Dua

14 3 1
                                    

Blaaarrrrr

"Aduhhh" ringis Chika dan Tania.

"Eh lo gapapa?" tanya seseorang.

"Gapapa peang lo, sakit nih pantat gue" ucap Chika.

"Sini gue bantu" tawar seorang pemuda dan berjalan mendekati mereka berdua.

Chika yang melihat pemuda itu berjalan ke arah mereka malah merasa malu. "Ni cowok lumayan juga, keren dan tampan." bathin Chika.

Pemuda itu semakin mendekati mereka dan semakin membuat Chika berseri-seri. "Ni cowok ngapain kesini sih, jangan-jangan mau bantuin gue lagi, huaaaa" bathin Chika kembali. Akhirnya pemuda itu berada di depan mereka, Chika pun mengulurkan tangannya keatas namun naas hanya anginlah yang bisa dia pegang bukan tangan yang di pikirannya. "Lah kok tangan gue gak di pegang-pegang sih?" bathinnya dalam hati.

Chika pun mendongak dan tak melihat batang hidung pemuda itu, dia melihat ke kanan dan kiri ternyata pemuda itu menolong kakaknya."Pupus sudah harapan gue di pegang cowok ganteng, eh bentar-bentar bukannya cowok itu tadi yang nabrak sepeda gue?" bathin Chika. Chika pun dengan cepat berdiri dan membersihkan celananya yang kotor.

"Sini gue bantu lo berdiri" kata pemuda itu seraya mengulurkan tangannya kehadapan Tania. Tania pun membalas uluran tangan dari pemuda itu. Senyum tipis nampak pada bibir pemuda itu. "Ngomong-ngomong nama lo siapa?" tanya pemuda tersebut. "Nama saya Tania Chalinda Gavriel panggil aja Tania" jawab Tania sopan.

"Oh iya nama gue Devan Nahendra, bisa dipanggil Devan, evan atau sayang juga boleh" ujar Devan dengan tampang menggodanya. Chika yang mendengar ucapan Devan langsung mual-mual dan memukul punggung Devan keras, yang dipukul hanya bisa meringis dan memandang ke arah Chika.

"Lo apa-apaan sih? ganggu suasana aja!" ucap pemuda itu.

"Heh! lo gimana sih bawa motor sampe nabrak segala!" teriak Chika.

"Apa lo bilang tadi? gue yang nabrak elo? gasalah lo?" tanya Devan dengan tawa renyahnya.

"Iyalah lo yang udah nabrak gue sama kakak gue. Udah ugal-ugalan bawa motor sekarang pake nambah lagi penyakit budek, kenapa gak sekalian aja lo bisu?" sinis Chika

"Asal lo tau ya, ini jalannya udah bener ngarah kesana." ucap Devan dan mengarahkan tangannya ke arah jalan depan tapi ia memblalakkan matanya karena ialah yang salah jalur seharusnya dia tidak memotong jalan seperti ini. Devan pun merutuki kesalahannya tadi dan berniat berbaik hati agar orang di depannya ini tidak memperpanjang masalah.

"Yaudah gue salah, jadi lo mau apa?" tanya Devan pasrah dan memandang ke arah Chika. Chika tersenyum puas mendengar hal itu. Chika pun angkat bicara "Gue mau lo minta maaf ke gue sama kakak gue ini." ujar Chika dan memandang kakanya sebentar sampai fokus kembali ke arah Devan.

"Okey maafin kesalahan gue karena udah nabrak lo berdua ya. Gue tadi lagi telponan makanya gak konsen bawa motor." ucap Devan jujur. Ngomong-ngomong soal telponan, Devan pun mengingat bahwa tadi adiknya menelponnya agar segera pulang ke rumah. Devan pun berbalik hendak menuju motornya.

"Eh lo mau kemana gue belum selesai ngomong." ucap Chika sambil memandang punggung Devan yang mengarah ke motor kawasaki warna hitam yang dia kendarai. Dengan cepat Chika menghampiri Devan dan berusaha mencegat Devan agar tidak pergi namun naas usahanya sia-sia karena sekarang Devan sudah menjauhi mereka.

Chika pun mengeluarkan nafas kasar dan terus memandang kepergian Devan dengan tatapan yang sulit diartikan. "Awas aja gue ketemu sama lo lagi Devan Nahendra." bathin Chika.

~~.~~

Setelah melajukan motornya sangat kencang, kini Devan pergi ke rumahnya dengan sangat cemas, pasalnya tadi adiknya menelpon dengan suara ketakutan. Devan sangat takut jika terjadi sesuatu pada adik tersayangnya itu. "Semoga tidak terjadi apa-apa sama kamu Lia." bathin Dika.

Devan pun semakin menambah kecepatan motornya hingga memasuki mansion mewah miliknya. Hatinya lagi-lagi tak tenang ketika melihat mobil Telsa hitam model S yang sudah terparkir di depan mansion mewah itu.

Devan memarkir motornya sembarang dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devan memarkir motornya sembarang dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia terkejut ketika melihat adiknya yang sudah terduduk di samping sofa dengan rambut yang berantakan. Dengan langkah cepat ia merengkuh tubuh adiknya dengan berharap adiknya bisa tenang. Devan mengelus surai panjang adiknya dengan lembut dan menatap lekat-lekat mata sayu adiknya.

"Jangan takut Lia, kakak akan selalu melindungi kamu." ucap kakaknya sambil menghapus jejak-jejak air mata adiknya. Gadis yang dipanggil Lia itu mengangguk dan memeluk kembali kakaknya. Ia sangat bersyukur masih memiliki kakak yang sangat sayang kepadanya. Devan pun menuntun adiknya untuk pergi ke kamar. Baru satu anak tangga yang ia naiki sudah terdengar suara wanita.

"Pulang juga kamu Devan, mama kira kamu sudah lupa jalan pulang ke rumah ini." Ucap wanita paruh baya yang mengaku sebagai mama Devan. Devan sama sekali tidak menjawab ucapan wanita yang di sebut mamanya itu, ia melanjutkan langkahnya untuk menaiki tangga.

"Oh.. jadi begini hasil didikan ibu kamu selama ini? ckckck ibu dan anak sama saja, tidak tau sopan santun." ucap wanita itu kembali.

Mendengar ucapan yang sudah merendahkan ibunya, Devan sudah tidak bisa bersabar lagi, ingin rasanya ia memukul wanita itu, namun sebelum ia berbalik adiknya sudah duluan memegang tangannya dan menggeleng sehingga niat itu ia urungkan. Mereka pun kembali menaiki anak tangga hingga menuju kamar sang adik, sedangkan wanita itu terus mengomel tidak jelas dan berhenti ketika melihat Devan dan adiknya sudah menutup pintu. Lelah mengomel sendiri dan tidak di dengar oleh anak tirinya, ia pun keluar dan pergi dari mansion mewah itu.

tbc

haii jangan lupa vote ya!!

This is True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang