• dua

112 16 18
                                    

Adira mengehentakan kaki nya kesal memasuki toilet perempuan. tangan nya memutar keran wastafle cepat, menatap dirinya di cermin dengan gusar. air keran di biarkan mengalir begitu saja, seolah mampu merendam rasa malu yang baru saja ia alami. bukan untuk yang pertama kali, namun sudah berkali kali.

gadis itu melirik siswi yang baru saja keluar dari bilik kamar mandi, kemudian keluar dari toilet.
kini tinggalah Adira seorang diri, ia membasuh wajahnya sebanyak 3x, mulai memakai sabun muka yang sengaja ia ambil di loker sebelum menuju toilet. ia mengusap permukaan wajahnya sehingga menghasilkan busa, kemudian berteriak kecil meluapkan rasa kesal nya.

tuk!

entah dari bilik kamar mandi yang mana, namun sebuah gayung berhasil terlempar dan mendarat di dekat sepatu Adira. ia meneguk salivanya susah payah, lutut nya melemas, tapi dengan secepat kilat ia berhasil berlari keluar dari toilet.

“RENA, NA, husshhh husshh”ujar Adira menghampiri teman nya yang tengah makan di kantin. “ad–ada setan Na hushhh” lanjutnya dengan nafas terengah-engah.

“Dir? lo–HAHAHAHAHA” respon yang diberikan Rena membuat Adira kesal bukan main.

“kenapa lo malah ketawa sih Na. gue abis di ganggu setan Na, setan.” ungkap Adira penuh penekanan.

Rena mengambil hp nya yang ia letakan di atas meja, kemudian mengarahkannya pada wajah Adira. “nih setan nih, ahahaha sakit perut gue”

tubuh Adira melemas seketika, ia menyentuh kedua pipi nya secara perlahan, bersamaan dengan itu tawa dari siswa siswi mulai terdengar dengan jelas, lagi lagi ia mempermalukan diri.

Adira menatap sekitar garang. “apa ketawa tawa?! mau gue sunat sampe abis?!” ancamnya.

semua murid geleng kepala melihat tingkah Adira, sekretaris annoying  SMA tirtayasa.

Namun, diantara murid di kantin yang menertawai tingkah konyol Adira terdapat siswa yang menatap datar pertunjukan barusan. ia menutup pintu kulkas setelah mengambil sebuah botol minuman dan berjalan menatap lurus kedepan. siswa itu tanpa menoleh menarik tissue yang berada di atas meja, kemudian melempar tissuenya  begitu saja ketika melewati Adira.

hening.

bukan hanya Adira, namun Rena beserta murid lainya di buat tercengang dengan adegan barusan. terlihat lebay memang, namun wajib lebay jika yang melakukannya adalah si kutub es SMA tirtayasa.

ZEVAN ANANTAN sang ketua osis tampan.

tentu saja Adira menangkap tissue itu dengan lapang dada, ia bahkan tersenyum kecil di tengah muka berbusanya.

“demi apasi twing?”

[ there's no love ]

tring...

bunyi bel sekolah mulai terdengar, pelajaran terakhir pun di bubarkan secara terhormat. riuh nya suasana tentu menghiasi di kala setiap bel pulang sekolah di bunyikan, hal sederhana yang selalu di nantikan.

“kucinta... padamu, namun kau milik... satu skolah–dilemaaa.... hatiku.... andaiku bisa berkata sejujurnya.... JA–

“STOPPP!!”

Adira mengalihkan pandangannya menatap Rena yang tengah memasukan buku kedalam tas miliknya, kemudian berdecak sinis dan kembali menatap tissue di genggamannya.

“jangan...... kau pilih dia..., pilihlah aku. yang mampu mencintamu lebih dari dia...., buk–

“ADIRAAAAAAA”teriak Rena sambil menutup kedua telinganya. “diam ah suara lo jelek tau gk!”

“gue lagi bahagia, lo gk seneng liat gue bahagia?” tanya Adira nyolot.

“di lempar tissue kok bahagia”cibir Rena.

“DEMI ALEK LO NGAJAK RIBUT NA” pekik Adira.

Citra, bendahara galak mia 1 angkat suara. “udahlah Na, biarin aja. satu kelas juga udah kebal dari dulu klo Adira kumat”ujarnya.

“noh dengerin!!”cibir Adira pada Rena. “udah ah gue mau jenguk doi dulu, bhay maksimal! ”

Adira tertawa puasa melihat reaksi teman kelasnya yang bergidik menatapnya, kemudian ia mulai berlari keluar dari kelas. tak ada yang lebih penting dari menjenguk doi nya seperti biasa di belakang taman sekolah, suatu kebiasaan Zevan sebelum kembali kerumah nya.

tanpa ragu Adira mendatangi Zevan, duduk di samping siswa yang tengah memejamkan matanya lengkap dengan Airpods. dengan posisi sedekat ini membuat Adira tersenyum tulus.

alis tebal, hidung mancung, bibir tipis, wajahnya yang tenang, mulus, tanpa jerawat dan sedikit kantung mata. ceklist!

baru saja Adira mengabsen setiap lekukan wajah Zevan, menyelipkannya di setiap memori ingatan. kebiasaan yang telah ia lakukan lebih dari satu tahun terakhir. hal itu sudah menjadi rahasia umum tirtayasa, bahkan Adira juga tau bahwa Zevan tentu mengetahui perasaanya namun memilih mengabaikanya seperti angin lalu.

kelopak mata Zevan perlahan terbuka, tanpa melirik Adira ia bangkit dari duduknya sambil menenteng sebuah buku tebal dan kacamata khas miliknya. lagi lagi Adira di anggap tak ada.

“Zevan” panggil Adira menghentikan langkah orang yang ia sebut namanya. “makasih ya buat tissuenya. ya gk cuman itu sih, lo juga udah sering nolong gue, jadi seba–

“sibuk” potong Zevan dan melanjutkan langkahnya. Adira tak tinggal diam, ia berdiri ikut menyamai langkah Zevan.

“besok tanggal merah, lo–

“sibuk”

“oke. gimana kalo ming–

“saya, sibuk.”

“yaudah lo bisanya kapan? gue ngikut lo deh. oh iya lo suka jogging gk? tau kan nasi goreng yang deket taman kota? gimana kalo kita CODan di sana”ajak Adira antusias.

Zevan berhenti melangkah, ia menatap dingin Adira yang juga ikut berhenti. “gak usah berlebihan, saya nolongin kamu buat kepentingan osis. lain kali jaga image, kekanak kanakan.”

[ there's no love ]

Adira menghidupkan lampu kamarnya perlahan, kemudian meletakan tas sekolah miliknya di atas tempat tidur. ia berjalan menuju jendela balkon kamarnya, memandang langit yang sudah menghitam. tak lama sebuah ketukan terdengar, dan suara pintu kamar di buka secara paksa.

“teh, ayo makan malem”

tanpa menoleh Adira sudah tau, pemilik dari suara tersebut adalah Aldero, adik kandung Adira. “duluan aja, teteh nanti”

“iya”jawab Aldero. “teh Dira kenapa pulang malem? bun–

“bunda atau kamu?”potong Adira. ia membalikan badan melihat adiknya yang berada di ambang pintu. “duluan aja, teteh mandi dulu”

Aldero hanya mengangguk pelan dan kembali menutup pintu kamar milik kakaknya.

selepas itu, Adira merogohkan saku seragamnya. ia mengeluarkan selembar tissue yang telah ia lipat dengan rapih. bibirnya terangkat sempurna, hanya sebuah hal kecil yang mampu membuatkan tersenyum diantara banyaknya luka yang telah Zevan berikan.

gadis itu menyimpan tissue tadi dalam sebuah kotak berwarna biru langit, setelah itu ia meletakan kotak tersebut di atas meja belajarnya kemudian bergegas mandi menghilangkan rasa lelah nya.

✨💬

There's no loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang