• tiga

112 14 6
                                    

sinar matahari pagi menemani gadis yang kini tengah berjogging ria, mengisi waktu luangnya di tanggal merah bulan ini. sejujurnya Adira ingin mengajak Rena, namun anak satu itu terlalu malas jika di ajak keluar rumah di hari libur. ia memilih menghabiskan hari hari nya di kamar dengan menghalui sederet aktor drama korea.

Adira duduk lemas di kursi bawah pohon, gadis itu bersandar pada kursi, menikmati angin yang berhembus menerpa wajah lelahnya. tangannya menyentuh telinga kanan nya, kemudian membulatkan mata ketika tak menemukan sebuah benda disana.

Airpods gue!!”pekik Adira. ia bangkit dari duduknya gusar, mencari cari di mana jatuhnya alat tersebut.

rasanya Adira ingin menangis jika kehilangan Airpods tersebut, karna pada dasarnya Airpods itu Adira beli karna tanpa sengaja melihat Zevan di sebuah mall  tengah memilih sebuah alat pendengar musik tersebut. lebih tepatnya benda tersebut telah di pegang Zevan lebih dari 5detik sebelum ia memilih pilihan pertama pada Airpods yang telah dijajakan. dan, pantang bagi Adira jika ia tak membeli Airpods yang hanya berbeda warna dengan Zevan. sefanatic itu.

sebuah dehaman terdengar pelan, Adira yang tengah berjongkok pun berdiri dan berbalik badan melihat sang pelaku. tepat di depan wajah nya, sebuah Airpods miliknya terpampang jelas dan nyata. secepat kilat ia raih dan mengelus ngelusnya dengan rasa sayang.

“makas–Zevan?!”pekik Adira sedikit kaget.

cowok yang di sebut Adira hanya memasang wajahnya datar, memperhatikan pergerakan Adira yang terlihat gugup dan mencoba menyembunyikan alat pendengar itu di balik badan mungilnya. ia memasukan kedua tangannya dalam saku celana treningnya, kemudian melangkah pergi menjauhi Adira. Adira pun memandang Zevan sejenak, kemudian mulai mengikuti langkah Darsil secara sembunyi sembunyi.

Zevan berjalan menuju sebuah pedagang nasi goreng, ia melihat bayangan Adira yang terus mengikuti langkah kakinya.

Adira melirik Zevan yang tengah menatap diri nya, dengan reflex ia mencoba duduk di kursi plastik yang merupakan lapak penjual nasgor. ia hampir saja terjatuh, akibat sedikit salah meletakan bokongnya yang tak mendarat sepenuhnya di kursi. tak sampai di situ, ia di buat kaget melihat Zevan yang dengan santay duduk di hadapannya.

“bang, kayak biasa”ujar Zevan pada sang penjual.

“ha-hai?”sapa Adira ketika manik mata nya bertemu dengan netra mata Zevan. “gue kira lo gak bakal dateng”lanjutnya.

“berapa bro?”tanya si penjual akrab.

“dua”

“oke siap”

Adira tersenyun kecil menatap pria di hadapanya.

“kenapa?”tanya Zevan heran. Adira menggeleng.

“engga, gak papa”jawab Adira tenang.

tak lama, dua piring nasi goreng diletakan di atas meja. Zevan mulai menyantap nya tenang, sedangkan Adira terlihat ragu ragu setiap membuka mulutnya. come on Adira, stay cool please.

“eum Zevan, gue mau kasih usul tentang lom–

“ini di luar sekolah. waktu rapat di bahas”ucap Zevan mengingatkan, Adira mengangguk mengerti.

lagi lagi tercipta keheningan diantara mereka berdua, jika tau akan bertemu dengan sang doi, maka sudah dari semalam Adira menyiapkan topik obrolan. ia mengunci mulutnya rapat rapat, sesekali melirik cowok tampan di hadapanya yang telah menjadi bucinan nya selama lebih dari 1 tahun.

“Van?”panggil Adira, “ke sini jogging?

“menurut lo?”

“sama siapa?”

“lo gak liat gue sendiri?”

“bias–

“bisa diem sebentar?”

“kenapa?”

“suara lo ganggu”

jleb

when mulut dari seorang Zevan jika sudah berbicara selalu tepat menusuk uluh hati, namun semuanya sudah menjadi santapan harian bagi seorang Adira frasya sanjaya. nasi goreng di piring Zevan telah habis dengan cepat, ia bangkit dari duduknya hendak membayar.

“eh Van biar gue bayar sendiri”ujar Adira cepat.

Zevan menghiraukan Adira, ia membayar nasi gorengnya kemudian menerima sebungkus nasi goreng yang sengaja ia beli dan di bawa kerumah. “pertama, gue kesini bukan karna lo. kedua, gue gak niat neraktir”ujar Zevan menohok.

Adira meneguk salivanya kasar, kemudian melirik Zevan yang mulai menjalankan motornya yang sengaja ia parkir di deket sini. si penjual yang mengerti siatusi pun angkat bicara.

“sabar neng. nak Zevan sebenarnya baik”ujar nya yang hanya di balas senyum tipis oleh Adira.

[ there's no love ]

“ZEVAN!! ZEVAN!! ZEVAN!!”

“SEMANGAT ZEVAN!!”

“ZEVAN RAKA RASKAL DKK AYO PASTI BISA!!”

“ZEVANNNNNNN!”

Adira menutup kupingnya kesal, ia duduk diantara fans alay doi nya. pagi ini SMA tirtayasa mendapat free class secara tiba tiba, kelas Zevan dkk mendapat jam olahraga dijam pertama. alhasil mereka menggelar latihan basket yang mendapat sponsor dari para ciwik ciwik.

karna tak mau kalah, Adira berdiri dari duduk nya kemudian hendak berlari yang langsung di tahan oleh Rena. “eh eh lo mau kemana?”

“nyemangatin calon imam”Adira berlari masuk berteriak kencang. “ZEVAN AYO ZEVAN!!! SEMANGAT SAYANG NYA ADIRA!!”

tepat beberapa detik setelah Adira berteriak, Zevan berhasil memasukan bola basket kedalam ring secara sempurna. para kaum hawa berteriak heboh, tapi tetap saja yang paling heboh adalah Adira.

“HUA SUAMI GUE TUH SUAMI GUE!!”teriak Adira yang mendapat cibiran dari beberapa kakel nya.

“ZE–

tuk!

AWWHHH!!!” 

OWHHH”ringis para penonton melihat sang korban yang terkena bola nampak menutup wajahnya.

Raka menepuk pundak teman nya pelan. “samperin Van, kayak nya parah”ujarnya.

sang peluk, yaitu Zevan sendiri tanpa berfikir panjang langsung


There's no loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang