Besoknya
Diana yang telah bersiap berangkat itu ragu untuk meninggalkan rumahnya, "aku khawatir si Andi itu bakal ngebocorin hal kemarin," katanya dalam hati, "jadi ragu mau berangkat ... takut," Diana berdiri dari tempatnya dan bergegas berangkat menuju sekolahnya.
Seperti biasa, Diana menggunakan lengan panjang, namun kali ini berbeda, karena lengan panjang yang kemarin dikenakannya terdapat noda darah.
Dalam perjalannya, Ia sangat memikiran rahasianya yang mungkin akan dibocorkan oleh Andi, dia selalu terpikirkan oleh itu, keraguan dan kekhawatiran melanda pikirannya saat ini.
Di depan gerbang sekolahnya, Diana enggan untuk masuk. Ragu, khawatir itulah yang dipikirkannya saat ini, "masuk ga ya? Aduh~" pikirnya.
Andi dari kejauhan melihat Diana yang terpaku diam di depan gerbang sekolah itu pun menghampirinya, menepuk pundak Diana dan tersenyum sapa, "pagi Diana," ucapnya,
Diana terkejut, menoleh kearah Andi, "eh iya pagi, Andi" balasnya,
"Ngapain diam saja di luar? Ayo masuk, keburu telat," kata Andi mengajak Diana masuk dengan senyumnya,
"Iya, cuma ngelamun saja, kok" kata Diana sembari berjalan masuk, "dia bersikap biasa saja?" katanya dalam hati bingung melihat sikap Andi yang biasa saja dan seakan tidak terjadi apa-apa di antara mereka kemarin.
"Oke, ayo"
Mereka pun berjalan masuk, Diana tetap bingung akan sikap Andi yang biasa saja itu, dia berusaha memikirkan jawaban untuk itu namun tetap bingung. Mereka berjalan melewati lorong dekat kelas Diana, mereka pun berpencar karena kelas mereka berbeda.
Sepanjang jam pelajaran, Diana terus bertanya-tanya, kenapa Andi bersikap biasa saja. Diana berpikir keras akan hal ini, "kok dia bersikap biasa saja?" pikirnya.
Dan akhirnya, bel pulang pun terdengar, dan Diana tetap kebingungan, dia berjalan sangat pelan keluar dari ruang kelasnya, "aku sudah ga tahan, aku tanya langsung saja ... ke gazebo kemarin saja, ah. Barang kali dia kesana lagi," pikirnya dan berjalan dengan tergesa ke gazebo tempat mereka bertemu kemarin.
Diana pun duduk, dengan buku yang selalu Ia baca di genggaman. Diana menunggu Andi yang kemungkinan tidak akan kesana dengan sabarnya, sunyi dan tenang, suasana yang Diana rasakan saat ini.
Dan benar saja, Andi pun tidak lama datang menghampiri Diana yang duduk sendirian,
"Diana, ga pulang?" tanyanya
Diana yang mendengar itu, langsung menutup bukunya dan menjawab, "ga, lagi asik baca buku ... anu Andi, kamu kema—" jari telunjuk tangan kanan Andi memutus kalimat yang akan DIana katakan dengan menutup mulut Diana.
Diana terdiam, menatap mata Andi yang serius itu, mereka berdua saling menatap mata satu sama lain selama beberapa saat,
"Sssttt ... sudah, kamu ga mau itu ketahuan orang, kan? Tenang, aku ga bakal ngebocorin hal kemarin," kata Andi,
Diana yang mendengar hal itu, tidak percaya tentang apa yang didengarnya. Ia menyingkirkan tangan Andi dari depan wajahnya dan bertanya, "ga percaya, kamu bisa janji?"
"Iya, aku janji ... tapi ada syaratnya," sahut Andi,
"Apa syaratnya?"
"Kamu harus ceritain kenapa tanganmu bisa begitu? Meski aku sudah menebak, tapi aku tetap penasaran," jawab Andi dengan serius,
"Hhmm ... okelah, tapi aku bisa percaya kamu, kan?" tanya Diana ragu,
"Iya, percaya saja, rahasiamu aman bersamaku," kata Andi meyakinkan, "oke waktunya aku dengerin ceritamu," Andi langsung duduk disebelah Diana dengan santainya,
"Yaudah lah, awas saja kalau kamu bocorin, jadi gini ...."
Dan Diana pun bercerita sedikit tentang dirinya dan beberapa traumanya. Tidak semuanya Diana ceritakan karena masih ragu dengan Andi.
Tapi, saat bercerita, Diana baru saja mengetahui sesuatu yang penting. Membuat dia sangat kaget dan terheran-heran.
Kenapa dia tidak takut dengan Andi, meski Diana punya trauma akan laki-laki?
NOTE :
TERIMAKASIH TELAH MEMBACA!
Jika anda suka dan menikmati cerita ini, silahkan tekan VOTE dan KOMENTAR ya~!
Dengan begitu, anda mendukung saya sebagai penulis dan memotivasi saya untuk membuat cerita lagi!
TERIMA KASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati dalam sangkar
RomanceDiana, gadis muda yang cantik dan lembut ini memiliki berbagai kegundahan hati. Tiada satupun orang paham akan apa yang di alaminya, Bahkan rumah tidak bisa menjadi tempat yang indah baginya. Mungkin, "Broken Home" adalah sebutan yang cocok untuk di...