• satu

154 19 21
                                    

ini adalah awal
di mana aku dan kamu belum menjadi kita,
atau mungkin tak akan pernah 'menjadi'?

━━━━━━━━━━━━━━
════╡˚✧Happy Reading✧˚╞════
━━━━━━━━━━━━━━

“panggilan kepada Adira XI mia 1 untuk datang ke ruang osis sekarang juga. terimakasih”

ramai nya lapangan kini telah lenyap di gantikan dengan riuh nya suasana kantin sekolah.

upacara di bubarkan beberapa menit yang lalu, seluruh siswa siswi sedang memanjakan perut mereka setelah 15 menit berjemur di lapangan. namun tidak untuk siswi bernama ADIRA FRASYA SANJAYA. sejak ia menyalonkan diri sebagai sekretaris osis, hidup nya menjadi jauh dari kata damai.

siswi berjam tangan putih berhenti di depan pintu yang bertulis ruang osis, kemudian mengatur nafas nya yang masih tersegal-segal. ia mempersiapkan diri sebelum memegang knop pintu dan jalan menunduk ke dalam ruangan.

Adira melirik siswa tampan yang duduk di hadapan nya dengan sebuah buku tebal, dengan hati hati ia mencoba duduk di kursi dengan anggun.

“siapa yang nyuruh duduk?”

pertanyaan mengagetkan tersebut membuat Adira dengan cepat bangun dari duduknya, namun nasib na'as menimpa nya. sial umpatnya sembari mengelus lulut yang terbentur meja.

“dari?”

“a-apa?”

“dari?”

“ru-rumah”

“dari?”

“da-dari dari tadi, eh engga barusan. mak—”

ucapan Adira terhenti ketika tatapan mata elang menatap nya penuh tekanan.

“dari mana?”tanya sang ketua osis lebih jelas.

“kantin”

“telat?”

“5 menit”

“kenapa?”

“tadi ma—

“utama kan osis dari kepentingan pribadi”

“iy-iya”

“jangan buat saya nunggu”

“iya”

“terutama nunggu kamu, buang buang waktu”

hening.

anggota osis lainya telah kembali ke kelas masing masing, kini hanya tersisa mereka berdua dengan segala kecanggungan nya. tidak tidak, hanya Adira, ya-hanya dia.

gadis itu meremas jari nya sendiri, tangan nya keringat dingin. padahal ini bukan pertama kali nya ia harus menghadapi sang ketua osis SMA TIRTAYASA yang terkenal akan sifat dingin, tegas, cuek, pintar, ahli olahraga dan jangan lupakan ketampanan nya yang tak lagi di ragukan.

tampan, mapan, tak berkepriperasaan.

perfect ketos¿

mengetahui itu  membuat Adira tersenyum miris. ia mengagumi sosok yang di idolakan baik dari dalam maupun luar sekolah, seperti di kebanyakan novel yang pernah ia baca.

There's no loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang