💮

12 1 0
                                    

Nama ku Melania Irawan, anak pertama dari empat bersaudara yang semuanya adalah perempuan. Ayah ku bernama Dendi Irawan dan Ibu ku bernama Lili Sri Wardani. Aku dan adik ku berbeda selisih lima tahun, begitu juga adik ku dengan adiknya (maksudnya adik ku yang kedua) memiliki selisih yang sama, dan seterus nya hingga adik ku yang terakhir. Entah bagaimana Ibu dan Ayah ku membuatnya, seakan semuanya sudah direncanakan. Namun kata Ibu itu benar-benar di luar dugaan nya.

Saat ini, ketika aku menulis cerita ini, aku sedang berada di kamar ku yang kecil dan penuh dengan foto-foto salah satu artis Korea yang aku kagumi, dan baru saja selesai membaca sebuah novel yang bergenre romantis. Aku sudah berumur 20 tahun dan berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Tidak pernah terlintas di benak ku bahwa aku ingin menulis sebuah kisah tentang ku, dan tentang seseorang yang hingga saat ini masih membekas dalam kelangsungan hidupku setiap harinya, selain karena aku memang suka menulis, rasanya tidak salah jika ini aku lakukan. Dengan tujuan agar bisa mengingat nya kembali di kemudian hari.

----------------------------------------------------------

Aku mulai berkuliah ditahun 2015. Jujur aku sangat bertekad ingin kuliah selepas aku lulus dari SMA. dan dengan beberapa hal yang telah di pertimbangkan akhirnya orang tua ku mengijinkan nya. Katanya tubuhku terlalu kecil untuk mulai bekerja waktu itu. Aku berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Walaupun kampus ku jauh dari rumah, aku tidak di ijinkan untuk kost.

Alasan pertama, karena biaya kos terbilang mahal, apalagi letak kampusku sudah dibilang tengah kota. Alasan kedua, karena aku masih bisa PP (pulang pergi) walaupun di butuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai dan sesekali aku merasa sangat lelah, entah saat aku tiba di kampus ataupun ketika aku kembali ke rumah. Dan alasan terakhir, karena aku memang tidak menginginkan nya. Entah mengapa namun ketika aku kembali ke rumah walau lelah seperti yang aku bilang, namun aku merasa semua lelah ku hilang. Mungkin karena aku bisa berkumpul dengan Ayah Ibu dan Adik-adiku. Apalagi Adiku yang terakhir yang masih berumur 3 tahun.

Namun sesekali jika ada hal yang membuat ku tidak bisa pulang ke rumah karena kegiatan dikampus atau jam mata kuliah yang hingga larut malam, aku biasa menginap di rumah teman sekelasku ku yang jarak nya lumayan dekat dengan kampus, biasa nya aku menginap di rumah Ani atau Tia. Mereka yang menawarkan nya sendiri dengan berkata,

"Geus we atuh modok di imah urang," artinya:"udah aja nginep di rumah ku"

"Besok kumaha ih baju?" kataku, artinya:"besok gimana ih baju?", maksudku baju apa yang akan aku pakai besok jika aku tidak pulang hari ini.

"Geus make baju urang we" : "udah pake baju aku aja".

Dan selalu seperti itu hingga saat ini aku kuliah tingkat tiga. Atau juga sesekali aku menginap di Kosan teman sekelasku Tika, dia aslinya orang Cilegon dan tinggal sendiri di kota ini, walaupun dia memiliki saudara yang mengajak nya tinggal bersama namun Tika menolak dan memilih untuk Kos, karena mungkin segan untuk tinggal bersama orang lain, walaupun itu saudaranya namun tetap tidak seperti orang tua kita sendiri, dan aku juga sempat mendengar beberapa perlakuan saudaranya itu kepadanya yang memang cukup membuat nya merasa sakit hati hingga akhirnya dia semakin yakin untuk Kos. Jika aku menjadi dia aku juga akan begitu.

Selain di kosan Tika, aku biasa menginap di kosan Yanti, dia orang Cianjur Selatan, teman-temanku biasa memanngil nya dengan sebutan "Non Yanti" karena saat memperkenal kan diri untuk pertama kali nya, dia menyebut kan,

"You can call me Yanti or Non Yanti"
katanya, (memakai bahasa inggris karena aku mengambil jurusan bahasa inggris)
mungkin maksud nya bercanda namun teman-teman sekelas ku sungguh-sungguh memanggilnya dengan nama itu walaupun nama aslinya Yuliyanti.

Aku sungguh-sungguh berterima kasih dan bersyukur memiliki mereka, teman-temanku. Seperti Tia, Ani, Tika dan Yanti. Berkatnya aku tidak kebingungan untuk tinggal dimana ketika aku sedang tidak bisa pulang kerumah.

Aku juga mempunyai teman yang satu daerah dengan ku, namanya Fia. Aku dengan Fia sudah berteman dari SMA dan selalu berada di kelas yang sama.

Aku sangat dekat dengan nya hingga di kampus pun aku masih satu kelas dengan nya. Sungguh itu sangat tidak direncanakan.

Aku pulang dan pergi bersamanya karena tidak ada alasan untuk tidak seperti itu, apalagi aku dengan nya berada di kelas yang sama. Namun itu tidak berlangsung lama, karena syifa memiliki pacar yang tidak lain adalah teman sekelas kami juga yang nanti kisah nya aku kan ceritakan di part yang khusus.

-------------------------------------------------------------

Kulihat teman-teman sekelas ku terlihat baik. Di kelasku hanya ada 11 orang anak laki-laki dan sisanya anak perempuan. Aku adalah tipical orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga di awal-awal perkuliahan teman ku hanya Fia dan Wida. Wida adalah temanku dari sejak kegiatan PKKMB, itu semacam perkenalan lingkungan kampus. Wida setau ku dia juga mengekos di bandung, karena asal nya dari kota Wonosobo, Jawa tengah. Hingga ketika berbicara dengan nya logat Jawa selalu terdengar. Coba saja kalian berbicara dengan nya. Pasti kalian tertawa karena itu menurut ku salah satu kelucuan yang alami dari Wida.

Selepas kegiatan kuliah di mulai aku benar-benar merasa bahagia. Aku merasa kuliah memang berbeda dengan masa sewaktu aku sekolah. Semuanya menyenangkan.

Selain teman-teman yang menyenangkan, salah satu yang membuat nya menyenangkan karena seseorang yang berhasil membuatku merasakan hal-hal yang sebelum nya tidak pernah kurasakan. Yang membuat kampus ku terasa begitu hangat. Yang membuat ku ingin ku tuliskan kisah nya disini. Di part selanjut nya.

Selain itu aku juga ingin mengajak kalian berpendapat siapa yang salah dalam ceritaku ini. Untuk itu kalian harus terus membacanya.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang