Chapter 2 - Pulang

13 4 1
                                    

Hari berlangsung seperti biasa, tidak ada yang menarik di mata Diana. Tapi hari ini, dia tak ingin pulang lebih cepat, "sudah waktunya pulang, males pulang," katanya, berjalan perlahan keluar dari pintu kelas melewati lorong sekolah, dia melihat ke kanan ada gazebo yang sepi di tengah taman, "sepertinya, lebih enak ke tempat itu dari pada pulang."

Ia pun berjalan menuju gazebo itu dan duduk dengan santainya, sembari membaca buku yang selalu Ia bawa. Tenang, damai, sunyi suasana yang Ia rasakan, begitu nyaman baginya berada di suasana seperti itu. Bahkan, suara langkah kaki pun tak Ia hiraukan karena Ia sangat menikmati suasana. Suara langkah kaki yang kian mendekatinya, tetap Ia hiraukan.

"Heeh ... suka banget baca buku kayak gini, emang menarik?" tanya pemilik suara langkah kaki itu, 

"Wah! Kaget aku!" ucapnya terkejut juga menoleh ke arah pemilik suara langkah kaki itu, "kamu lagi?" tanyanya,

"Iya, aku ... kenapa emang?"

"Tolong jangan bikin aku kaget dong, jadi ga konsentrasi membaca, 'nih!" seru Diana,

"Iya deh, maaf ... namaku Andi, kamu siapa?" 

"Diana,"  jawab Diana cuek tapi lembut,

"Oh Diana, kok ga pulang?" saut Andi,

"Gapapa, lagi pengen baca buku" jelasnya,

"Oh~"

Percakapan mereka terhenti, Andi mengambil dan memainkan Handphone nya sementara Diana melanjutkan untuk membaca, keadaan kembali sunyi dan tenang. Namun cuaca tidak mendukung suasana, 

"Loh, gerimis?" ucap Andi,

"Eh—Eh! Wah iya gerimis, aduh bukuku," kata Diana terkejut dan bergegas memasukkan bukunya kembali kedalam tas, "wah makin deras, nih"

"Eh iya! Kemari ikut aku meneduh biar ga kehujanan!" seru Andi mengajak dan dengan cepat Andi memegang lengan Diana dan menariknya, "ayo cepat!"

"Aw~ sakit tanganku," ucap Diana dalam hati sembari mengangguk dan berlari mengikuti Andi, "sakit banget, lukanya bakal kebuka lagi," mereka terus berlari hingga akhirnya Andi menemukan tempat untuk berteduh,

"Itu disana!" seru Andi,

"I—Iya," saut Diana menahan rasa sakit, "sakit banget," ucapnya dalam hati, Diana berusaha menyembunyikan ekspresi kesakitannya,

"Nah disini ya tunggu sampai reda," kata Andi sembari melepaskan genggamannya, Andi melirik Diana dan tersenyum, "dingin ya?"

"Iya, dingin" jawab Diana menyembunyikan tangan kirinya yang ditarik Andi, Andi yang menyadari itu pun bertanya, 

"Diana, tanganmu kenapa?" dia melihat kearah tangan, "kok disembunyiin? Malu?" katanya, dia menyahut tangan kiri Diana. Tapi, dia malah terkejut, "Eh! T—Tanganmu kenapa? Kok kain lengannya jadi warna merah?" sambil menarik tangan kiri Diana dan memegangnya,

"Eh, aduh, jangan ya! Sudah!" sentak Diana,

"Apa ini?" tanya Andi bingung, dia pun membuka baju lengan Diana, "astaga!" kagetnya, "tanganmu luka semua?"

"Jangan!" teriak Diana menarik kembali tangannya dan langsung berlari meninggalkan Andi yang tertegun, "ketahuan? Rahasiaku ketahuan?" ucapnya dalam hati panik. Dia terus berlari hingga gerbang sekolah dan terdiam, "ketahuan? Dia pasti bakal nyebarin hal ini! Aku pasti bakal jadi bahan bully di sekolah!" Dia mengepalkan tangannya, Ia geram dengan dirinya sendiri yang ceroboh.

Sesampainya dirumah, Diana tetap khawatir akan rahasianya yang ketahuan oleh Andi, dia panik, dia geram, dia cemas. Dia melampiaskan kegundahannya dengan menarik rambutnya dengan keras hingga beberapa rambutnya rontok. Dia memukul-mukul lantai kamarnya dengan keras, dengan harapan dia tidak memikirkan hal itu lagi.


NOTE :
Terimakasih sudah membaca hingga Chapter 2, Chapter 3 dan seterusnya akan tetap saya update.
Jika anda suka dengan cerita ini, silahkan VOTE dan KOMENTAR.
Dengan melakukan VOTE dan KOMENTAR, anda secara tidak langsung mendukung penulis agar penulis seperti saya bersemangat dalam membuat cerita yang menarik.

~TERIMA KASIH~

Hati dalam sangkarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang