Ialah kata tertinggi dari kata mencintai. Ketika itu, pikiranmu akan di buat hancur se hancurnya lalu kalbumu akan merasa remuk karena akan ada yang hilang darinya. Sesuatu dari kalbumu hilang, seperti rumah yang di tinggal pergi oleh pemiliknya.
Rumah yang awalnya menjadi alasan tempat tinggal kini di tinggal. Hati dan fikiran yang selalu menampak tawa bahagia kini menjadi luka dan lara. Seolah tak berdaya kini separuh dari jiwamu tiada. Seseorang yang menjadi alasanmu tersenyum dan tertawa kini pergi meninggalkan luka dan kecewa. Karena ada senyum yg harus ia kejar dan lukis di sana. Meninggalkan senyuman lama yang kini berubah menjadi luka.
Ternyata senja yang selama ini kau puja dan damba telah meninggalkan pengagum nya. Memang seperti itu seharusnya, senja datang memancar indah oleh jingganya lalu hilang tanpa suara, sama seperti cinta.
Bagai tubuh yang di tinggal bayangan nya kini kau hanyalah rumah tak bertuan. Berjalan tanpa alasan, tetap tersenyum walau tak berharapan. Melihat senyum nya yang kini bukan untukmu, lalu teringat kisah lalu saat senyum itu menjadi alasan di balik semua kisah bahagiaku.
Namun seperti itulah jatuh cinta, memang penuh resiko, tak selamanya berakhir indah, terkadang berakhir dengan kecewa. Tapi apa salahnya mencoba? sudahlah yang penting dibalik alasan kepergian nya kau pernah melindungi dan menjaga dalam dekapan sayapmu. Kini kau ada pada puncak dari rasa mencintai, yakni merelakan dan mengikhlaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARASI DIRI
RomanceSemua perihal tentang cinta bukan dari lu bisa atau enggak, tapi mau apa enggak. #16/370 - logika #4/58 - perihalrasa #890/14K - hati #587/9K - cerita #161/2.1K - katahati #145/1.5K - masaremaja #40/800 - malang #573/9K - rasa #13 - puisi desembe...