E p i l o g u e

373 59 14
                                    

Bocah itu dianggap sebagai anak pembawa sial. Anak itu dijual oleh orang tuanya kepada seorang profesor gila yang sedang meneliti tentang suatu zat. Dan bocah itu dijadikannya wadah untuk penelitiannya.

Berkali-kali bocah itu disuntikkan oleh cairan yang tidak ia ketahui. Berkali-kali pula rasa sakit di kepalanya muncul, dan semakin parah setiap dia disuntik lagi.

Ternyata profesor gila itu memiliki seorang putri yang cantik. Putrinya dilarang memasuki ruangan yang ia segel dari dunia luar, namun putrinya tidak mengindahkan apa yang ayahnya katakan.

Hingga gadis kecil itu bertemu dengan si bocah pembawa sial, didalam ruangan yang kotor oleh darah si bocah. Sepertinya dia sering muntah darah.

Gadis itu dengan berani mendekati bocah didepannya. Dan berjongkok, mencari letak wajah bocah didepannya.

"Halo? Kamu bangun?" Tanya gadis itu. Bocah yang mendengar suara sontak mengangkat kepalanya.

"Wah! Kamu bangun! Kamu bangun!" ucapnya ceria, bocah lelaki didepannya hanya diam memperhatikan gadis didepannya. Berisik, menurutnya. Namun ini pertama kali ada yang mengajaknya bicara. Yah, selain si profesor gila itu tentunya.

"Hei, siapa namamu?" Tanya gadis itu. Bocah lelaki didepannya terdiam, mengingat-ingat namanya.

"... percobaan ke-18..." jawab bocah itu. Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Huu, itu sih bukan nama..." ucap gadis itu, bocah lelaki itu pun menunduk sendu. Ya mau bagaimana? Orang tuanya tidak memberinya nama.

"Ah, bagaimana jika aku memberimu nama?" Usulnya. Bocah yang terkejut hanya diam.

"Hmm..... bagaimana kalau.... Mafu?" Ucap gadis itu. Senyumnya yang cerah rasanya ikut membuat dunia si bocah menjadi lebih cerah. Bocah itu pun merasa senang.

"Ma..fu?" Tanya si bocah.

"Ya, Mafu! Bagus kan?" Tanya si gadis riang.

"Um, bagus"

"Kalau gitu kenalkan, aku (name)"

°•°•°•°

Sejak saat itu, (name) selalu mengunjungi Mafu yang berada didalam ruangan putih itu. Tentu diam-diam, (name) takut jika ketahuan, ia akan dimarahi oleh ayahnya.

Terkadang, sambil membawa kunci perak itu, (name) akan membuka rantai yang mengekang Mafu. Lalu mereka akan bermain bersama di sebuah taman penuh bunga dandelion.

Mafu senang. Ini pertama kalinya dia berbicara dengan biasa, dengan seorang teman. Teman pertamanya.

"Hari ini ayah akan pulang malam! Ayo kita main sampai sore! Yeayy!!" Teriak (name) senang. Dia mengambil beberapa tangkai bunga dandelion, lalu meniupkannya ke Mafu, dan lari sembari tertawa.

Mafu yang bersin-bersin pun merasa agak kesal, sehingga Mafu mengejar (name) yang berlarian.

Tidak terduga, (name) tersandung batu yang ada didepannya. (Name) pun jatuh tersungkur ke hamparan rumput hijau ditanah.

"(Name)! Kamu nggak apa-apa?" Tanya Mafu khawatir. Ia takut jika (name) terluka, nanti profesor gila itu akan tahu jika mereka pergi dari ruangan itu.

'Membayangkan baru ketahuan saja sudah seram'

Batin Mafu.

"Un... aku gapapa Mafu" jawab (name). Ia coba untuk tersenyum, namun rasanya wajahnya semakin terasa nyut-nyutan.

"... hora!"

Mafu menangkup wajah (name) dengan kedua tangannya. Pipi (name) yang tembam menjepit bibit (name) yang mungil, sehingga mulutnya jadi mengerucut. Lucu, pikir Mafu.

輪絵転生  (rinne tensei)  ||   歌い手: まふまふTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang