Setelah memulai pembicaraan kemarin, sikap ku pada Dio kembali seperti biasa. Aku berani untuk sekedar duduk di dekat nya atau menyandarkan kepalaku di bahu nya. Dio juga kembali seperti biasa. Laki-laki itu seringkali tertidur di pangkuan ku, mengantar dan menjemput aku, dan aku tidak menolak nya lagi. Tapi apa yang aku lakukan ini benar? apa salah jika sekarang aku merasa bahwa aku menang dibanding pacar nya Dio?
Jika membicarakan status hubungan mungkin perempuan itu lebih jelas dibanding aku. Tapi jika membicarakan perhatian yang di berikan oleh Dio, tentu lebih jelas tertuju kepadaku. Kami hampir tidak pernah terpisah. Dio selalu ada bersamaku. Baik ketika aku membutuhkan nya ataupun tidak. Hingga tanpa disadari aku menjadi ketergantungan padanya.
Dio
Melan, tolong ijinin aku yah hari ini. Aku diminta nganterin bapak aku.Ohh, okey.
Hati-hatiMengapa aku merasa ada yang kurang saat Dio tidak ada. Jujur dalam hatiku aku merasa aku hanya butuh Dio, aku tidak butuh orang lain lagi. Karena jika ada dirinya aku merasa aman dan semua baik-baik saja. Sudah sedalam apa aku jatuh pada Dio hingga aku merasa seperti ini.
Setelah jam kuliah hari ini selesai, aku bingung. Biasanya Dio selalu mengantarku jika Fia di antar Agi, atau sekedar menemaniku hingga aku naik kedalam bus tujuanku. Tapi hari ini dia tidak ada. Dan aku menjadi kelabakan. Apalagi melihat Fia bersama Agi. Mereka pun sama-sama tidak bisa terpisahkan.
Fia tidak mentolerir jika aku pulang sendiri, dia tetap akan pergi bersama Agi. Jika aku ada di posisi Fia dan Fia ada di posisiku, aku tentu akan memilih untuk pulang bersama Fia. Aku tidak akan membiarkan Fia pulang sendiri, apalagi rumah kita ada di satu wilayah. Dio juga tidak akan mengantarku jika melihat Fia tidak diantar oleh Agi. Tapi Fia dan Agi berbeda, mereka tidak berpikiran hingga kesana. Ah sedih sekali rasanya hari ini. Mengapa aku semenyedihkan ini jika tidak bersama Dio.
Ketika aku sedang bingung bagaimana aku pulang, tiba-tiba Jek teman sekelasku menawariku untuk ikut dengan nya, kebetulan rumah Jek melewati pemberhentian bus ku. Akhirnya aku mengiyakan tawaran nya. Setidak nya aku bisa sampai ke pemberhentian bus yang memang cukup jauh dari kampusku itu.
Dipertengahan jalan, tiba-tiba hp ku bergetar. Ternyata itu pesan dari Dio.
Dio
Ada tugas gak hari ini?Gak ada Dio.
Dio
Oke deh. Kamu udah pulang?Udah,
Kamu udah pulang?Dio
Udah ko,
Fia di anter Agi?Iya dianter Agi
Aku susah kalo gak ada kamu Dio:(
Dio
Kenapa kamu gak bilang kalo Fia dianter Agi?
Kamu dimana itu? aku kesitu sekarang.Aku nebeng Jek tadi sampe ke halte
Ini udah di Bus koDio
Yaudah syukur kalo udah di Bus.
Aku udah bilang kalo Fia di anter Agi kamu bilang sama aku.
Lagian mereka tuh gimana sih orang kamu pulang sendiri juga. Kenapa si Agi gak ngebiarin Fia balik sama kamu aja sekali-kaliGak tau ah aku sedih pokonya hari ini :(
Yakan kamu nya gak masuk, lagian juga aku gak tau kamu udah pulang apa belum.
Aku jadi ketergantungan sama kamu sekarang ih sebel
Dio
Lain kali mau aku masuk apa nggk, kalo Fia dianter Agi kamu bilang sama aku.
Hahahaa yaudah gak papa bergantung aja sama akuBergantung padanya? ah mungkin maksudnya seperti seorang adik yang bergantung pada kakak nya. Tapi apa salah jika aku memang ingin bergantung padanya? Entahlah aku tidak peduli menjadi apa aku di matanya. Tapi aku ingin sekali bersama Dio.