sma Kebangsaan, karena Bu Ratna jarang marah dan pelajaran yang di terangkan oleh beliau sangat mudah di pahami.
Bahkan Bu Ratna sendiri selain menjadi guru ia menjadi pembina suatu organisasi, osis.

Bahkan Bu Ratna sendiri selain menjadi guru ia menjadi pembina suatu organisasi, osis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mon maap kalau ada kesalahan dalam penulisann:)))

silahkan tinggalkan jejak setelah membaca dengan cara tap bintangnya⭐

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang