Tiga

19 3 0
                                    

Di rumah keluarga Gavriel sudah selesai berkemas-kemas barang tentunya dibantu oleh pak Tarno. Kini Rima -mama Chika dan Tania- sedang duduk di ruang tv sembari menunggu putri-putrinya datang. "Pa kok anak-anak belum dateng ya?" Tanya Rima khawatir sembari berdiri menatap ke arah luar jendela.

Arif-papa chika dan Tania- berdiri dan memeluk tubuh Rima dari belakang dengan lembut dan mencoba menenangkan sang istri. "Bentar lagi mereka pasti datang ma, mereka mungkin lagi keliling sekitaran sini aja." Jawab Arif lembut dan meletakkan kepalanya di ceruk leher Rima.

Rima merasakan hembusan nafas Arif yang membuat bulu kuduknya berdiri. "Apa jangan-jangan mereka tersesat ya pa?" Tanya Rima.

Arif pun membalikkan tubuh istrinya hingga pandangan mereka pun bertemu. "Jangan mikir yang aneh-aneh sayang, anak-anak kita itu sudah besar pasti mereka inget jalan pulang kok." tenang Arif.

"Iyah pa." ucap Rima sambil memeluk sang suami.

^^-^^

Di tempat lain Tania bersama Chika sedang duduk menikmati hidangan bakso yang sudah ada di depan mata mereka.

"Mas es teh nya lagi 1 ya mas." ujar Chika.

"Sumpah kak mood ku hari ini bener-bener hancur gara-gara itu cowok kak." lanjut Chika dengan muka kesalnya.

"Udah lah jangan terlalu dipikirin lagian dia kan buru-buru." jawab Tania menenangkan.

"Gabisa gitu dong kak harusnya dia itu ga.. uhukk... Uhukk..."

Tania segera beralih tempat dan menepuk punggung Chika.

"Ini minum dulu neng." kata mas pedagang bakso yang kebetulan membawa es teh yang tadi Chika pesan. "Kalo makan jangan sambil ngomong neng, nanti keselek kan."

"Telat ngasih tau nya mas saya udah keselek ini_-" jawab Chika dengan nada judes nya. Mas pedagang bakso itu hanya bisa terkekeh dan kembali ke dalam warung sedangkan Tania hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya yang jikalau sudah badmood semua akan terkena semprot.

Dari jarak jauh seseorang itu tertawa melihat kelakuan mereka. "Masih aja kayak dulu kamu Alenda." gumam orang itu sambil terkekeh dengan tatapan yang masih mengarah pada kedua gadis yang sedang memakan bakso tersebut.

^^-^^

Kini Devan sudah berada di basecampnya tentu tidak luput dari kehadiran teman-temannya yang selalu setia berada di sampingnya.

"Gimana bokap Lo udah tau kelakuan mama Lo itu?" Tanya Rendy sembari meneguk minuman kaleng yang berisi gambar lemon di depannya.

"Sejak kapan gue punya bokap?" Sinis Devan.

David menepuk bahu Devan. "Jangan ngomong gitu biar gimana pun itu bokap Lo dan kalian itu masih satu darah Van." beo David. David benar-benar iba dengan Devan, sahabat yang sudah selalu ada dari menginjak bangku sekolah dasar kelas 5.

Devan hanya mengeluarkan nafas kasar, kata yang diucapkan oleh David memang ada benarnya. Tugasnya sekarang hanya melindungi adiknya dari siksaan iblis itu.

"Lah cuma Lo berdua doang disini?" Tanya Devan ketika tidak melihat sohibnya yang entah kemana perginya.

"Ya keliatannya gimana? Ber sepuluh? Kita kan cuma sahabatan ber 4 bro." itu Rendy yang membeo.

Devan menampol kepala Rendy yang membuat sang empunya meng-aduh, memang terkadang Rendy harus di tampol dulu supaya otaknya kembali berjalan. "Ya maksud gue si Arvin ogeb!!"

"Makanya elu ngomongnya yang jelas bogeng."

"Udah-udah napa lo berdua jadi berantem sih." pisah David. Devan bersyukur punya teman seperti David kalo tidak bisa gila dia punya teman seperti Rendy.

"Arvin tadi chat gue, katanya dia gabisa kesini soalnya ada urusan." lanjut David lagi.

"Urusan apaan dah? Perasaan keluarganya baik-baik aja." timpal Devan.

"Urusan hati kali." jawab Rendy ngasal.

"Hati? BWAHAHAHA" tawa Devan dan David pecah.

"Sejak kapan si Arvin deket sama cewek? Ngelirik ajak kagak." ujar Devan yang masih terus tertawa akibat ucapan temannya yang menurutnya sangat menggelikan.

"Ya bisa aja, lu kira Arvin cowok belok?" Ucap Rendy yang membuat teman-temannya berhenti tertawa dan mengangguk membenarkan ucapan Rendy.

Setelah beberapa menit sunyi Devan pun membeo "udah deh gue mau pulang dulu, kasihan adik gue sendiri dirumah, lagian ga baik kalo lama-lama disini sama orang absurd kek si kodok." dengan arah mata yang melirik Rendy.

"Hilih kodok-kodok gini banyak yang mau kok." jawab Randy dengan senyum kebanggaannya. David yang melihat itu hanya bisa menggeleng kan kepalanya sedangkan Devan sudah siap melajukan kuda mesinnya ke jalan raya.

^^-^^

Hari sudah mulai gelap. Tania dan Chika sudah berada di rumahnya. Mereka sedang melakukan ritual makan malam bersama. Dengan hidangan yang tentunya dapat menggugah selera siapa saja yang mencium bau masakannya. Masakan home made memang yang paling enak juga sehat, ya masakan itu memang dibuat oleh mama mereka sendiri. Saat makan pun tidak ada yang bersuara, entah karena sudah terbiasa seperti itu atau karena hidangan yang mereka santap sampai mereka tidak bisa berkata-kata. Hingga selesai makan barulah Tania bersuara. "Pa aku sama Chika lanjut sekolah kan?"

"Iyalah sayang, papa udah daftarin kalian berdua di SMA Kertanegara."

"Wahh beneran pa? Terus kita kapan bisa sekolahnya pa?" Tanya Chika sumringah.

"Besok sayang, kalian bisa sekolah langsung."

"Pa kalo masalah pakaian gimana pa?" Kini tanya Tania.

"Besok papa akan urus itu semua, tugas kalian hanya belajar yang rajin ya."

"Siap pa" jawab mereka kompak.

^^-^^

Semoga besok menjadi awal terbaik untuk segalanya :)

_Tania Chalinda Gavriel_


TBC


Hola guys 😘
Votement nya yaww 😊
Follow nya di tunggu lho 😋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This is True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang